Oleh: Rina Mardiansyah *)
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menjadi salah satu inisiatif strategispemerintahan Presiden Prabowo Subianto kian menunjukkan kemajuan signifikanberkat sinergitas antarlembaga negara, dukungan dunia usaha, serta keterlibatanmasyarakat. Langkah ini tidak hanya menunjukkan komitmen pemerintah terhadappemenuhan hak dasar anak-anak Indonesia, tetapi juga mencerminkan semangatgotong royong sebagai pilar utama dalam mewujudkan tujuan pembangunannasional.
Peluncuran resmi Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Polri oleh PresidenPrabowo Subianto pada peringatan Hari Bhayangkara ke-79 menjadi bukti nyatabahwa MBG didukung penuh oleh institusi negara. Dengan pembentukan unit SPPG secara merata di seluruh Indonesia, Polri kini tidak hanya menjalankan fungsipengamanan, tetapi juga hadir sebagai mitra masyarakat dalam upaya pemenuhangizi generasi muda. Presiden secara terbuka menyampaikan apresiasi terhadapinisiatif Kapolri dalam menjadikan MBG sebagai salah satu bagian penting dari kerjapelayanan Polri kepada rakyat. Penekanan Presiden bahwa Polri harus berada di tengah rakyat, mendengar jeritan hati masyarakat, dan ikut merasakan kesulitanmasyarakat, menggambarkan paradigma baru dalam tata kelola kepolisian yang lebih humanis dan solutif.
Komitmen Polri dalam sinergi program makan bergizi tercermin dari upaya nyatamembangun lebih dari seratus unit dapur MBG, yang dilengkapi sarana produksimakanan sesuai pedoman dari Badan Gizi Nasional. Kapolri Jenderal Listyo SigitPrabowo melaporkan bahwa sebagian besar dapur tersebut telah mulai beroperasiatau tengah dalam tahap pembangunan. Dapur MBG yang tersebar secara nasionalmenjadi garda depan dalam memastikan ribuan anak menerima makanan bergizisecara konsisten setiap hari, sekaligus memperlihatkan sinergi vertikal dari pusathingga ke daerah.
Dukungan terhadap MBG tidak hanya datang dari institusi negara, tetapi juga darisektor perbankan nasional, salah satunya melalui PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Peran BRI dalam mendorong pelaku UMKM agar dapat terlibat aktifdalam rantai pasok MBG memberikan makna ganda pada program ini. Melalui skemapembiayaan Kredit Usaha Rakyat (KUR), BRI memberi kesempatan kepada pelakuusaha seperti Maida Desy Amnah dari Ogan Komering Ilir untuk meningkatkankapasitas produksinya dan memenuhi standar dapur MBG. Cerita sukses Maida yang kini mampu menyuplai ribuan porsi makanan bergizi ke enam sekolah dengantenaga kerja lokal yang hampir dua kali lipat dari sebelumnya, menunjukkan bahwaprogram MBG mampu menjadi motor penggerak ekonomi lokal yang nyata.
Dengan kestabilan permintaan dan kepastian distribusi, program MBG memberijaminan pasar bagi pelaku UMKM. Hal ini secara langsung meningkatkan daya tahanusaha dan mendorong pertumbuhan yang lebih inklusif. BRI, dalam hal ini, tidakhanya menjadi penyedia akses pembiayaan, tetapi juga mitra strategis dalampemberdayaan. Pendekatan BRI yang menyasar akar rumput memberikan kontribusipenting terhadap keseimbangan antara intervensi sosial dan pembangunan ekonomi. Program MBG pada akhirnya menjadi sarana untuk memperkuat ketahanan pangansekaligus memperluas efek berganda di sektor riil.
Pemerintah secara konsisten mendorong seluruh pihak untuk bergabung dalamupaya besar ini. Ketika aparat keamanan, sektor keuangan, dan pelaku usahabersatu dalam satu visi, dampaknya tidak hanya terasa di meja makan anak-anakIndonesia, tetapi juga pada struktur sosial dan ekonomi masyarakat. MBG menjadisimbol kebijakan strategis yang tidak sekadar menjawab tantangan jangka pendeksoal gizi, melainkan juga membangun fondasi bagi masa depan bangsa yang lebihsehat, cerdas, dan produktif.
Keberhasilan MBG juga tidak dapat dilepaskan dari arah kepemimpinan yang jelasdan terfokus. Presiden Prabowo menekankan bahwa program ini bukan sekadarkebijakan populis, melainkan investasi jangka panjang untuk menyelamatkangenerasi penerus. Dalam konteks ini, keterlibatan aktif aparat negara seperti Polridan TNI mencerminkan bahwa keamanan nasional tidak hanya diukur dari stabilitasteritorial, tetapi juga dari ketangguhan sumber daya manusia. Ketika institusi-institusi negara bergerak melampaui fungsi konvensionalnya untuk terjun ke ranahsosial, maka program-program pemerintah tidak hanya menjadi dokumenperencanaan, tetapi menjelma sebagai aksi nyata di lapangan.
Sinergitas lintas sektor ini menciptakan ekosistem yang saling menguatkan. Pemerintah mengarahkan, institusi negara menjalankan, sektor swasta mendukung, dan masyarakat menikmati hasilnya. Inilah wajah pembangunan inklusif yang menjadi ciri khas pemerintahan Prabowo. Ketika program seperti MBG didorongdengan kesungguhan dan keterlibatan berbagai elemen bangsa, maka dampaknyatidak akan sebatas pada angka statistik, melainkan pada perubahan nyata dalamkehidupan sehari-hari rakyat.
Dengan keberlanjutan dan perluasan pelaksanaan MBG yang semakin terstruktur, pemerintah menunjukkan bahwa negara hadir secara konkret dalam urusanmendasar rakyat. Sinergitas yang dibangun bukanlah sekadar koordinasiadministratif, tetapi kesatuan tekad untuk menempatkan kesejahteraan rakyatsebagai tujuan utama. Dan selama semangat ini terus terjaga, maka cita-citamembangun Indonesia yang lebih adil dan makmur bukanlah harapan kosong, melainkan proses yang sedang berjalan dengan arah yang pasti.
*) Pengamat Kebijakan Publik