Ini Trend Sneakers Tahun 2020, Retro Masih Dapat Tempat

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Sneakers merupakan salah satu jenis sepatu yang digemari para milenial, bahkan masih menduduk peringkat pertama dalam pilihan mereka.

Sementara trend sneakers terus berubah mengikuti zaman. Kira-kira di tahun 2020 mendatang, model seperti apa yang bakal nge-trend? Mata Indonesia mencoba menampilkan empat di antaranya seperti berikut;

1. Sneakers Motif Animal Point


Salah satu motif yang sudah cukup sering terlihat ini yakni animal print, masih disebut-sebut akan tetap nge-trend di tahun 2020 mendatang. Motifnya yang sudah memiliki banyak corak, sangat cocok dikombinasikan dengan model baju yang polos.

2. Sneakers dengan Kombinasi 2 Bahan


Bahan karet dan kulit diprediksikan menjadi bahan yang akan digunakan untuk kombinasi sneakers.

3. Sneakers Nuasa Color Block


Buat kalian yang menyukai tampil menarik, berbeda dan mencolok, model ugly sneakers bisa menjadi pilihan untuk sepatu yang akan kalian gunakan. Model sneakers ini diprediksikan akan ramai di tahun 2020 mendatang. Ugly sneakers dengan detail color block bisa bikin penampilanmmu jauh dari kata membosankan.

4. Sneakers Aksen Retro


Bernuansa vintage dengan straps akan diprediksikan menjadi model sepatu yang akan hits di tahun 2020. Selain itu ditambah dengan pencampuran color block menambah kesan menarik.(Nita Khairani)

Berita Terbaru

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia Kondisi ketenagakerjaan saat ini menghadirkan berbagai tantangan signifikan yang berdampak pada kesejahteraan pekerja, terutama dalam menghadapi ketidakpastian kerja dan fenomena fleksibilitas yang eksploitatif atau dikenal sebagai flexploitation. Sistem kontrak sementara kerap menjadi salah satu akar permasalahan, karena tidak menjamin kesinambungan pekerjaan. Situasi ini semakin diperburuk oleh rendahnya tingkat upah, yang sering berada di bawah standar kehidupan layak, serta minimnya kenaikan gaji yang menambah beban para pekerja. Selain itu, kurangnya perlindungan sosial, seperti jaminan kesehatan yang tidak memadai, serta lemahnya penegakan hukum memperkuat kondisi precarization atau suatu kerentanan struktural yang terus dialami oleh pekerja. Di sisi lain, keterbatasan sumber daya negara juga menjadi penghambat dalam mendorong pertumbuhan sektor ekonomi kreatif yang potensial, di mana banyak pekerja terjebak dalam tekanan produktivitas tanpa disertai perlindungan hak yang memadai. Dalam konteks ini, generasi muda, termasuk kader-kader Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), menjadi kelompok yang paling rentan terhadap dinamika pasar kerja yang semakin eksploitatif. Generasi ini kerap menghadapi kontradiksi antara ekspektasi tinggi terhadap produktivitas dan inovasi dengan realitas kerja yang penuh ketidakpastian. Banyak dari mereka terjebak dalam sistem kerja fleksibel yang eksploitatif, seperti tuntutan kerja tanpa batas waktu dan kontrak sementara tanpa jaminan sosial yang memadai. Akibatnya, kondisi precarization semakin mengakar. Bagi kader GMNI, yang memiliki semangat juang dan idealisme tinggi untuk memperjuangkan keadilan sosial, situasi ini menjadi ironi. Di satu sisi, mereka harus tetap produktif meskipun kondisi kerja tidak mendukung, sementara di sisi lain mereka memikul tanggung jawab moral untuk terus memperjuangkan aspirasi kolektif para pekerja. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi kesejahteraan individu, tetapi juga dapat mengikis potensi intelektual, semangat juang, serta daya transformasi generasi muda dalam menciptakan struktur sosial yang lebih adil. Oleh karena itu, peran negara menjadi sangat penting untuk merumuskan kebijakan yang konkret dan menyeluruh. Kebijakan ini harus memastikan pemenuhan hak-hak dasar pekerja, termasuk perlindungan sosial yang layak, serta penegakan regulasi yang konsisten untuk mengurangi ketimpangan dan menghentikan eksploitasi dalam sistem kerja fleksibel. Tanpa langkah nyata tersebut, ketimpangan struktural di pasar tenaga kerja akan terus menjadi ancaman bagi masa depan generasi muda dan stabilitas tatanan sosial secara keseluruhan.
- Advertisement -

Baca berita yang ini