Demi Sekularisme, Kemal Ataturk Pilih Ankara Sebagai Ibu Kota Turki

Baca Juga

MINEWS.ID, JAKARTA – Ganti kekuasaan, ganti ibu kota. Dulu Istanbul adalah ibu kota Kekhalifahan Ottoman alias Turki Utsmani. Istanbul yang direbut dari Kekaisaran Romawi Timur, menjadi sebuah kota yang terkenal di seluruh dunia.

Namun, ketika Republik Turki dibentuk, dan Ottoman hancur, ibu kota pun terpaksa dipindahkan. Tepat pada 13 Oktober 1923, ibu kota Turki beralih ke Ankara yang sebelumnya dikenal dengan nama Angora atau Enguru. Di masa Romawi, kota tersebut dikenal sebagai Ancyra.

Ankara memang punya banyak nama. Pada abad ke 12 sebelum masehi, kota ini bernama Ankuwash. Kemudian pada zaman Romawi kota ini diberi nama Ancyra. Dan pada jaman kekuasaan Byzantium kota ini dikenal dengan nama Ankyra yang artinya Jankar dalam bahasa Yunani. Orang-orang Eropa menyebutnya Angora sampai pada masa kerajaan Seljuk yang dimulai pada tahun 1073 masehi dan berlanjut secara internasional. Dan pada akhirnya Mustafa Kemal Ataturk secara resmi memberi nama Ankara pada tahun 1930 sampai sekarang.

Kota terbesar kedua di Turki itu memiliki peran sangat penting dilihat dari sisi ekonomi dan industri. Kota itu terletak di daerah terkering di Turki dan dikelilingi daerah stepa dengan berbagai situs arkeologi dari masa Ottoman, Bizantium, dan Romawi.

Dahulu Ankara merupakan daerah yang tertinggal. Mustafa Kemal Ataturk, pendiri negara Turki yang beraliran sekuler mempunyai pemikiran dan strategi kenapa harus memilih Ankara sebagai ibu kota. Pemikiran tersebut antara lain dengan memperhatikan kondisi geografisnya yang berada pada posisi strategis di tengah-tengah negara Turki tepatnya di daerah Anatolia. Mustafa Kemal Attaturk telah berhasil membawa Ankara yang tadinya merupakan daerah tertinggal dengan jumlah penduduk sekitar 30.000 menjadi daerah yang maju dan moderen saat ini dengan penduduk berjumlah 4,6 juta jiwa.

Namun, harus diakui Turki mengalami tahun-tahun peralihan yang tidak mudah saat awal ibu kota berpindah. Kesulitan perpindahan ibu kota dirasakan pada masa-masa Pemerintahan Ataturk, namun Mustafa Kemal tidak menyerah sebab ia memiliki alasan yang kuat memindahkan pusat pemerintahannya ke Ankara.

Dengan mempertimbangkan lokasi Ankara yang strategis atau berada di tengah Asia kecil, sementara daratan Turki 97 persen di antaranya berada di Asia kecil maka hal itu akan membuat Ataturk lebih mudah mengontrol pemerintahannya dari barat ke timur, daripada tetap menjadikan Istanbul sebagai ibu kota.

Ataturk sekaligus ingin mendegradasi kebencian para ulama terhadapnya yang ingin melanggengkan sekularisme, ia tak ingin menghapus sejarah tentang Istanbul yang telah menjadi simbol kekhalifahan Utsmaniyah. Oleh karena itu, ia pun membangun sejarah baru sebuah demokrasi berbasis sekularisme di Ankara sebagai pusat pemerintahannya.

Tidak mudah bagi Ankara mencatatkan diri sebagai ibu kota bagi sebuah negara yang sebagian besar masyarakatnya adalah Muslim, sementara sekuler menjadi paradigma dalam menjalankan pemerintahan.

Ankara menjadi kota yang sangat penting bagi perdagangan dan industri. Pemerintah Turki menjadikan Ankara sebagai pusat pemasaran yang dikelilingi oleh daerah pertanian serta dihubungkan oleh jalur transportasi seperti jalan raya dan jaringan rel kereta api. Jalur transportasi ini menghidupkan perekonomian dan mobilitas penduduknya.

Berita Terbaru

Pencegahan TPPO di Jogja Diperkuat, Gugus Tugas Dibentuk Kurangi Kasus

Mata Indonesia, Yogyakarta - Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) semakin menjadi perhatian serius di Indonesia, termasuk di Kota Yogyakarta. Korban TPPO seringkali berasal dari kalangan Pekerja Migran Indonesia (PMI), yang terjerat dalam kasus perdagangan manusia akibat berbagai faktor risiko.
- Advertisement -

Baca berita yang ini