5 Pertarungan Penting dalam Perang Salib Pertama

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Perang Salib berawal pada abad ke-11 di kawasan Eropa dan Timur Tengah.

Perang besar dan berkepanjangan ini bukan berdasarkan konflik agama, tetapi perebutan kekuasaan antara Byzantium Romawi Timur dan pasukan Muslim.

Perang Salib I kemudian berkobar pada 1096 Masehi yang merupakan hasil propaganda Paus Urbanus II dan Peters Amin. Kampanye ini berhasil mengumpulkan 150.000 tentara yang mayoritas dari Prancis dan Normandia.

Hasil Perang Salib I adalah kemenangan besar Pasukan Salib yang pimpinannya adalah Godfrey, Behemond, dan Raymond. Mereka berhasil menaklukkan Nicea dan menguasai Edessa (Turki) pada 1098. Lalu mendirikan pusat pemerintahan Tentara Salib bernama County Edessa (Kerajaan Latin I).

Baldwin menjadi rajanya. Kemudian Pasukan Salib mendirikan Kerajaan Latin II di Anotiokia (1098 M) dengan mengangkat Raja Behemond. Kerajaan Latin III di Baitul Maqdis pada 1099 dengan rajanya Godfrey. Lalu Kerajaan Latin IV di Tripoli (1099 M) dengan Raja Raymond.

Berdirinya kerajaan-kerajaan itu berkat penaklukan Pasukan Salib di kawasan Timur Tengah.

Beberapa peperangan berikut adalah

1. Dorylaeum: Pasukan Salib bertempur dengan Bani Seljuq Turki

Saat pertama kali mereka menyeberang dari Eropa dan masuk ke Asia, Pasukan Salib langsung menyerang Kota Nicaea. Saat itu penguasanya adalah Bani Seljuk Turki. Pertempuran berimbang, karena pasukan Bani Seljuq pimpinan Kilij Arslan melawan Pasukan Salib bersama 8,000 kudanya. Tentara Salib tidak familiar dengan gaya perang serang-dan-kabur dari tentara Turki dengan kudanya. Kilij Arslan hafal daerah kekuasaannya.  Pasukannya beberapa kali menggunakan perangkap untuk menjebak Tentara Salib. Bahkan, pasukan Bani Seljuq sempat mengobrak abrik kamp milik Tentara Salib.

Namun gelombang bantuan Pasukan Salib saat itu cukup banyak. Pasukan baru pimpinan Bohemond of Taranto membantu Pasukan Salib yang sudah kepayahan. Pasukan Bani Seljuq pun terpukul mundur dan keluar dari Kota Nicaea.

2. Pengepungan Antioch: Titik Krisis

Antioch, sebuah kota besar di Utara Syria. Tentu saja daerah ini tak bisa terlewatkan. Apalagi kalau tujuan para Tentara Salib adalah Yerusalem. Namun lagi-lagi gelombang pasukan Salib tak mampu meruntuhkan benteng kota Antioch.

Pengepungan berbulan-bulan membuat banyak pasukan Salib frustasi. Karena pasokan makanan kurang, kelaparan melanda pasukan Salib. Beberapa pasukan yang kelaparan memakan daging kawannya dan melakukan praktik kanibalisme. Ratusan Tentara Salib memutuskan pulang ke Eropa. Mereka tewas saat perjalanan pulang baik karena sakit maupun kelaparan.

Titik krisis berakhir ketika datang bala bantuan dari Inggris. Mereka membawa bekal makanan yang cukup. Pasukan Muslim yang menjaga benteng kota Antioch pun kewalahan karena peperangan yang sempat terhenti berlanjut lagi. Pasukan Muslim meminta bantuan dari Kerbogha. Sayangnya pasukan ini telat datang. Pasukan Salib sudah meruntuhkan benteng dan mulai menjarah dan membunuh seluruh tentara dan warga kota Antioch.

3. Pertarungan Antioch: Panah Suci 

Masalah di Antioch belum selesai. Beberapa benteng masih dikuasai Pasukan Muslim. Bantuan dari Kerbogha mulai berdatangan. Belum lagi masalah suplai makanan mereka yang menipis.

Kali ini giliran Pasukan Salib terjepit. Mereka nyaris kalah. Untuk memotivasi pasukannya, Godfrey, Behemond, dan Raymond menggunakan strategi Panah Kristus. Munculah cerita soal penemuan panah suci yang menewaskan Yesus.

Dampaknya luar biasa. Pasukan Salib nekad menyerbu benteng demi benteng di Antioch. Pada 28 Juli 1098, Pasukan Salib berhasil mengusir dan membunuh ribuan Pasukan Muslim. Kota Antioch pun mengalami masa penjarahan dan pemusnahan massal.

4. Pengepungan dan Penyerangan Yerusalem 

Antioch jatuh ke tangan Tentara Salib. Tapi butuh waktu setahun untuk bisa melanjutkan perjalanan ke Yerusalem. Puluhan ribu Pasukan Salib mengepung Yerusalem yang hanya dijaga 12 ribu tentara Muslim.

Pasukan Salib menggunakan berbagai strategi licik untuk melumpuhkan Yerusalem. Godfrey de Bouillon memimpin penyerbuan ke Yerusalem. Hanya dalam hitungan hari, Yerusalem pun jatuh. Dan lagi-lagi Tentara Salib menjarah membunuh seluruh warga Yerusalem.

Sisa dari perang ini adalah kisah berdarah hasil amukan Tentara Salib. Bagian tubuh manusia berserakan di jalan. Tertulis pada catatan mereka: “Jika kami memberitahumu, kamu tidak akan percaya.. para tentara salib menunggangi kuda dengan darah yang mencapai lutut dan kekang kuda mereka.”

5. Pertarungan Ascalon

Mesir tak tinggal diam setelah mendengar Yerusalem jatuh. Seluruh umat muslim kecewa dengan jatuhnya kota suci ketiga ini. Sebanyak 20 ribu pasukan Mesir mulai bergerak ke Yerusalem untuk membebaskan kota ini dari tentara Salib.

Sayangnya umat muslim saat itu pecah dan tidak kompak. Pasukan Mesir ini bisa dipukul mundur oleh tentara Salib di Ascalon.  Pertarungan tidak berlangsung terlalu lama karena, ”Pasukan kami (Tentara Salib) memotong mereka menjadi beberapa bagian seperti menyembelih ternak untuk pasar daging.” tertulis dalam catatan sejarah Perang Salib.

Ascalon dikuasai penuh tentara Salib dan menguasai seluruh wilayah Yerusalem selama 100 tahun sampai akhirnya dibebaskan oleh Salahudin Al Ayubi.

Penulis: Deandra Alika Hefandia

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Survei Elektabilitas Bakal Calon Walkot Jogja yang Bertarung di Pilkada 2024, Sosok Ini Mendominasi

Mata Indonesia, Yogyakarta - Menjelang Pilkada 2024 di DIY, sejumlah lembaga survei sudah bergeliat menunjukkan elektabilitas para bakal calon Wali Kota dan juga Bupati. Termasuk lembaga riset Muda Bicara ID yang ikut menunjukkan hasil surveinya. Lembaga yang diinisiasi oleh kelompok muda ini mengungkap preferensi masyarakat Kota Jogja dalam pemilihan Wali Kota Jogja 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini