Apa Pentingnya Pertempuran Stalingrad, bagi Jerman dan Uni Soviet?

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Para ahli sejarah mencatat, tak ada pertempuran di dunia ini yang lebih dahsyat memakan kerusakan dan korban jiwa, selain Pertempuran Stalingrad, antara pasukan NAZI Jerman dan sekutunya yang dipimpin Adolf Hitler, melawan Uni Soviet yang dikomandoi Josef Stalin.

Stalingrad artinya adalah Kota Stalin. Ya, kota ini dinamai serupa seperti pemimpin Uni Soviet saat itu. Pertempuran Stalingrad mulai memercik pada 21 Agustus 1942, meledak pada 23 Agustus 1942, dan berakhir pada 2 Februari 1943. Kini, Stalingrad telah berganti nama menjadi Volgograd di Rusia Selatan.

NAZI mengerahkan pasukan terbaiknya untuk menggempur Stalingrad, dengan mengandalkan Tentara Keenam Jerman dan Grup Panser Keempat. Sementara Stalin hanya mengandalkan Tentara Merah dari Front Stalingrad, dibantu warga sipil. Dari pertempuran ini, disebut bahwa sebanyak 3 juta orang kehilangan nyawanya. Nyaris setiap hari selama pertempuran, korban jatuh sebanyak 40 ribu orang.

Sebenarnya, untuk apa Jerman rela mengorbankan pasukannya untuk merebut Stalingrad? Apa pentingnya bagi Uni Soviet mempertahankan kota ini?

Stalingrad, Sebuah Kunci bagi NAZI

Tahun 1942, Hitler meluncurkanm Operation Blau atau Operasi Biru untuk Uni Soviet. NAZI mengerahkan dua pasukan super besar, untuk menyerang dari dua titik berbeda. Grup pertama menyerang Pegunungan Kaukasus, dan grup kedua menyerbu Kota Stalingrad.

Operasi Blau ini bertujuan untuk merebut ladang minyak di sejumlah titik, seperti Azerbaijan dan Checnya. Merebut ladang minyak, berarti menguasai pertempuran, dan hal ini menjadi prinsip dalam Perang Dunia II. Untuk menembus ladang minyak, NAZI harus menguasai Stalingrad.

Dalam pertempuran di Stalingrad, Hitler tahu benar berapa jumlah korban yang jatuh setiap hari dari pihak NAZI. Namun, ia tak mau memikirkan hal lain, Stalingrad harus direbut berapapun biaya dan korbannya.

Saat pasukan NAZI terkepung oleh Tentara Merah pada operasi musim dingin, Hitler tak menarik pasukannya. Ia malah mengirim bala bantuan dari angkatan udara namun berhasil diberantas. Terakhir, sisa-sisa pasukan NAZI berjumlah 90 ribu yang dipimpin Marsekal Friedrich von Paulus menyerah kepada Uni Soviet. Kekalahan ini, adalah awal mula kejatuhan Hitler.

Stalin Melupakan Moskow Demi Stalingrad

Stalin tahu benar, Jerman ingin merebut Moskow. Tentara Merah disiapkan menjaga ibu kota, bersama seluruh peralatan tempur lainnya.

Namun, Hitler tiba-tiba mengubah arah pasukannya, dari merebut Moskow, beralih pandangan ke Stalingrad. Hal ini kemudian terbaca oleh Stalin.

Baik NAZI maupun Uni Soviet sama-sama sadar, Stalingrad adalah kota pusat industri, yang salah satu produknya adalah artileri bagi pasukan Stalin. Sungai Volga yang mengalir di Stalingrad, adalah jalur pelayaran penting yang menghubungkan wilayah barat Uni Soviet dan wilayah timur.

Selain itu, Hitler dan Stalin juga tahu, jika Stalingrad dikuasai, maka akan memudahkan pasukan NAZI menguasai Pegunungan Kaukakus, yang terdapat cadangan minyak besar untuk penunjang perang. Hal ini bukan hanya dikhawatirkan oleh Uni Soviet saja, namun juga Amerika Serikat.

Sebelum penyerangan, Hitler mengumumkan bahwa ia akan membunuh setiap anak laki-laki dan mendeportasi wanita-wanita di Stalingrad. Mendengar pengumuman tersebut, Stalin kemudian mengerahkan semua pasukan terbesarnya yang berada di berbagai wilayah, untuk melupakan daerah lain, dan fokus pada pertempuran Stalingrad.

Setelah lebih lima bulan bertempur, Uni Soviet menang telak atas pasukan NAZI.

 

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Danantara Dorong Kontribusi Program Swasembada Pangan

