MATA INDONESIA, JAKARTA – Seseorang yang memasuki usia lanjut atau lansia biasanya mengalami perubahaan kebiasaan tidur. Ya, durasi tidur para lansia umumnya menjadi lebih singkat.
Anda tentu penasaran, sebenarnya berapa lama waktu tidur ideal untuk para lansia setiap hari? Kemudian mengapa durasi tidur para lansia semakin singkat atau berkurang?
Dokter spesialis saraf dari RSUI, Pukovisa Prawirohardjo mengatakan bahwa lansia memiliki waktu tidur yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan kelompok usia lainnya.
“Waktu tidur lansia yang normal yaitu sekitar 6-7 jam sehari. Selain itu, pola tidur juga akan berubah seiring dengan pertambahan usia karena adanya penurunan fungsi jam internal dalam tubuh,” kata dr. Pukovisa Prawirohardjo, melansir Antara, Rabu, 9 Juni 2021.
Selain itu, para lansia umumnya mengalami gangguan tidur karena sejumlah hal, seperti sindrom kaki gelisah (RLS), kurangnya aktivitas fisik, terlalu lama tidur siang, adanya rasa sedih karena ada anggota keluarga yang meninggal dunia, terlalu lam menatap layar ponsel sebelum tidur, atau sedang dirawat inap di rumah sakit.
Selain sederet alasan di atas, kondisi lingkungan juga memengaruhi, seperti volume tinggi baik dari televisi maupun suara bising kendaraan, cahaya kamar yang terlalu terang, tempat tidur yang tidak nyaman, obat-obatan tertentu, serta konsumsi kafein.
Masalah medis seperti alzheimer, depresi, stress, Parkinson, kondisi menopause, nyeri sendi dan otot juga dapat mengganggu kualitas tidur.
Sebagai catatan, alzheimeir adalah gangguan saraf di mana terdapat kematian pada sel-sel otak yang menyebabkan kehilangan memori dan penurunan fungsi kognitif. Faktor risiko terbesar dari penyakit alzheimeir adalah generasi lansia.
Dr. Pukovisa menambahkan, beberapa tanda awal gangguan tidur pada lansia di antaranya kelelahan, gangguan konsentrasi, mudah tersinggung, mengantuk di siang hari, dan adanya perubahan perilaku.
“Bila gejala-gejala ini terus bertahan lebih dari 1 bulan atau sudah mempengaruhi aktivitas sehari-hari, sebaiknya untuk segera berkonsultasi ke dokter,” katanya.