Sejarah Rumah Makan Padang di Jakarta

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Rumah makan Padang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Jakarta. Banyak tempat yang bisa kita kunjungi untuk mencicipi cita rasa masakannya.

Ada cukup banyak rumah makan Padang di Jakarta, mulai dari Rumah Makan Sederhana, Rumah Makan Saribundo, Rumah Makan Surya, Rumah Makan Garuda, Rumah Makan Pagi Sore, dan masih banyak lagi. Walaupun sama-sama rumah makan Padang, tapi sejarah dan cita rasanya berbeda lho.

Rumah Makan Sederhana misalnya, didirikan pertama kali pada tahun 1973 di Minangkabau Sumatra Barat tepatnya di atas rumah tradisional, Rumah Gadang. Rumah makan Padang Sederhana pertama kali dirintis oleh H. Bustaman. Dia sukses menjalani bisnisnya hingga membuka 100 cabang restoran di berbagai daerah di dalam dan luar negeri.

Saat itu, ia hanya seorang tukang cuci piring di satu rumah makan. Barulah pada tahun 1970 Bustaman memberanikan diri untuk merantau. Singkat cerita, ia mulai membuka usaha warung makan dengan bermodalkan pengalaman kerja sebagai tukang cuci piring di warung makan. Hingga saat ini, rumah makan Padang milik H. Bustaman masih ramai dikunjungi dan memiliki beberapa cabang.

Selain itu ada juga Rumah Makan Padang Sari Bundo yang memiliki beberapa cabang di Jakarta dan luar Jakarta. Rumah makan ini merupakan rumah makan tertua di Jakarta yang berdiri sejak tahun 1967.

Sari Bundo memiliki arti keahlian seorang ibu dalam mengolah masakan sehingga menjadi santapan bercita rasa Minang dengan kualitas tinggi dan menjadikannya sosok legenda dalam dunia kuliner. Rumah makan ini juga terkenal dengan cita rasanya yang autentik. Menu yang paling menjadi favorit adalah ayam pop, rendang, dan sambal goreng hati.

Ada lagi Rumah Makan Padang Pagi Sore. Rumah makan ini berdiri sejak tahun 1973 dan sudah tersebar di berbagai kota. Restoran ini menyajikan berbagai menu khas Minang dengan cita rasaasli Minang. Menu yang paling dicari adalah rendang, karena memiliki tekstur yang empuk dan bumbu yang meresap hingga ke dalam daging.

Tentunya sangat menggugah selera bukan? Masih banyak lagi rumah makan Padang yang bercita rasa autentik di Jakarta yang bisa kita cicipi, seperti dari RM Garuda, RM Surya, dan lain-lain.

Reporter : Githa Mevishania

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia Kondisi ketenagakerjaan saat ini menghadirkan berbagai tantangan signifikan yang berdampak pada kesejahteraan pekerja, terutama dalam menghadapi ketidakpastian kerja dan fenomena fleksibilitas yang eksploitatif atau dikenal sebagai flexploitation. Sistem kontrak sementara kerap menjadi salah satu akar permasalahan, karena tidak menjamin kesinambungan pekerjaan. Situasi ini semakin diperburuk oleh rendahnya tingkat upah, yang sering berada di bawah standar kehidupan layak, serta minimnya kenaikan gaji yang menambah beban para pekerja. Selain itu, kurangnya perlindungan sosial, seperti jaminan kesehatan yang tidak memadai, serta lemahnya penegakan hukum memperkuat kondisi precarization atau suatu kerentanan struktural yang terus dialami oleh pekerja. Di sisi lain, keterbatasan sumber daya negara juga menjadi penghambat dalam mendorong pertumbuhan sektor ekonomi kreatif yang potensial, di mana banyak pekerja terjebak dalam tekanan produktivitas tanpa disertai perlindungan hak yang memadai. Dalam konteks ini, generasi muda, termasuk kader-kader Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), menjadi kelompok yang paling rentan terhadap dinamika pasar kerja yang semakin eksploitatif. Generasi ini kerap menghadapi kontradiksi antara ekspektasi tinggi terhadap produktivitas dan inovasi dengan realitas kerja yang penuh ketidakpastian. Banyak dari mereka terjebak dalam sistem kerja fleksibel yang eksploitatif, seperti tuntutan kerja tanpa batas waktu dan kontrak sementara tanpa jaminan sosial yang memadai. Akibatnya, kondisi precarization semakin mengakar. Bagi kader GMNI, yang memiliki semangat juang dan idealisme tinggi untuk memperjuangkan keadilan sosial, situasi ini menjadi ironi. Di satu sisi, mereka harus tetap produktif meskipun kondisi kerja tidak mendukung, sementara di sisi lain mereka memikul tanggung jawab moral untuk terus memperjuangkan aspirasi kolektif para pekerja. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi kesejahteraan individu, tetapi juga dapat mengikis potensi intelektual, semangat juang, serta daya transformasi generasi muda dalam menciptakan struktur sosial yang lebih adil. Oleh karena itu, peran negara menjadi sangat penting untuk merumuskan kebijakan yang konkret dan menyeluruh. Kebijakan ini harus memastikan pemenuhan hak-hak dasar pekerja, termasuk perlindungan sosial yang layak, serta penegakan regulasi yang konsisten untuk mengurangi ketimpangan dan menghentikan eksploitasi dalam sistem kerja fleksibel. Tanpa langkah nyata tersebut, ketimpangan struktural di pasar tenaga kerja akan terus menjadi ancaman bagi masa depan generasi muda dan stabilitas tatanan sosial secara keseluruhan.
- Advertisement -

Baca berita yang ini