MATA INDONESIA, STOCKHOLM – Berbeda dengan konsep “Hump day” di Amerika Utara yang menganggap hari Rabu sebagai hari terburuk kedua setelah senin, masyarakat Swedia sangat menyukai hari Rabu. Bahkan, mereka menganggap hari itu sebagai Sabtu Kecil.
Melansir BBC, tradisi yang disebut dengan lillördag itu berasal dari budaya Nordik. Mereka menganggap hari Rabu sebagai kesempatan untuk melakukan kegiatan ala akhir pekan.
Pada hari rabu, mereka akan bersenang-senang dengan melakukan pesta atau pergi ke tempat hiburan. Sedangkan pada akhir pekan, mereka akan menghabiskan waktunya untuk berkumpul dengan keluarga atau teman.
Harpo Adolfson, operator mesin yang terkenal di Jukkasjarvi, