Shinta Priwit Rilis Single di Hari Anti Narkotika Internasional

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Shina Priwit merilis single ketujuh ‘Obat Stres’ yang merupakan rangkaian dari Album ‘7URUS HIDUP MAKIN ASYIK’ yang bertepatan dengan Hari Anti Narkotika Internasional 2021.

Lagu ini bercerita tentang seseorang yang berusaha membuat kehidupannya asyik di manapun dan kapan pun. Meskipun kadang stres melanda, dia berusaha untuk membuat stres tersebut karena sebaik-baiknya obat adalah dari diri sendiri.

Uniknya, lagu ‘Obat Stres’ dulunya berjudul ‘Stresss’. Sesuai dengan judulnya, membuat jadi stres. Lagi ini sempat membawa Shinta menjadi vokalis terbaik dan band-nya menang di Jakarta Music Festival 2003. Di tahun yang sama, band-nya hampir meneken kontrak salah satu label besar di Jakarta. Tapi, takdir berkata lain. Band-nya malah bubar.

Berkaca dari pengalaman itu, di tengah pandemi Shinta berinisiatif mengganti judul lagi dari ‘Stresss’ menjadi ‘Obat Stres’.

“Saya berharap lagu ini benar-benar menjadi obat stres semua orang dan tidak ada lagi orang yang memakai narkoba karena stres seperti beberapa artis papan atas yang justru terlibat narkoba dengan alasan stres,” kata Shinta, dalam keterangan resminya, Kamis 15 Juli 2021.

Lagu dan lirik ‘Obat Stres’ diciptakan sendiri oleh Shinta. Penata musik dipercayakan kepada Rachmat Ady Utomo. Sedangkan pengisi instrumen gitar adalah Anto Frids dan Ricky Rachmadi sebagai pengisi instrumen bass. Proses rekaman dilakukan di Port Studio dan mixing masteringnya adalah Andre Mesa.

“Insya Allah, setiap karya indah yang dititipkan Sang Maha Pemilik Karya akan menjadi berkah manfaat untuk saya, keluarga, dan semua kawan baik (sebutan para penggemar Shinta Priwit) di manapun berada dan tentunya juga untuk Indonesia,” ujarnya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

PKL Teras Malioboro 2: Suara Ketidakadilan di Tengah Penataan Kawasan

Mata Indonesia, Yogyakarta – Sejak relokasi Pedagang Kaki Lima (PKL) dari Malioboro ke Teras Malioboro 2, berbagai persoalan serius mencuat ke permukaan. Kebijakan relokasi yang bertujuan memperindah Malioboro sebagai warisan budaya UNESCO justru meninggalkan jejak keresahan di kalangan pedagang. Lokasi baru yang dinilai kurang layak, fasilitas yang bermasalah, dan pendapatan yang merosot tajam menjadi potret suram perjuangan PKL di tengah upaya mempertahankan hidup.
- Advertisement -

Baca berita yang ini