Bukan Cuma Hindia Belanda, Indonesia Juga Dikenal dengan 5 Nama Ini

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Sebelum dikenal dengan nama Indonesia, wilayah nusantara sudah ramai dengan perdagangan rempah-rempah di abad ke-19. Jauh sebelum nama “Hindia Belanda” disematkan penjajah.

Berbagai bangsa memberikan nama yang berbeda-beda untuk kawasan yang berada di antara Indocina dan Australia itu. Nama-nama itu antara lain;

1. Nan-hai dari Bangsa Cina Kuno
Nan-hai berarti Kepulauan Laut Selatan.

2. Dwipantara dari Bangsa India Kuno
Berbagai catatan kuno bangsa India menamai kepulauan ini dengan sebutan Dwipantara yang berarti Kepulauan Tanah Seberang.

Nama itu berasal dari bahasa Sanskerta yaitu dwipa (pulau) dan antara (luar, seberang).

3. Jaza’ir al-Jawi dari Bangsa Arab Kuno
Bangsa Arab menyebut wilayah kepulauan itu dengan nama Jaza’ir al-Jawi yang berarti Kepulauan Jawa.

Ternyata bangsa Arab sering bersinggungan dengan wilayah Indonesia di masa lalu karena mencari kemenyan. Mereka menyebut kemenyan dari nusantara dengan nama “Luban Jawi” atau kemenyan Jawa.

Selain nama itu, bangsa Arab juga mengenal nama Samathrah atau Sumatra, Sholibis yang mengacu kepada Pulau Sulawesi dan Sundah yang berarti Sunda. Semua wilayah itu mereka sebut sebagai “Kulluh Jawi” atau “semuanya Jawa.”

Kabarnya hingga kini jemaah haji Indonesia masih sering dipanggil Orang Jawa oleh masyarakat Arab.

4. To-Indo dari Penjajah Jepang
Saat melakukan pendudukan di nusantara antara 1942 dan 1945, Pemerintah Jepang menamai wilayah jajahannya dengan sebutan To-Indo yang berarti Hindia Timur.

5. Insulinde dari Eduard Douwes Dekker
Warga Belanda pro Indonesia yang dikenal dengan Multatuli pernah menggunakan nama Insulinde untuk mengacu kepada negara kita.

Nama itu berarti “Kepulauan Hindia” dalam bahasa latin karena “insula” berarti pulau. Namun, nama “Insulinde” tidak populer sehingga tidak banyak digunakan.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pembangunan Infrastruktur Sekolah Rakyat jadi Tonggak Pemerataan Pendidikan

Oleh: Didin Waluyo)* Komitmen pemerintahan Prabowo Subianto dalam mewujudkan akses pendidikanyang lebih merata terlihat semakin nyata. Pemerintah akhirnya menetapkanDesember 2025 sebagai titik awal pembangunan Infrastruktur Sekolah Rakyat.  Langkah ini dipandang sebagai dorongan baru untuk menegaskan bahwapendidikan tidak boleh menjadi hak istimewa bagi segelintir kelompok saja.Pembangunan ini juga menjadi sinyal kuat bahwa negara mulai menempatkankualitas dan aksesibilitas pendidikan sebagai prioritas utama.  Pembangunan infrastruktur ini masuk dalam pembangunan tahap II yang dilakukandi 104 lokasi di seluruh Indonesia. Dengan memulai proyek pada akhir 2025, pemerintah ingin memastikan bahwa percepatan pembangunan dapat segeradirasakan oleh masyarakat luas. Menteri Pekerjaan Umum (PU) Dody Hanggodo mengatakan, Pembangunan Sekolah Rakyat Adalah bentuk nyata komitmen pemerintah untuk membangunsumber daya manusia yang unggul. Ia menjelaskan bahwa Pembangunan tahap II dilakukan guna memperluas akses Pendidikan berkualitas bagi anak-anak darikeluarga kurang mampu.  Berdasarkan data yang dihimpun dari Kementerian PU, total anggaran yang dialokasikan untuk percepatan pembangunan Sekolah Rakyat ini sebsar Rp20 triliun, yang mana biaya pembangunan diperkirakan Rp200 miliar per sekolah. Sementara itu 104 lokasi yang tersebar antara lain, 27 lokasi di Sumatera, 40 lokasidi Jawa, 12 lokasi di Kalimantan,...
- Advertisement -

Baca berita yang ini