MATA INDONESIA, JAKARTA – Jalaluddin Rumi merupakan seorang penyair Persia yang lahir pada 813 tahun silam. Rumi telah banyak melahirkan berbagai macam karya. Warisan yang ditinggalkannya dapat dikelompokan menjadi dua jenis, yakni puisi dan prosa.
Karyanya yang berbentuk prosa terdiri dari tiga karangan, yaitu al-Majalis al-Sab’ah, Fihi Ma Fihi, dan Makatib. Sedangkan karyanya yang lain, ditulis dalam bentuk syair. Jika seluruh syairnya digabungkan dapat mencapai 70.000 bait dalam berbagai bentuk seperti ghazal, ruba’i, dan mastnawi.
Karena hal ini, Rumi dikenal sebagai seorang penyair besar alih-alih seorang ulama sufi. Padahal, jika dicermati dalam setiap tulisannya, akan tampak penguasaan Rumi yang mendalam pada ilmu-ilmu agama seperti ilmu kalam (teologi), fikih, tafsir, dan hadis.
Bentuk-bentuk yang ia pakai dalam filsafat agamanya sudah dipakai oleh dua pendahulunya, Sunai dari Cahznah dan Fariddudin Attar dari Nishapur. Meski begitu, tingkatan karyanya lebih tinggi. Hal ini dikarenakan materi yang terkadung dalam setiap karya Rumi lebih bervariasi dan metodenya dalam menyelesaikan suatu masalah sangat asli atau disebut “gaya bam”.
Gaya ini merupakan model yang sangat sulit dan rumit untuk dianalisis. Akan tetapi, ciri-ciri umumnya sederhana dan tidak dapat diragukan lagi.
Matsawi merupakan karya Rumi yang paling agung dan berisi sekitar 25.000 untaian bait bersajak terbagi dalam enam kitab. Rumi menghabiskan waktu 15 tahun dalam menulis Matsawi. Dalam karya ini, Rumi menyajikan ajaran-ajaran mistik dengan indah dan kreatif melalui anekdot, hadis-hadis Nabi, dongeng-dongeng, dan kutipan dari Al-Qur’an.
Berikut beberapa syair karya Rumi yang terpopuler.
1. Karena Cinta
Karena cinta duri menjadi mawar
Karena cinta cuka menjelma anggur segar
Karena cinta keuntungan menjadi mahkota penawar
Karena cinta kemalangan menjelma menjadi keberuntungan
Karena cinta rumah penjara tampak bagaikan kedai mawar
Karena cinta tumpukan debu terlihat seperti taman
Karena cinta api yang berkobar-kobar
Jadi cahaya yang menyenangkan
Karena cinta syaitan berubah menjadi bidadari
Karena cinta batu yang keras menjadi lembut bagaikan mentega
Karena cinta duka menjadi riang gembira
Karena cinta singa tak menakutkan seperti tikus
Karena cinta sakit jadi sehat
Karena cinta amarah berubah menjadi keramah-ramahan
2. Hati Bersih Melihat Tuhan
Setiap orang melihat Yang Tak Terlihat
dalam persemayaman hatinya
Dan penglihatan itu bergantung pada seberapakah
ia menggosok hati tersebut
Bagi siapa yang menggosoknya hingga kilap,
maka bentuk-bentuk Yang Tak Terlihat
semakin nyata baginya
3. Dia Tidak di Tempat Lain
Salib dan umat Kristen, ujung ke ujung sudah ku uji
Dia tidak disalib
Aku pergi ke kuil Hindu, ke pagoda kuno
Tidak ada tanda apa pun di dalamnya
Menuju ke pegunungan Herat aku melangkah
dan ke Kandahar aku memandang
Dia tidak ada di dataran tinggi
maupun dataran rendah
Dengan tegas, aku pergi ke puncak gunung Kaf (yang menakjubkan)
Di sana ada tempat tinggal
(legenda) burung Anqa
Aku pergi ke Kabah di Mekkah
Dia tidak ada disana
Aku menanyakannya kepada Avicenna (Ibnu Sina) sang filosuf
Dia ada diluar jangkauan Avicenna
Aku melihat kedalam hatiku sendiri
Di situlah, tempatnya, aku melihat diri-Nya
Dia tidak di tempat lain
Reporter: Diani Ratna Utami