Bapak Bangsa Cina Sun Yat Sen Ternyata Seorang Kristiani yang Taat

Baca Juga

MATA INDONESIA, BEIJING – Tak ada yang tahu nama asli bapak negara Tiongkok, Sun Yat Sen. Saat lahir dan kecil, ia bernama Sun Wen. Namun  tapi orang-orang mengenalnya sebagai Sun Deming.

Ia adalah anak dari Sun Dacheng dan Nyonya Yang. Semasa kecilnya panggilan Sun adalah Dixiang. Namun nama asliya adalah Sun Wen dan nama silsilah keluarganya Sun Deming. Sun Yat Sen lahir pada 12 November 1866 di desa Cuiheng, Xiangshan, Provinsi Guangdong.

Setelah menyelesaikan pendidikan dasarnya, pada tahun 1878, tepat saat usianya menginjak 13 tahun Ia pindah ke Honolulu, Hawaii. Ia mengikuti kakak laki-lakinya dan menempuh pendidikan di sana.

Selama di Honolulu, Sun Yat Sen bersekolah di Lolani. Karena prestasinya ia mendapat hadiah dari Raja Hawaii, David Kalakaua. Setelah lulus Sun melanjutkan pendidikannya di Oahu College.

Hanya satu semester ia mengemban pendidikan. Sebelum akhirnya ia kembali ke Tiongkok. Kakaknya khawatir kelamaan di Jawaii akan membuat Sun memeluk agama Kristen.

Sekembalinya Sun ke Tiongkok, ia bertemu dengan salah satu teman masa kecilnya Lu Haodong di Beijidian, sebuah kuil di desa Cuiheng. Mereka melihat banyak penduduk menyembah Beiji, Raja-Dewa di kuil itu. Ternyata mereka berdua merasa tidak cocok dengan kepercayaan serta cara pengobatan kuno. Akhirnya, mereka menghancurkan patung-patung yang ada di kuil tersebut.

Melihat perilaku dari kedua remaja tersebut mengundang amarah masyarakat. Keduanya akhirnya melarikan diri ke Hong Kong. Sun akhirnya mengganti namanya menjadi Sun Yat Sen supaya memudahkan saat penyamaran.

Selama di Hong Kong ia belajar di Sekolah Keuskupan Putra dari tahun 1884 sampai 1886. Ia bersekolah di Akademi Pemerintahan Pusat. Pada tahun 1886 Sun belajar mengenai pengobatan di Rumah Sakit Kanton bersama misionaris Kristen John G. Kerr.

Setahun berikutnya, Sun mendengar kabar bahwa akan Sekolah Tinggi Kedokteran Tiongkok akan buka. Sun langsung mengambil kesempatan tersebut dan mendaftar ke sekolah ini hingga lulus. Ia mendapat lisensi praktik Kristen sebagai Dokter Medis pada tahun 1892.

Ajaran Kristen yang melekat pada Sun sejak kecil membuat ia mengambil keputusan untuk menganut ajaran tersebut. Di Hong Kong ia menjalani pembaptisan oleh misionaris Amerika. Ajaran Kristen memiliki pengaruh besar pada seluruh kehidupan politik Sun.

Sun menyatakan revolusi mirip dengan misi penyelamatan Gereja Kristen. Saat pembaptisan, pria ini mendapat nama Rixin yang berarti “baru setiap hari”.

Saat itu, Qing adalah dinasti terakhir di Cina. Setidaknya ada dua peristiwa yang memicu kejatuhannya. Pertama adalah Pemberontakan Wuchang dan Revolusi Xinhai. Keduanya terjadi di tahun 1911, setahun sebelum berakhirnya Dinasti Qing pada 1912.

Pada tahun 1891 Sun bertemu dengan teman-teman revolusionernya, salah satunya Yeung Ku-Wan yang merupakan pemimpin dan pendiri dari Perhimpunan Sastra Furen yang menyebarkan gagasan untuk menggulingkan dinasi Qing.

Pada tahun 1894 Sun menulis petisi berisi 8.000 karakter ke Raja Muda Zhili Li Hongzhang tentang ide revolusinya untuk Cina. Ia pergi ke Tianjin untuk menyerahkan secara pribadi petisi itu. Namun ia tak mendapat izin bertemu dengan Raja Li.

Berdasarkan pengalamannya ini, ia kembali ke Hawaii untuk mendirikan organisasi pergerakan yang akan menjatuhkan kekuasaan dinasti Qing. Pada 1894 Sun mulai menyerukan penghapusan monarki dan pembentukan republik. Memanfaatkan momen kekalahan Cina dari Jepang, Sun Yat Sen kembali ke Tiongkok untuk merancang pemberontakan Guangzhou. Tetapi hal itu harus gagal.

Selama 16 tahun Sun berkelana ke berbagai negara untuk mempelajari pemikiran politik dan ekonomi Barat guna membangun negerinya sembari mencari donator untuk mendanai revolusi.

Pada tahun 1908, Sun kembali melarikan diri ke Singapura untuk menghindari kejaran pemerintah Qing. Ia memulai perjalanan lagi untuk menyebarkan pemikirannya mengenai Tiga Prinsip Rakyat (San-min Chu-i).

Ajaran Tiga Prinsip Rakyat ini berisi Nasionalisme, Demokrasi, dan Sosialisme. Hasil perjalanannya tidaklah sia-sia. Sun akhirnya mendapatkan dukungan baik secara finansial, moral, dan politik dari dunia Internasional.

Revolusi Cina terjadi pada 10 Oktober 1911. Lu Yuan Hung memimpin kaum revolusioner Cina untuk melakukan pertempuran di kota Wuchang. Pada 12 Oktober 1911 pasukan revolusioner berhasil merebut 18 provinsi Cina. Akhirnya pada Desember 1911 pasukan revolusioner berhasil menggulingkan dinasti Qing. Setelah keberhasilan menggulingkan dinasti Qing, pada Januari 1912 Sun Yat Sen menjadi Presiden Republik Tiongkok. Namun tak lama ia mengundurkan diri dan menyerahkan jabatannya ke Yuan Shikai.

Penulis: Desmonth Redemptus Flores So

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Kondusifitas Kamtibmas Pilkada Papua 2024 Terjamin, Aparat Keamanan Mantapkan Kesiapan

PAPUA — Kondusifitas keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas) pada pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Papua 2024 terjamin, seluruh jajaran...
- Advertisement -

Baca berita yang ini