MATA INDONESIA, JAKARTA – Kanker prostat adalah kanker pada pria yang berkembang di kelenjar prostat dan biasanya ditandai dengan buang air kecil yang terganggu.
Sebagian besar pasien kanker prostat berusia di atas 65 tahun. Kanker ini tidak agresif dan tumbuh lambat. Prostat adalah kelenjar kecil yang terletak di dasar kandung kemih.
Kelenjar ini adalah bagian dari sistem reproduksi dan terletak di sekitar tabung yang membawa urin dari kandung kemih ke penis. Prostat juga berfungsi sebagai penghasil air mani, yaitu cairan yang dikeluarkan bersama air mani saat ejakulasi.
Menurut data WHO, kanker prostat merupakan salah satu jenis kanker yang paling umum terjadi pada pria. Diperkirakan sekitar 1,4 juta pria di seluruh dunia akan menderita kanker prostat pada tahun 2020. Di Indonesia sendiri, kanker prostat menempati peringkat kedua di antara jenis kanker yang paling umum pada pria.
Tanda-tanda dan gejala kanker prostat umumnya tidak akan muncul pada saat stadium awal. Gejala seringkali baru muncul apabila sel kanker sudah berkembang.
Berikut beberapa gejala yang umumnya terjadi:
• Lebih sering buang air kecil.
• Terbangun di malam hari untuk kencing (nokturia).
• Kesulitan untuk buang air kecil.
• Buang air kecil terasa tidak tuntas, butuh waktu keluar lebih lama atau masih tersisa.
• Urine bocor, biasanya terjadi setelah selesai kencing.
• Darah atau sperma muncul di urine.
• Masalah pada ereksi.
Bila kamu memiliki gejala-gejala seperti di atas, ada baiknya langsung menghubungi dokter untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Penyebab kanker prostat adalah mutasi atau perubahan genetik pada sel-sel di kelenjar prostat. Namun, penyebab mutasi itu sendiri belum diketahui secara pasti. Selain itu, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker prostat, antara lain:
• Pertambahan usia
• Menderita obesitas
• Pola makan kurang serat, misalnya kurang asupan antioksidan seperti likopen
• Paparan bahan kimia
• Menderita penyakit menular seksual
• Memiliki keluarga yang menderita kanker
Reporter: Syifa Ayuni Qotrunnada
MATA INDONESIA, JAKARTA – Kanker prostat adalah kanker pada pria yang berkembang di kelenjar prostat dan biasanya ditandai dengan buang air kecil yang terganggu.
Sebagian besar pasien kanker prostat berusia di atas 65 tahun. Kanker ini tidak agresif dan tumbuh lambat. Prostat adalah kelenjar kecil yang terletak di dasar kandung kemih.
Kelenjar ini adalah bagian dari sistem reproduksi dan terletak di sekitar tabung yang membawa urin dari kandung kemih ke penis. Prostat juga berfungsi sebagai penghasil air mani, yaitu cairan yang dikeluarkan bersama air mani saat ejakulasi.
Menurut data WHO, kanker prostat merupakan salah satu jenis kanker yang paling umum terjadi pada pria. Diperkirakan sekitar 1,4 juta pria di seluruh dunia akan menderita kanker prostat pada tahun 2020. Di Indonesia sendiri, kanker prostat menempati peringkat kedua di antara jenis kanker yang paling umum pada pria.
Tanda-tanda dan gejala kanker prostat umumnya tidak akan muncul pada saat stadium awal. Gejala seringkali baru muncul apabila sel kanker sudah berkembang.
Berikut beberapa gejala yang umumnya terjadi:
• Lebih sering buang air kecil.
• Terbangun di malam hari untuk kencing (nokturia).
• Kesulitan untuk buang air kecil.
• Buang air kecil terasa tidak tuntas, butuh waktu keluar lebih lama atau masih tersisa.
• Urine bocor, biasanya terjadi setelah selesai kencing.
• Darah atau sperma muncul di urine.
• Masalah pada ereksi.
Bila kamu memiliki gejala-gejala seperti di atas, ada baiknya langsung menghubungi dokter untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Penyebab kanker prostat adalah mutasi atau perubahan genetik pada sel-sel di kelenjar prostat. Namun, penyebab mutasi itu sendiri belum diketahui secara pasti. Selain itu, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker prostat, antara lain:
• Pertambahan usia
• Menderita obesitas
• Pola makan kurang serat, misalnya kurang asupan antioksidan seperti likopen
• Paparan bahan kimia
• Menderita penyakit menular seksual
• Memiliki keluarga yang menderita kanker
Reporter: Syifa Ayuni Qotrunnada