MATA INDONESIA, JAKARTA – Konsep matematika yang sekarang membanjiri ilmu pengetahuan salah satunya dihasilkan dari Bayt al-Hikmah atau yang bisa disebut Rumah Kebijaksanaan.
Bayt al-Hikmah adalah pusat ilmu pengetahuan di Baghdad di zaman Dinasti Abbasiyah. Dari sinilah konsep matematika angka nol dan angka “Arab” pada era modern dikaji. Sayangnya, gara-gara orang Mongol menghancurkan Baghdad pada tahun 1258, sisa-sisa peninggalannya hilang tak berbekas (menurut legenda, manuskrip-manuskrip yang dilemparkan ke dalam Sungai Tigris telah mengubah air sungai tersebut menjadi hitam karena tinta).
Awalnya, Bayt al-Hikmah merupakan tempat koleksi pribadi khalifah Harun Al-Rashid pada akhir abad ke-8, tapi kemudian diubah menjadi akademi publik sekitar 30 tahun kemudian. Mereka yang datang ke Bayt al-Hikmah pun beragam. Ada Muslim, Yahudi, Kristen, semuanya diizinkan untuk belajar di sana.
Rumah Kebijaksanaan akhirnya menjadi pusat studi humaniora dan sains yang tak tertandingi, termasuk matematika, astronomi, kedokteran, kimia, geografi, filsafat, sastra dan seni – serta ilmu pengetahuan yang bersifat mengawang-awang seperti alkimia dan astrologi.
Temuan-temuan dari sana telah melahirkan bahasa matematika abstrak yang kuat, yang kemudian diadopsi oleh kerajaan Islam, Eropa, dan akhirnya oleh seluruh dunia.
Jim Al-Khalili, seorang profesor fisika dari Universitas Surrey mengaku kecewa dengan hilangnya peninggalan Rumah Kebijaksanaan ini. Namiun sekarang ini bagi Al-Khalili, hal yang jauh lebih menarik adalah sejarah ide-ide ilmu pengetahuan itu dan bagaimana mereka mengembangkannya dan akhirnya menjadi sebuah ilmu pengetahuan. ”Untuk menelusuri riwayat konsep matematika dari Rumah Kebijaksanaan, kita perlu melakukan sedikit perjalanan waktu,” ujarnya.
Selama ratusan tahun hingga zaman Renaisans di Italia surut, ada salah satu nama yang identik dengan matematika di Eropa, Leonardo da Pisa, yang dikenal dengan sebutan Fibonacci.
Lahir di Pisa pada 1170, matematikawan Italia ini mendapatkan landasan gagasan besarnya di Bugia, sebuah kawasan perdagangan di pantai Barbary Afrika (pesisir Afrika Utara). Di awal usia 20an, Fibonacci melakukan perjalanan ke Timur Tengah, karena terpikat dengan gagasan-gagasan yang datang ke barat dari India melalui Persia.
Ketika kembali ke Italia, Fibonacci mempulikasikan Liber Abbaci, salah satu karya ilmuwan Barat pertama yang mampu menggambarkan sistem numerik Hindu-Arab. Saat sistem Liber Abbaci pertama kali muncul pada 1202, angka Hindu-Arab hanya diketahui oleh sejumlah intelektual.
Buku Fibonacci mendemonstrasikan penggunaan angka dalam operasi aritmatika berisi teknik-teknik yang dapat diterapkan untuk memecahkan perhitungan praktis seperti margin keuntungan, penukaran uang, konversi berat, pertukaran barang, dan bunga.
”Mereka yang ingin mengetahui seni dalam berhitung, mengenai kepelikan dan kecerdikannya, harus tahu menghitung dengan tangan,” tulis Fibonacci dalam bab pertama karya ensiklopedia miliknya, mengacu pada angka-angka yang sekarang dipelajari di sekolah.
Akhirnya, matematika dapat digunakan dalam berbagai bentuk.
Kejeniusan Fibonacci ini bukan sekadar kreativitasnya sebagai seorang matematikawan, tapi juga ketekunan untuk memahami ilmu dari kalangan ilmuwan Muslim selama berabad-abad: rumus penghitungannya, sistem penempatan desimalnya, dan aljabar mereka.
Kenyataannya, gagasan sistem Liber Abbaci sebagian besar berasal dari algoritma Al-Khwarizmi dari abad ke-9 . Untuk pertama kalinya, risalah revolusionernya menyajikan sebuah cara yang sistematik untuk memecahkan persamaan kuadrat.
