MATA INDONESIA, JAKARTA – Program Belajar dari Rumah TVRI hingga kini masih terus berlanjut di masa new normal corona (covid-19).
Berikut soal dan kunci jawaban materi ‘Pasar Tradisional’ di TVRI untuk kelas 4-6 SD pada Selasa, 21 Oktober 2020, dilansir dari Kemdikbud :
1. Buatlah teks percakapan antara penjual dan pembeli di pasar tradisional!
Pembeli : “Pagi, Mas. Ada jual mangga golek gak disini ?”
Penjual : “Ada, Mbak. mangga goleknya masih segar, baru dipanen ini.”
Pembeli : “Berapa harga per kilonya ?”
Penjual : “Harga 1 kilonya Rp 10.000,00 Mbak. 6 buah mangga ini beratnya sekitar 1,5 kilo.”
Pembeli : “Gak bisa kurang harganya, Mas ? Saya mau beli 15 buah Mas untuk acara di rumah.”
Penjual : “Hmmm, Mbak mau nawar berapa ?”
Pembeli : “1 kilonya Rp 8.000,00 Mas, gimana ?”
Penjual : “Wah, gak dapat kalau segitu Mbak. Naikin dikit deh jadi Rp 8.500,00 per kilonya. Gimana, Mbak ?”
Pembeli : “Hmmm, iya deh Mas. Timbang deh Mas kalau gitu.”
Penjual : “Semuanya jadi Rp 33.000,00 Mbak. Ini mangganya, mbak.”
Pembeli : “Ini uangnya, Mas. Terima kasih iya mas.”
Penjual : “Sama-sama mbak.”
2. Mengapa bahan pangan yang dijual di pasar tradisional lebih murah?
– Bisa Ditawar
Di pasar tradisional masih berlaku budaya tawar menawar antara pedagang dan pembeli. Selain kita akan mendapatkan harga barang sesuai keinginan dan uang kita, budaya tawar menawar juga akan menumbuhkan ikatan emosional yang erat antar sesama manusia. Sedangkan dipasar modern harga jual barang sudah ditentukan dan terkena pajak, untuk beberapa event harga jual barang di pasar modern mengalami potongan harga.
Tak hanya itu jika di pasar modern, kamu bebas menetukan barang yang kamu pilih tanpa harus bertanya terlebih dahulu. Tugas pramuniaga hanya menunjukkan barang yang kamu butuhkan jika kamu mengalami kesulitan.
– Lebih segar
Di pasar tradisional barang-barang seperti sayur mayur, daging, dan ikan lebih segar karena dipasok langsung pagi harinya dan biasanya tidak dalam jumlah banyak. Karena langsung berasal dari hasil produksi, maka harga yang di tawarkan cenderung lebih murah. Jika di pasar modern, harga yang di jual sudah pasti mengutamakan keuntungan.
Untuk supermarket produk sayur mayur, daging, dan ikan pun langsung dipasok dari petani bahkan ada yang memiliki perkebunan sendiri.
– Jam operasional yang lebih awal
Berbeda dengan jam buka pasar modern, pasar tradisional biasanya sudah mulai beroperasi di waktu dini hari bahkan ada yang buka hingga 24 jam. Hal tersebut tentunya memberi kemudahan bagi para pengusaha kuliner untuk membeli bahan baku produksinya.
– Tempat Sederhana
Rendahnya harga di pasar tradisional itu sendiri karena para pedagang tidak mengeluarkan modal terlalu besar. Mereka pun hanya membuka lapak sederhana untuk menjajakan dagangan dan membayar sewanya dengan harga murah.
3. Mengapa ada pasar apung di Banjarmasin? Aktivitas apa saja yang terjadi di pasar apung tersebut?
Tujuan awal dari keberadaan Pasar Terapung adalah untuk memudahkan para pedagang dikarenakan wilayah Banjarmasin yang terdapat banyak sungai.
Dengan membuka lapak di sungai ini akan memudahkan para pedagang yang membawa barang dagangan berupa hasil bumi dari arah hulu untuk melakukan jual-beli.
Pasar Terapung merupakan pasar yang tumbuh secara alami. Karena posisinya berada di muara sungai.
Dilansir dari banjarmasinpost.co.id di Banjarmasin ada dua Pasar Terapung yakni Pasar Terapung di Muara Kuin dan Pasar Terapung Siring Pierre Tendean di Sungai Martapura.
Berdasarkan sejarahnya, Pasar Terapung merupakan pasar yang sudah ada sejak zaman berdirinya Kerajaan Banjar.
a. Pasar Terapung di Muara Kuin
Pasar Terapung juga tak lepas dari berkembangnya Kerajaan Banjar baik secara ekonomi maupun politik. Di mana, di pusat Kerajaan Banjar di kawasan Kuin.
Pasar Terapung Muara Kuin merupakan pusaka saujana Kota Banjarmasin. Aktifitas di pasar Terapung Muara Kuin, para pedagang dan pembeli menggunakan jukung, sebutan perahu dalam bahasa Banjar.
Pasar ini mulai setelah salat Subuh sampai selepas pukul 07.00 Wita. Matahari terbit memantulkan cahaya di antara transaksi sayur-mayur dan hasil kebun dari kampung-kampung sepanjang aliran sungai Barito dan anak-anak sungainya.
Para pedagang wanita yang berperahu menjual hasil produksinya sendiri atau tetangganya disebut dukuh. Sedangkan tangan kedua yang membeli dari para dukuh untuk dijual kembali disebut panyambangan.
Keistemewaan pasar ini adalah masih sering terjadi transaksi barter antar para pedagang berperahu, yang dalam bahasa Banjar disebut bapanduk.
b. Pasar Terapung Siring Pierre Tendean di Sungai Martapura
Pasar Terapung buatan yakni Pasar Terapung Siring Pierre Tendean di Sungai Martapura. Pasar terapung buatan yang digagas oleh Pemerintah Kota Banjarmasin ini, relatif lebih mudah untuk dinikmati.
Selain berada tepat di tengah Kota Banjarmasin. Pasar Terapung satu ini tak perlu repot menggunakan perahu atau jukung untuk menjangkaunya.
Pasar ini berdiri sejak 2015 lalu. Bahkan, Pada 2017 lalu dibangun dermaga apung untuk pedagang bersandar dan mejajakan jualannya. Pasar terapung ini juga melakukan transaksi di dermaga apung. Sehingga mudah untuk dijangkau oleh wisatawan.