MATA INDONESIA, JAKARTA – Beberapa mitos muncul seiring dengan perkembangan artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan. Dalam film bertema fiksi ilmiah, AI sering digambarkan sebagai robot dengan karakter yang menyerupai manusia.
Kecerdasan buatan dirancang untuk melakukan tugas khusus seperti misalnya untuk mengenali wajah, pencarian internet atau mengendarai mobil. Sementara AI khusus bisa mengungguli manusia dalam tugas spesifiknya.
Menurut Future of Life, AI di masa depan akan mengungguli hampir setiap tugas kognitif manusia. Hal ini juga mendasari munculnya beberapa mitos tentang kecerdasan buatan.
Pertama, yaitu adanya mitos tentang hadirnya superintelligence yang tidak bisa dihindari pada tahun 2100. Ada sejumlah survei yang menyatakan bahwa AI akan memiliki tingkat kecerdasan setara manusia setidaknya 50 persen.
Namun faktanya, para ahli tidak sepakat bahwa kecerdasan buatan bakal menyamai kemampuan manusia. Fenomena ini dinilai bisa terjadi dalam kurun waktu ratusan tahun atau lebih.
Kedua, adanya mitos bahwa hanya orang kolot yang tidak tahu banyak tentang AI. Namun faktanya, para peneliti terkemuka banyak yang peduli pada kecerdasan buatan.
Ketiga, adanya mitos tentang AI yang digambarkan sebagai robot bertampang jahat dan membawa senjata. Ada narasi yang menyebutkan mereka akan bangkit dan melenyapkan manusia. Namun, faktanya, para ahli yakin AI semakin kompeten. Perhatian utama bukanlah pada sosok robot namun kecerdasan yang tidak memerlukan tubub robot secara fisik.
Terakhir, ada mitos yang menegaskan bahwa AI tidak bisa mengendalikan manusia dan tidak memiliki tujuan. Meski demikian, faktanya adalah memang AI berpotensi lebih cerdas dari manusia. Peradaban semakin berkembang jika manusia bisa memenangkan perlombaan antara kekuatan teknologi yang berkembang dan kebijaksanaan yang dikelola. Caranya, dengan mendukung penelitian tentang keamanan AI.