MATA INDONESIA, JAKARTA – Selain dikenal sebagai ulama besar tanah air, Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau yang akrab dikenal Buya Hamka juga memiliki cerita mistis. Kisah ini diungkapkan kembali oleh sang anak, Irfan Hamka melalui novel yang berjudul “Ayah … : Kisah Buya Hamka“.
Kala itu, sekitar tahun 1956, Buya Hamka dan seluruh keluarganya baru pindah ke rumah baru, tepatnya di Jalan Raden Fatah III, Kebayoran Baru, Jakarta.
Di rumah baru itu, Buya Hamka sekeluarga sering mengalami gangguan berupa bunyi-bunyian aneh dari makhluk halus. Akhirnya Buya Hamka pun mengajak seluruh keluarganya sholat sunnah dua rakaat, berdoa kepada Allah SWT dan berdialog dengan ‘penunggu rumah’ tersebut.
“Besok malam kita coba menghubungi pemilik bunyi sesuatu itu,” ujar Buya Hamka kepada keluarganya.
Lalu pukul 23.00 malam, Buya Hamka mengajak anak-anaknya sudah bersiap.
“Ayah mengajak abang-abangku untuk mengerjakan shalat sunah dua rakat. Setelah itu, terdengar ayah berdzikir, diikuti oleh semua yang hadir. Setelah berdzikir, terlihat mulut Ayah terus komat-kamit,” tulis Irfan Hamka dalam novelnya pada halaman 67.
Jelang tengah malam, tiba-tiba terdengar suara cecak berbunyi bersahut-sahutan dari seluruh sudut rumah. Suasana pun menjadi kian mencekam dengan adanya suara derap langka dari kejauhan, dari arah depan rumah.
Terdengar suara ketukan seperti suara benda keras beradu dengan batu kerikil yang terdapat di sekeliling rumah. Mula-mula suaranya lemah, berangsur-angsur suara itu tambah nyaring.
“Assalammu’alaikum, ya Abdillah, kami sengaja menunggu kehadiran Saudara untuk berkenalan. Bisa saudara mendengarnya? Bila bisa, tolong beri tanda tiga kali ketukan!,” seru Buya Hamka dengan suara yang tidak terlalu keras dan tidak terlalu pelan.
Baru saja Ayah selesai bicara, terdengar tiga kali bunyi seperi ketukan tongkat. “Tok-Tok-Tok,”.
“Saya bangun rumah ini dengan susah payah dari hasil kerja keras dan keringat. Tidak mungkin saya tinggalkan rumah ini hanya karena sering saudara ganggu dan takut-takuti keluarga saya. Kalau memang itu maksud Saudara, coba beri tanda lagi dengan suara ketukan satu kali, kalau bukan, beri tanda dua kali ketukan,” tutur Buya Hamka melanjutkan permintaannya.
Setelah agak lama tidak ada jawaban, suasana rumah pun semakin hening menunggu jawaban dari “suara gaib” itu. “Kalau ingin menakuti keluarga saya, saya sanggup mengusir saudara dari rumah saya,” kata Buya Hamka dalam tulisan Irfan Hamka.
“Tok, Tok,” terdengar “suara ghaib” berupa ketukan dua kali. sebagai jawabannya.
“Saya tidak mau melupakan kehendak Allah, karena kami sekeluarga beriman kepada Allah. Apa saudara beriman juga kepada Allah? Beri jawaban dengan ketukan satu kali,” ujar Buya HAMKA melanjutkan permintaannya.
“Tok,” terdengar suara ketukan satu kali.
“Senang Saudara tinggal di rumah ini? Kalau tidak, tidak usah dijawab. Kalau senang, ketuk satu kali,” lanjut Buya HAMKA.
“Tok,” suara ghaib itu terdengar kembali.
“Mari kita diami rumah ini bersama-sama, saling menghormati. Saya telah serahkan keamanan rumah dan keluarga saya kepada Allah semata-mata. Tolong diamati dan diperhatikan. Setuju?,” tutur Buya HAMKA lagi.
Setelah itu, terdengar kembali ketukan tiga kali, “Tok, Tok, Tok,” tulis Irfan Hamka.
Kemudian, Buya Hamka pun mengajak seluruh keluarganya untuk berdoa dan menyerahkan semua kondisi tersebut kepada Allah SWT.