Vaping Dua Kali Sehari Berisiko Tingkatkan Disfungsi Ereksi? Ini Faktanya

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Sebuah studi menyebut bahwa terdapat risiko bagi pria yang melakukan vaping setiap hari lebih dari dua kali. Risiko ini berlaku juga untuk pria tanpa masalah kesehatan atau kebiasaan yang berhubungan dengan disfungsi seksual, termasuk merokok.

“Analisis kami memperhitungkan riwayat merokok para peserta, termasuk mereka yang tidak pernah merokok sejak awal,” kata penulis studi Omar El Shahawy, seorang asisten profesor di bagian Penggunaan Tembakau, Alkohol dan Narkoba di Grossman Universitas New York dilansir dari CNN.

Studi yang diterbitkan oleh American Journal of Preventie Medicine juga mengemukakan temuan yaitu penggunaan rokok elektrik terhadap orang dewasa di Amerika Serikat mayoritas berusia di atas 18 tahun.

Namun studi itu tidak menyertakan orang dengan kolesterol tinggi, diabetes, obesitas, dan penyakit kardiovaskular, yang merupakan alasan utama disfungsi ereksi.

“Dan kami mengecualikan mereka yang memiliki riwayat merokok. Kami menyesuaikan semua itu dan tetap kami menemukan hubungan yang sangat kuat dan signifikan antara vaping dan disfungsi ereksi,” kata El Shahawy.

Sementara itu seorang profesor populasi penelitian dan Ilmu kesehatan masyarakat di Keck School of Medicine di University of Southern California, Ahmad Besaratinia menyebut disfungsi ereksi kemungkinan terjadi bagi mereka yang melakukan vaping lebih dari dua kali sehari. Hal ini terjadi karena nikotin dan bahan kimia dalam vape yang mampu mengurangi kemampuan arteri menjadi lebih besar dan melebar. “Dan itulah yang menyebabkan disfungsi ereksi. Bahan kimia ini juga dapat menekan kadar testosterone, penyebab utama DE lainnya,” kata Besaratinia

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

PKL Teras Malioboro 2: Suara Ketidakadilan di Tengah Penataan Kawasan

Mata Indonesia, Yogyakarta – Sejak relokasi Pedagang Kaki Lima (PKL) dari Malioboro ke Teras Malioboro 2, berbagai persoalan serius mencuat ke permukaan. Kebijakan relokasi yang bertujuan memperindah Malioboro sebagai warisan budaya UNESCO justru meninggalkan jejak keresahan di kalangan pedagang. Lokasi baru yang dinilai kurang layak, fasilitas yang bermasalah, dan pendapatan yang merosot tajam menjadi potret suram perjuangan PKL di tengah upaya mempertahankan hidup.
- Advertisement -

Baca berita yang ini