Kabar Gembira! India Tawarkan 1.000 Beasiswa Doktoral untuk Dosen Indonesia

Baca Juga

MATA INDONESIA, YOGYAKARTA – Kabar gembira bagi para dosen yang ingin melanjutkan studi doktoralnya (S3). Saat ini pemerintah India berencana untuk memberikan beasiswa untuk para dosen perguruan tinggi di Indonesia untuk studi lanjut program doktor di India. Tawaran beasiswa tersebut bagi dosen yang ingin memperdalam ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pada 8 Januari 2020 lalu, India Institute of Technology (IIT) Delhi telah mengunjungi Universitas Gajah Mada (UGM). Wakil Rektor bidang Kerja Sama dan Alumni UGM, Prof. Dr. Paripurna, S.H., M.Hum., LL.M., pun menyambut baik tawaran beasiswa ini. Dengan beasiswa ini maka akan semakin menambah erat hubungan pemerintah India dan Indonesia yang telah terjalin selama ini.

“Terima kasih untuk tawaran beasiswa ini untuk belajar di India. Kita juga membuka kesempaan bagi banyak pelajar di India untuk belajar di sini karena kita memiliki 18 fakultas dan saya kira beberapa fakultas relevan dengan apa yang ada di India,” katanya di Yogyakarta Rabu lalu.

Paripurna mengatakan, ada banyak kesamaan antara India dan Indonesia. Salah satunya adalah sama-sama memiliki populasi penduduk yang sangat banyak dan kultur berkesenian yang saling memengaruhi.

“Banyak kebudayaan dan musik dari India yang memengaruhi musik Indonesia yaitu dangdut. Dangdut saya kira berasal dari India dan beberapa tarian Indonesia berasal maupun mendapat pengaruh dari India,” ujarnya.

Sementara Sekretaris Direktorat Kemitraan, Alumni, dan Urusan Internasional UGM, Dr. Puji Astuti, S.Si., M.Sc., Apt., mengatakan bahwa program ini memberi kesempatan dosen-dosen yang masih bergelar master untuk menempuh pendidikan program doktoral di luar negeri.

Menurutnya, India dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini cukup bagus. Perkembangan pesat di bidang tersebut dibuktikan dengan hadirnya peneliti-peneliti dunia saat ini yang banyak berasal dari India. Negara cukup baik dalam menghasilkan ilmuwan dan tidak sedikit dari mereka juga telah self production, seperti obat-obatan, bahan-bahan kimia dan lain-lain.

“Mereka mempunyai kemampuan memproduksi sendiri dan saya kira ini menjadi opportunity bagaimana mereka bisa mandiri. Kita bisa belajar dari sana dan ini tentu peluang tidak hanya untuk dosen-dosen UGM, namun juga beberapa dosen sekitar Yogyakarta,” katanya.

“Program 1.000 ASEAN Ph.D Fellowship tidak hanya untuk Indonesia tetapi seluruh negara-negara Asean. Beasiswa bersifat full funded dan berlaku selama 5 tahun kuliah program doktor di India,” ujarnya lagi.

Prof. Nomesh B. Bolia dari IITD juga ikut memperkenalkan Institute of Technology Delhi secara mendalam. Kata dia, antara India dan Indonesia saat ini memiliki problem yang hampir sama dan telah banyak memiliki startup.

“IIT Delhi nomor satu di India dan nomor 4 di dunia dalam menghasilkan unicorn-unicorn, termasuk yang memiliki sepuluh perusahaan di kampus dalam bidang bioteknologi,” katanya.

Asal tahu saja, program ini melibatkan IITD sebagai National Coordinator Asean Fellowship Program. IITD secara terjadwal melakukan kunjungan sekaligus mendiseminasikan program tersebut dan mempromosikan IIT Delhi serta beberapa program penelitian.

Selain UGM, IIT Delhi juga akan melakukan kunjungan dan diseminasi program di Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Airlangga dan Universitas Udayana serta Universitas Hindu Indonesia.

Berita Terbaru

Pusaran Konflik di Pantai Sanglen Gunungkidul

Mata Indonesia, Yogyakarta - Berangkat dari penutupan akses masuk Pantai Sanglen, Kemadang, Gunungkidul, yang dilakukan oleh Kraton Yogyakarta dan Obelix. Warga setempat, yang selama ini memanfaatkan lahan Pantai Sanglen untuk bertani dan mencari nafkah, merasa terpinggirkan. Mereka khawatir pengembangan pariwisata berskala besar akan mengabaikan kesejahteraan masyarakat lokal dan merusak lingkungan.
- Advertisement -

Baca berita yang ini