Secara medis, badai sitokin berarti jalur sel yang telah dihidupkan mengarah ke produksi sejumlah mediator biologis (yang merupakan sejenis pemancar sinyal) yang menyebabkan perubahan pada tubuh dan mengganggu fungsi sel normal.
Ini berarti sejumlah besar sitokin yang dilepaskan menciptakan tingkat peradangan tinggi di area tubuh yang sedang mengalami peradangan sehingga bisa berakibat fatal. Badai sitokin ini juga dinilai lebih mematikan daripada virus asli yang sedang bercokol di tubuh.
Badai sitokin dapat dipicu oleh sejumlah infeksi, termasuk influenza, pneumonia, dan sepsis. Respons imun yang meningkat ini tidak terjadi pada semua pasien dengan infeksi parah, tetapi para ahli tidak tahu apa yang membuat beberapa orang lebih rentan daripada yang lain.
Terkhusus pada orang dengan corona. Sejauh ini beberapa pasien menjadi sangat sakit dengan cepat karena badai sitokin. Sebagian besar pasien corona dengan badai sitokin mengalami demam dan sesak napas, kemudian menjadi sulit bernapas sehingga akhirnya membutuhkan ventilator. Kondisi ini biasanya terjadi sekitar enam atau tujuh hari setelah timbulnya penyakit.
Badai sitokin adalah komplikasi umum yang tidak hanya terjadi pada pengidap Covid-19 melainkan juga pada pengidap flu dan penyakit pernapasan lainnya. Badai sitokin juga memiliki kaitan erat dengan penyakit non-infeksi seperti multiple sclerosis dan pankreatitis.
Fenomena badai sitokin menjadi lebih dikenal setelah wabah virus flu burung H5N1 pada tahun 2005. Ketika tingkat kematian yang tinggi dikaitkan dengan respons sitokin yang tidak terkendali. Badai sitokin bisa jadi penjelasan kenapa beberapa orang memiliki reaksi parah terhadap virus corona sementara yang lain hanya mengalami gejala ringan.
Ini juga menjadi alasan mengapa orang yang usianya lebih muda kurang terpengaruh, karena sistem kekebalan tubuh mereka kurang berkembang sehingga menghasilkan tingkat sitokin penggerak peradangan yang lebih rendah.