Jadi Saksi Pernikahan, Gus Miftah Beri Komentar di Pernikahan Deddy Corbuzier

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Gus Miftah menjadi salah satu saksi dalam pernikahan Deddy Corbuzier dan Sabrina Chairunnisa. Dirinya juga memberikan komentar bermakna soal jodoh.

Di acara pernikahan tersebut Gus Miftah tak sendiri, ia juga hadir bersama sang istri Dwi Astuti Ningsih atau Ning Astuti. Pemilik pondok pesantren Ora Aji Yogyakarta itu mengunggah momen kebersamaan dengan pengantin baru, Deddy dan Sabrina, di Instagram pribadinya.

Dalam postingan yang diunggah, Gus Miftah memberikan komentar bermakna perihal jodoh kepada para calon suami-istri, juga para jomblo.

“Lelaki bilang, ‘Zaman sekarang nyari wanita shalihah susah!’ Wanita bilang, ‘Zaman sekarang nyari lelaki shalih susah!’ Pertanyaannya, ‘Kenapa sibuk mencari, bukan menjadi?’,” komentar Gus Miftah di postingan akun Instagram pribadinya @gusmiftah.

Dari video terebut, memperlihatkan Gus Miftah menggoda Deddy Corbuzier soal acara pernikahan yang tertutup dari awak media.

“Acara apa sih ini pak?,” tanya Gus Miftah ke Deddy Corbuzier saat berada di atas pelaminan.

“Tadi undangannya nikahan pak. Tapi salah ustaz kayaknya,” jawab Deddy Corbuzier becanda.

Pembimbing Deddy Corbuzier untuk mualaf itu juga menyapa Sabrina yang terlihat sangat tegang meski telah resmi menjadi istri Deddy.

“Hai Sab gimana perasaannya? Senyum dong,” kata Gus Miftah.

“Ini senyum,” jawab Sabrina Chairunnisa dengan senyum tegang.

Diketahui Deddy Corbuzier dan Sabrina Chairunnisa resmi menikah pada Senin (6/6/2022), setelah keduanya menjalin hubungan pacaran selama sembilan tahun.

Reporter: Dhea Salsabila

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

PKL Teras Malioboro 2: Suara Ketidakadilan di Tengah Penataan Kawasan

Mata Indonesia, Yogyakarta – Sejak relokasi Pedagang Kaki Lima (PKL) dari Malioboro ke Teras Malioboro 2, berbagai persoalan serius mencuat ke permukaan. Kebijakan relokasi yang bertujuan memperindah Malioboro sebagai warisan budaya UNESCO justru meninggalkan jejak keresahan di kalangan pedagang. Lokasi baru yang dinilai kurang layak, fasilitas yang bermasalah, dan pendapatan yang merosot tajam menjadi potret suram perjuangan PKL di tengah upaya mempertahankan hidup.
- Advertisement -

Baca berita yang ini