5 Senjata Api Paling Buruk Sedunia

Baca Juga

MINEWS, JAKARTA – Sejatinya, semua senjata dirancang untuk melindungi seefektif mungkin bagi penggunanya. Sayangnya, masih ada beberapa senjata yang justru tidak berfungsi mematikan musuh tapi melukai si penggunanya itu sendiri.

Nah, di antara banyak senjata api yang telah dibuat, ternyata ada 5 senjata api yang terkenal karena keburukannya. Berikut 5 senjata paling buruk sedunia yang berhasil dirangkum MINEWS.ID:

Chauchat Light Machine Gun

Senjata produk perusahaan sepeda Gladiator ini merupakan salah satu senjata otomatis generasi pertama. Dibuat untuk tentara Prancis dan kemudian AS selama Perang Dunia I.

Chauchat terlihat seperti terbuat dari suku cadang sepeda, menggunakan banyak tabung logam yang hampir sama dengan yang ditemukan pada bingkai sepeda. Senjata itu hanya mampu menembak 300 putaran, itu pun dalam kondisi terbaik. Sementara semua tahu Perang Dunia I adalah pertempuran parit yang penuh lumpur.

Hal ini menjadikan Chauchat kerap melukai penembaknya sendiri. Seperti mata dan pipi bisa bahaya jika dipegang tidak dengan baik.

Nambu

Kekaisaran Jepang tergolong memiliki teknologi maju dalam membangun kekuatan laut dan udara. Hanya imperium ini berantakan di matra darat. Salah satu senapan paling ergonomis yang pernah dibuat mereka, Nambu, dibeli secara pribadi oleh ribuan perwira, menjadi pistol tidak resmi militer Jepang.

Nambu sekilas mirip dengan Luger P-08 Jerman yang terkenal, dengan penambahan keamanan yang hanya bisa dioperasikan jika tangan pengguna benar-benar bebas. 

Double recoil springs seperti magazine spring  yang untuk melepas magazine ketika kosong menjadi sangat sulit dan hampir tidak mungkin saat senjata api basah atau berminyak. Kartrid 8mm memiliki daya hambat yang sangat buruk dan tidak pernah digunakan dalam senjata lain.

Gewehr 41

Saat Jerman memulai perang, para perwiranya memegang bolt action Karabiner 98K. Karena perang membutuhkan senjata cepat, para insinyur Jerman bekerja cepat untuk mempersenjatai tentara. Salah satu hasilnya adalah Gewehr 41.

Gewehr 41 mengadoposi gas gas awal, sistem operasi rotating-bolt rifle yang ada di M1 Garand.

Tetapi G41 mahal untuk diproduksi dan mesinnya rumit. Senjata itu menuntut perawatan yang konstan dan teliti. Ia juga dua kilo lebih berat dibanding 98k, dan kurang seimbang. Meski senapan semi otomatis, magazine yang tak terpisahkan itu lamban diisi yang akhirnya juga membatasi tingkat tembakan.

Colt 1855 Revolving Rifle

Di satu sisi siapa tak kenal Samuel Colt, penemu yang menciptakan revolver modern dan mempatenkannya pada 1836? Pistolnya benar-benar menjadi produk terkemuka di dunia pistol.

Tetapi tidak untuk urusan senapan. Sebuah usaha dilakukan untuk membawa senjata revolver ke dunia senapan, Colt 1855 Revolving Rifle. Sayangnya  senjata itu gagal.

Senjata ini sangat jelek saat menempel di wajah. Menembak dekat wajah juga berbahaya jika senjata tersebut mengalami kegagalan mekanis atau ledakan.

Colt 2000

Colt 2000 adalah respons perusahaan Amerika terhadap pistol Glock Austria dan menjadi kesalahan perusahaan paling buruk. Meskipun dikembangkan oleh perancang senjata terkenal Reed Knight Jr. dan Eugene Stoner (penemu senapan AR-15 pertama), Colt 2000 adalah sebuah kegagalan yang memalukan.

Desain senapan sebenarnya secara teoritis cukup bagus, dengan bingkai polimer ditambah potongan logam untuk menurunkan berat, sebuah magazine bertumpuk ganda yang menyediakan 15 putaran dan sebuah desain striker-fired.

Sayangnya, senapan itu memiliki masalah keandalan yang serius, dengan banyak pengguna mengalami kegagalan untuk mengeluarkan selai, akurasi yang buruk dan penarikan kembali yang aman.

Berita Terbaru

Sambut Hari HAM Ius Humanum Gelar Talk Show soal “Perlindungan Terhadap Pekerja Non Konvensional : Pekerja Rumah Tangga”

Mata Indonesia, Yogyakarta - Dalam rangka menyambut peringatan Hari Hak Asasi Manusia (HAM) yang jatuh pada 10 Desember 2024, kali ini Ius Humanum menyelenggarakan Talkshow dan Diskusi Film dengan Tema, "Perlindungan terhadap Pekerja Non-Konvensional : Pekerja Rumah Tangga" yang bertempat di Pusat Pastoral Mahasiswa Daerah Istimewa Yogyakarta (PPM DIY).
- Advertisement -

Baca berita yang ini