Ini Dampak Buruk ‘Ngesex’ dengan Hewan

Baca Juga

MINEWS, JAKARTA – Baru-baru ini publik Tanah Air dikejutkan dengan kasus incest yang terjadi di Lampung. AG (18) jadi korban incest atau hubungan sedarah oleh ayah kandungnya M (45) dan kakaknya SA (24), serta adiknya YF (15).

Dua pelaku lainnya kakak adik SA dan YF juga mengakui perbuatannya. SA dalam pemeriksaan mengakui menyetubuhi korban sekitar 120 kali, YF juga menyetubuhi kakaknya berulang kali. Niat SA dan YF menyetubuhi korban karena dipicu seringnya nonton film porno di handphone milik SA. Korban bahkan kerap diajak menonton film porno bersama. Tak sampai di situ, YF, aduk kandung korban, juga mengaku bahwa ia juga pernah melampiaskan hasrat seksualnya dengan objek binatang berupa sapi dan kambing milik tetangga diakui olehnya masing masing satu kali.

Ini memang terdengar gila, namun berhubungan dan melampiaskan hasrat seksual pada binatang rupanya salah satu penyimpangan seksual. Beberapa penderita kelainan seks itu memiliki ketertarikan untuk melakukan hubungan intim dengan hewan seperti kuda, anjing, kucing, sapi, dan lain-lain. Penyimpangan seks ini disebut bestially atau biasa disebut zoophilia.

Hampir semua negara menganggap bestially atau zoophilia adalah kegiatan ilegal dan terlarang lantaran dianggap tak sesuai norma agama, menjijikkan, serta termasuk kriminalitas sebab menyiksa hewan. Kata zoophilia sendiri diperkenalkan Krafft-Ebing dalam penilitian bidang seksualitasnya, dan tertuang dalam Psychopathia Sexualis pada 1886.

Dilansir dari MakassarTerkini, zoophilia juga telah dikaji beberapa ilmu, di antaranya ilmu psikologi atau studi tentang pikiran manusia, seksologi atau studi tentang seksualitas manusia, etologi atau studi tentang perilaku hewan, dan anthrozoology atau studi tentang interaksi manusia dengan hewan dan obligasi.

Kelainan seksual zoophilia dianggap cukup kompleks di antara penyimpangan seksual lainnya seperti seseorang yang menyukai berhubungan seks dengan mayat (necrophilia). Menurut penelitian medis, beberapa penderita hanya terangsang spesies hewan tertentu seperti kuda atau anjing, beberapa terangsang beberapa spesies berbeda, dan beberapa lainnya bahkan tidak tertarik berhubungan intim dengan manusia.

Dari penelitian, alasan seseorang mengidap zoophilia lantaran eksperimennya semasa kecil, kedekatannya terhadap hewan-hewan yang berada di sekitarnya, pernah menjadi korban pelecehan seksual, atau kurangnya kesempatan lain untuk berekspresi seksual terhadap lawan jenisnya.

Dampak dari zoophilia, sebuah penelitian di Journal of Sexual Medicine menemukan prevalensi beastility sebesar 34 persen pada pria. Penelitian ini juga menyebut perilaku tersebut sebagai faktor risiko kanker penis.

Well, masih mau coba-coba? (Tisa)

Berita Terbaru

Flu Singapura Tak Ditemukan di Bantul, Dinkes Tetap Waspadai Gejala yang Muncul

Mata Indonesia, Bantul - Dinkes Kabupaten Bantul menyatakan bahwa hingga akhir April 2024 kemarin, belum terdapat kasus flu Singapura yang teridentifikasi. Namun, Dinkes Bantul tetap mengimbau masyarakat untuk tetap waspada. "Kami belum menerima laporan terkait kasus flu Singapura di Bantul. Kami berharap tidak ada," ujar Agus Tri Widiyantara, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul, Sabtu 4 Mei 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini