Tips untuk Mengatur Keuangan di Tengah Inflasi dan Stagflasi

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Saat ini tengah ramai isu inflasi serta stagflasi yang terjadi secara global menjadi sorotan.

Secara sederhana inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu.

Sementara stagflasi berasal dari kata stagnan dan inflasi diartikan sebagai pertumbuhan ekonomi yang terus melambat disertai dengan kenaikan harga secara terus menerus.

Dampak inflasi dan stagflasi yang dapat dirasakan dalam kehidupan sehari-hari yaitu menurunkan daya beli masyarakat dan dapat meningkatkan angka pengangguran.

Berikut adalah beberapa tips yang dapat dilakukan untuk mengatur keuangan di tengah inflasi dan stagflasi yang terjadi secara global.

Kelola Pos Keuangan

Mulailah memisahkan pos kebutuhan dan keinginan. Sangat juga diperlukan berhemat dengan menunda pembelian barang yang tidak mendesak. Tentunya akan lebih baik melakukan belanja atau konsumsi ketika kondisi ekonomi telah membaik.

Mencari Tambahan Pendapatan

Kamu dapat mencoba untuk mencari penghasilan tambahan di luar pendapatan utama. Hal ini dapat dilakukan misalnya dengan berbisnis memanfaatkan pada platform online atau melakukan hustle job yang bisa disesuaikan dengan hobi.

Siapkan Dana Darurat

Menyiapkan dana darurat juga sangat penting, dana darurat adalah dana khusus yang dialokasikan untuk kebutuhan tidak terduga.

Dana darurat ini akan berguna untuk mengantisipasi hal buruk yang bisa terjadi di masa stagflasi seperti pemotongan gaji bahkan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

Bagi Sobat yang masih lajang perlu menyiapkan dana darurat setidaknya 6x biaya hidup per bulan atau 12x biaya hidup per bulan bagi yang telah berkeluarga dan memiliki tanggungan.

Investasi Sesuai Profil Resiko

Selain ketiga hal di atas, masyarakat juga dapat memperhitungkan instrumen investasi lain untuk memutar dana yang dia miliki.

Namun, instrumen investasi yang dipilih haruslah yang sesuai dengan profil risiko masing-masing. Jangan sampai salah memilih instrumen investasi karena itu justru dapat membuat dana yang diinvestasikan menjadi berkurang atau bahkan habis.

Masyarakat dapat memilih instrumen investasi yang memberikan imbal hasil yang lebih besar dari tingkat inflasi dan jangan lupa untuk melakukan diversifikasi produk investasi.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Judi Daring Ancam Ekonomi Keluarga: Saatnya Literasi dan Kolaborasi Jadi Senjata

Oleh: Ratna Soemirat* Fenomena judi daring (online) kini menjadi salah satu ancaman paling serius terhadap stabilitassosial dan ekonomi masyarakat Indonesia. Di tengah kemajuan teknologi digital yang membawakemudahan hidup, muncul sisi gelap yang perlahan menggerogoti ketahanan keluarga dan moral generasi muda. Dengan hanya bermodalkan ponsel pintar dan akses internet, siapa pun kini bisaterjerumus dalam praktik perjudian digital yang masif, sistematis, dan sulit diawasi. Pakar Ekonomi Syariah dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Satria Utama, menilai bahwa judi daring memiliki daya rusak yang jauh lebih besar dibandingkan bentukperjudian konvensional. Menurutnya, sasaran utama dari perjudian daring justru kelompokmasyarakat yang secara ekonomi tergolong rentan. Dampaknya langsung terlihat pada polakonsumsi rumah tangga yang mulai bergeser secara drastis. Banyak keluarga yang awalnyamampu mengatur pengeluaran dengan baik, kini harus kehilangan kendali keuangan karenasebagian besar pendapatan mereka dialihkan untuk memasang taruhan. Satria menjelaskan, dalam beberapa kasus, bahkan dana bantuan sosial (bansos) yang seharusnyadigunakan untuk kebutuhan pokok keluarga justru dihabiskan untuk berjudi. Hal ini, katanya, bukan lagi sekadar persoalan individu, melainkan ancaman nyata terhadap ketahanan ekonominasional. Ia menegaskan, ketika uang yang seharusnya digunakan untuk makan, biaya sekolahanak, atau keperluan kesehatan malah dipakai untuk berjudi, maka kerusakannya meluas hinggapada tingkat sosial yang lebih besar. Masalah ini juga diperparah dengan munculnya fenomena gali lubang tutup lubang melaluipinjaman online (pinjol). Banyak pelaku judi daring yang akhirnya terjebak utang karena tidakmampu menutup kerugian taruhan. Satria menilai bahwa bunga pinjol yang tinggi justrumemperparah keadaan dan menjerumuskan pelakunya ke dalam lingkaran utang yang sulitdiakhiri. Dalam banyak kasus, kondisi ini menyebabkan kehancuran rumah tangga, konflikkeluarga, hingga perceraian. Efek domino judi daring, katanya, sangat luas dan tidak hanyamerugikan pelakunya saja. Selain aspek ekonomi, Satria juga menyoroti persoalan perilaku konsumsi yang tidak rasional di kalangan masyarakat. Ia menilai bahwa budaya konsumtif yang tinggi membuat masyarakatlebih mudah tergoda dengan janji palsu “cepat kaya” yang ditawarkan oleh situs judi daring. Contohnya, jika seseorang rela mengeluarkan uang untuk rokok meski kebutuhan rumah tanggaterbengkalai, maka godaan berjudi dengan iming-iming hasil instan menjadi semakin kuat. Menurutnya, perubahan pola pikir masyarakat menjadi kunci utama untuk membentengi diri daribahaya ini. Lebih jauh, Satria menegaskan bahwa penanganan judi daring tidak cukup hanya denganpendekatan represif, seperti pemblokiran situs atau razia siber. Ia menilai langkah tersebutmemang penting, tetapi tidak akan menyelesaikan akar masalah tanpa adanya peningkatanliterasi ekonomi dan kesadaran digital masyarakat. “Permintaan terhadap judi daring itu besar, sehingga selama ada permintaan, pasokan akan terus bermunculan,” ujarnya dalam wawancara. Pemerintah, katanya, harus berani menyentuh aspek edukasi publik dengan memperkuat literasidigital, keuangan, dan moral agar masyarakat memiliki ketahanan terhadap jebakan dunia maya. Upaya memperkuat literasi digital dan kesadaran publik kini mulai mendapat perhatian dariberbagai pihak, termasuk dunia akademik. Salah satu contoh nyata datang dari UniversitasLampung (Unila) melalui inovasi bertajuk Gambling Activity Tracing Engine (GATE...
- Advertisement -

Baca berita yang ini