MATA INDONESIA, JAKARTA – Mahasiswa lulusan tahun 2020 kerap dijuluki sebagai ‘angkatan corona‘. Selain itu, mereka mau tak mau harus rela mengikuti wisuda dari rumah lewat sistem online.
Predikat ‘angkatan corona’ dialami oleh Maya Ruli Renanda, salah satu mahasiswi di Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta. Ia lulus pada 11 Mei 2020.
Meskipun harus menyelesaikan sidang skripsinya secara online menggunakan aplikasi webex.com, Maya merasa bersyukur bisa berhasil menyandang gelar Sarjana Manajemen di tengah pandemi.
“Alhamdulillah lulus di era pandemi karena (urusannya) lebih dimudahkan. Nggak enaknya temen-temen nggak datang, ujian jadi kurang greget seperti kalau ujian secara langsung atau face-to-face,” ujarnya, melansir ublik.id.
Soal julukan angkatan corona yang ditujukan padanya, Maya mengambil sisi positifnya. Ia mengatakan, karena wisudanya digelar di tengah pandemi.
“Malah saya merasa (urusan skripsi) jadi lebih dimudahkan, tetapi tetap sesuai dengan prosedur dari kampus masing-masing,” katanya.
Soal pemberlakuan wisuda online, hal tersebut juga turut diterapkan di Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta. Untuk ujian meraih gelar doktor misalnya, UNS membebaskan mahasiswanya untuk ujian terbuka jika memiliki jurnal internasional terindeks scopus.
Adalah Suwarno, wisudawan dari Program Doktor Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) yang mengalami hal tersebut. Untuk menyelesaikan program doktornya, Suwarno mengikuti berbagai ujian secara daring. Tentu banyak hal yang harus dia persiapkan untuk ujian semacam itu, salah satunya koneksi internet yang stabil.
Melansir suaramerdekasolo, lelaki ini pun harus menempuh 7 kali ujian. Namun ada satu ujian yang tak perlu ia lakukan yakni ujian terbuka. Pasalnya ada kebijakan kampus di masa pandemi ini dibebaskan mengadakan sidang terbuka. Jika telah memiliki jurnal terindeks scopus.
Untungnya saat wisuda, Suwarno terpilih mewakili lulusan di Program Doktor untuk mengikuti wisuda secara offline di kampus. Dengan menaiki mobil listrik milik UNS, Suwarno dikukuhkan secara langsung oleh Rektor.
Pengalaman berbeda malah dirasakan oleh Irfiade Zarkasyi Talaththof, wisudawan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) UNS. Ia rela untuk menunggu lebih lama perayaan wisudanya.
“Waktu itu saya disuruh memilih oleh pihak kampus. Ingin wisuda daring atau offline seperti biasanya. Saya memilih wisuda offline. Makanya saya tidak ikut wisuda daring. Karena saya masih berharap pandemi ini cepat selesai,” ujarnya.
Namun perkiraannya meleset, nampaknya pandemi masih berlangsung. Praktis Irfiade harus rela melangsungkan prosesi wisudanya via online. Namun sehari sebelum wisuda digelar, Irfiade mendapat kabar dari pihak kampus bahwa dia ditunjuk sebagai perwakilan fakultas. Untuk datang ke kampus dan dikukuhkan langsung oleh Rektor dengan cara drive thru.
Momen tersebut pun terasa spesial baginya lantaran hanya 15 wisudawan yang diberi kesempatan dipindah kuncir oleh Rektor secara langsung. Setidaknya Irfiade bisa merasakan euphoria wisuda, meski tidak seperti biasanya.
“Saya kebagian naik motor listrik milik UNS. Rasanya istimewa banget,” kata pria kelahiran Surakarta, 30 April 1996 ini.