Karena temuannya ini, Al-Khawarizmi sering disebut sebagai bapak aljabar yang berasal dari kata Arab “al-jabr”, yang artinya “memulihkan bagian yang rusak”. Pada 821, ia diangkat menjadi seorang astronom dan kepala pustakawan Bayt al-Hikmah.
”Risalah Al-Kwarizmi memperkenalkan sistem bilangan desimal di dunia Muslim,” ujar Al-Khalili. Dengan demikian, pengaruh Fibonacci dalam transformasi matematika modern sebagian besar merupakan warisan dari Al-Khwarizmi.
Jadi dua orang yang terpisah selama hampir empat abad dihubungkan oleh perpustakaan kuno ini: ahli matematika yang paling tersohor di Abad Pertengahan ini berdiri di atas pemikiran Al-Khwarizmi, yang terobosannya dirumuskan di sebuah institusi yang menjadi simbol zaman keemasan Islam.
Mungkin karena sedikit yang diketahui tentang Rumah Kebijaksanaan, para sejarawan sesekali tergoda untuk membesar-besarkan ruang lingkup dan tujuan dari akademi ini. Mereka memberikan sebuah status mistis yang sedikit banyak bertentangan dengan catatan sejarah yang tersisa bagi kita.
“Tapi hubungannya dengan orang-orang seperti Al-Khwarizmi-dengan hasil karyanya di bidang matematika, astronomi dan geografi merupakan bukti yang kuat bagi saya bahwa Rumah Kebijaksanaan lebih dekat dengan akademi sejati, bukan hanya tempat penyimpanan buku-buku terjemahan,” jar Al-Khalili.
“Keberadaan Rumah Kebijaksanaan sangat penting karena melalui terjemahan di sana – para pelajar Arab menerjemahkan gagasan dari Yunani ke dalam bahasa sehari-hari – terbentuk dasar pemahaman matematika kita,” kata June Barrow-Green, profesor sejarah matematika dari Open University di Inggris.
Tahun ini menandakan perayaan 850 tahun kelahiran Fibonacci. Tetapi, hal ini juga bisa menjadi momen yang mengancam penggunaan angka-angka Romawi.
Di Inggris, penunjuk waktu tradisional dengan angka Romawi telah diganti dengan jam digital yang lebih mudah dibaca di dalam kelas karena khawatir para siswa tak mampu lagi mengetahui waktu analog dengan benar.
Di beberapa wilayah di dunia, pemerintah telah menghapus angka Romawi dari tanda-tanda lalu lintas jalan dan dokumen-dokumen resmi, sementara Hollywood telah meniadakan penggunaan angka Romawi ke dalam judul sekuel.
Ajang olahraga The Superbowl yang terkenal telah menghapus penggunaan angka Romawi dalam perayaan ulang tahun ke-50, karena khawatir akan membingungkan para penggemar. Namun, pergeseran penggunaan angka Romawi secara global ini juga menggarisbawahi perubahan perlahan aspek kehidupan lain yang tak terhitung.
Meskipun Wales, Skotlandia dan Irlandia tidak memasukkan pelajaran mengenai angka Romawi ke dalam sistem belajar mereka, dan kurikulum Amerika Serikat tak memiliki kewajiban tentang pelajaran angka Romawi, akan tetapi Inggris secara eksplisit menyatakan siswa harus mampu membaca angka Romawi hingga 100.
Banyak dari kita tidak menemukan sesuatu yang istimewa lagi dari angka MMXX (ini adalah 2020 dalam angka Romawi, jika Anda tak menyadarinya). Kita mungkin secara samar mengenali Fibonacci untuk pola terkenal yang dinamai menurut namanya: Bilangan rekursif yang dimulai dari 1 dan diikuti dengan jumlah dari dua angka sebelumnya.
Bilangan Fibonacci memang luar biasa, muncul dengan frekuensi ajaib di alam raya – di cangkang kerang dan sulur tanaman, di bagian spiral kepala bunga matahari, di kerucut pinus, tanduk binatang, dan susunan daun kuncup pada batang, serta di dunia digital (ilmu kumputer dan pengkodean).
Polanya juga sering masuk ke dalam budaya pop: dalam sastra, film dan seni visual; sebagai nada yang berulang dalam sebuah lirik lagu atau partitur orkestra; bahkan di bidang arsitektur.
Reporter: Muhammad Raja A.P.