Presenter Ini Salahkan Harry dan Meghan atas Kematian Pangeran Philip

Baca Juga

MATA INDONESIA, LONDON – Salah satu presenter televisi Fox New, Brian Kilmeade, menjadi sorotan atas komentarnya terkait meninggalnya Pangeran Philip. Dia menyalahkan Pangeran Harry dan Meghan Markle.

Pangeran Philip, suami dari Ratu Elizabeth II meninggal dunia pada Jumat 9 April 2021 pagi waktu setempat di usia 99 tahun.

“Dengan kesedihan yang mendalam, Yang Mulia Ratu telah mengumumkan kepergian suaminya yang tercinta, Yang Mulia Pangeran Philip, Duke of Edinburgh. Yang Mulia meninggal dengan damai pagi ini di Kastil Windsor,” demikian pernyataan Istana Buckingham.

Dia sempat dirawat selama sebulan karena penyakit jantung dan meninggalkan rumah sakit pada Maret kemudian istirahat di kastil Windsor.

Kilmeade menyebut, ada peran Harry dan Meghan di balik meninggalnya pangeran Philip. Dia merujuk pada wawancara yang dilakukan Harry dan Meghan dengan Oprah Winfrey.

“Ada laporan Pangeran Philip marah dengan wawancara itu dan imbas dari ucapan (Meghan Markle dan Pangeran Harry) bersama Oprah Winfrey. Dia sedang berusaha kembali pulih namun terkejut dengan hal tersebut,” ungkap Kilmeade, dikutip dari Huffpost, Minggu 11 April 2021.

Kilmeade juga mengutip pernyataan mantan presenter program ‘Good Morning Britain’, yang mengundurkan diri setelah perdebatan dengan rekannya terkait wawancara Harry dan Meghan.

“Secara jelas, apa yang dilakukan Harry dan Meghan menambah beban stres pada Pangeran Philip,” kata Kilmeade.

Pangeran Philip yang lahir di Yunani, 10 Juni 1921 menikah dengan Putri Elizabeth tahun 1947 atau lima tahun sebelum Putri Elizabeth menjabat sebagai Ratu.

Mereka memiliki empat anak, delapan cucu dan 10 cicit. Putra pertama mereka, Pangeran Charles, lahir tahun 1948, diikuti oleh saudara perempuannya, Putri Anne, tahun 1950, Pangeran Andrew, tahun 1960, dan Pangeran Edward tahun 1964.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Stok BBM Dipertahankan Rata-Rata 20 Hari untuk Menjamin Kebutuhan Jelang Nataru

Oleh: Anggina Nur Aisyah* Menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru 2025/2026, pemerintah menegaskankomitmennya dalam menjamin ketersediaan energi nasional melalui kebijakan strategismenjaga stok bahan bakar minyak pada rata-rata 20 hari. Kebijakan ini menjadi buktinyata kesiapan negara dalam mengantisipasi peningkatan kebutuhan masyarakatselama periode libur panjang, sekaligus memperkuat rasa aman publik terhadapkelangsungan aktivitas sosial, ekonomi, dan keagamaan. Penjagaan stok BBM tersebutmencerminkan perencanaan yang matang, berbasis data, serta koordinasi lintas sektoryang solid antara pemerintah, regulator, dan badan usaha energi nasional. Perhatian Presiden Prabowo Subianto terhadap kesiapan menghadapi arus Natal dan Tahun Baru memperlihatkan bahwa sektor energi ditempatkan sebagai prioritas utamadalam pelayanan publik. Presiden memastikan bahwa distribusi bahan bakar berjalanoptimal seiring dengan kesiapan infrastruktur publik, transportasi, dan layananpendukung lainnya. Pendekatan ini menegaskan bahwa pemenuhan kebutuhan energimasyarakat tidak hanya dipandang sebagai aspek teknis, melainkan sebagai bagian daritanggung jawab negara dalam menjaga stabilitas nasional dan kenyamanan publikselama momentum penting keagamaan dan libur akhir tahun. Langkah pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dengan mengaktifkan kembali Posko Nasional Sektor...
- Advertisement -

Baca berita yang ini