Oleh: Puteri Mahesa Widjaya*) Indonesia memasuki babak baru dalam upaya mewujudkan kemandirian pangannasional melalui langkah-langkah progresif yang digerakkan oleh Badan PengelolaInvestasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara). Lembaga ini tampil sebagai simboltransformasi pengelolaan aset negara yang bukan hanya efisien secara ekonomi, tetapijuga berpihak pada kebutuhan strategis bangsa. Dengan visi kuat dan strategi terukur, Danantara membuktikan diri sebagai motor penggerak utama program swasembadapangan. Langkah-langkahnya mencerminkan optimisme masa depan, di mana kekuatandomestik diolah menjadi sumber daya nasional yang berdaulat. Danantara hadir bukansekadar sebagai pengelola investasi, tetapi sebagai garda depan perubahan yang membawa harapan besar bagi terwujudnya kedaulatan pangan Indonesia. Komitmen Danantara terhadap program swasembada pangan mendapat apresiasi dariberbagai pihak, termasuk legislatif. Anggota Komisi VI DPR RI, Subardi, menyampaikan harapan besar agar Danantara dapat menjadi pemimpin dalam penguatan kedaulatanpangan nasional. Ia menegaskan bahwa Danantara memiliki kapasitas kelembagaanuntuk mengonsolidasikan aset-aset negara, termasuk lahan dan alat produksi yang belum terkelola secara maksimal. Menurutnya, banyak aset tanah milik negara, baikyang dikelola BUMN seperti PT Perkebunan Nusantara, Perhutani, maupun ID Food, yang dapat diberdayakan untuk mendukung ketahanan pangan. Dukungan ini menjadipenguat arah kebijakan Danantara dalam memanfaatkan kekuatan domestik gunamemenuhi kebutuhan strategis bangsa. Salah satu fokus utama Danantara dalam mewujudkan swasembada pangan adalahkonsolidasi aset-aset negara berupa lahan produktif. Melalui identifikasi dan pemetaanulang terhadap lahan-lahan yang selama ini belum dimanfaatkan secara optimal, Danantara mengambil langkah proaktif untuk menjadikannya sebagai basis produksipangan. Lahan milik negara yang berada di bawah pengelolaan berbagai BUMN kinidiarahkan untuk mendukung pertanian strategis, termasuk komoditas pangan pokokyang selama ini menjadi kebutuhan utama masyarakat. Hal ini sejalan dengan visijangka panjang pemerintah untuk menjadikan tanah sebagai sumber dayaberkelanjutan demi kesejahteraan rakyat. Tak hanya itu, Danantara juga mengedepankan revitalisasi pabrik dan alat produksiyang tersebar di berbagai wilayah. Dengan menghidupkan kembali fasilitas produksimilik negara, Danantara membangun fondasi industri pangan yang kuat dan efisien. Pabrik-pabrik yang telah dipulihkan akan difungsikan kembali sebagai pusat pengolahanhasil pertanian, gudang logistik, maupun sebagai pusat distribusi bahan pokok. Langkahini akan mempercepat rantai pasok, mengurangi biaya logistik, serta meningkatkandaya jangkau pangan ke seluruh penjuru nusantara. Dukungan Danantara terhadap ketahanan pangan juga ditunjukkan melalui konsolidasisektor pupuk. Chief Operating Officer BPI Danantara, Dony Oskaria, menjelaskan bahwadalam rencana kerja tahun 2025, industri pupuk menjadi salah satu prioritas utama. Konsolidasi ini mencakup pembangunan dan perbaikan pabrik, serta penyederhanaanproses bisnis agar produksi lebih efisien. Menurutnya, strategi ini bertujuan menurunkanbiaya produksi pupuk dan memastikan ketersediaannya bagi petani di seluruh wilayahIndonesia. Langkah tersebut menjadi bukti nyata bahwa Danantara tidak hanya fokuspada aspek korporasi, tetapi juga pada pelayanan terhadap kepentingan publik secaraluas. Dony juga menjabarkan bahwa Danantara telah menetapkan tiga klaster program utama: restrukturisasi, konsolidasi, dan pengembangan. Ketiga pilar ini menjadi fondasidalam optimalisasi sembilan sektor strategis BUMN, termasuk sektor pangan, pupuk, kawasan industri, dan hilirisasi komoditas. Program kerja ini mencerminkan keseriusanDanantara dalam membentuk sistem industri nasional yang tangguh dan efisien, dengan tujuan akhir mendukung kemandirian ekonomi dan ketahanan nasional. Untuk memastikan keberlanjutan seluruh inisiatif tersebut, Danantara juga menekankanpentingnya penguatan tata kelola kelembagaan, termasuk di bidang manajemen risiko, legalitas aset, sumber daya manusia, dan keuangan. Pendekatan ini menunjukkanbahwa transformasi yang dilakukan Danantara bukan semata-mata pada sisi fisik atauaset, tetapi juga menyangkut reformasi manajerial yang menyeluruh. Dalam konteks ini, Danantara hadir sebagai wajah baru dari pengelolaan investasi negara yang modern, efisien, dan berpihak pada kepentingan nasional jangka panjang. Langkah-langkah strategis Danantara juga didukung dengan kolaborasi lintas sektor, baik dengan kementerian teknis, pemerintah daerah, hingga pelaku usaha dankomunitas lokal. Kemitraan yang inklusif ini menjadi kekuatan penting dalammempercepat implementasi program swasembada pangan secara merata di berbagaiwilayah Indonesia. Dengan memperkuat sinergi, Danantara memastikan bahwa setiapelemen dalam rantai nilai pertanian, mulai dari produksi hingga distribusi, dapatberfungsi optimal. Dalam konteks pembangunan nasional, kehadiran Danantara menjadi representasi daritekad bangsa untuk berdiri di atas kaki sendiri. Pengelolaan aset negara yang diarahkanuntuk kebutuhan rakyat merupakan bentuk nyata dari ekonomi berdaulat. Melaluilangkah-langkah konkret yang dilakukan saat ini, Danantara tidak hanya memperkuatsektor pangan, tetapi juga meneguhkan peran strategis BUMN sebagai instrumenpembangunan nasional yang relevan dan berdampak langsung. Dengan arah yang jelas dan semangat kolaboratif yang tinggi, Danantara diyakini akanmenjadi lokomotif baru dalam mewujudkan swasembada pangan yang berdaulat, inklusif, dan berkelanjutan. Indonesia sedang bergerak menuju kemandirian pangan, dan Danantara berada di garda depan perjuangan ini, membawa harapan, solusi, danmasa depan yang lebih cerah bagi seluruh rakyat Indonesia. *Penulis merupakan Jurnalis Ekonomi dan Investasi
- Advertisement -

Baca berita yang ini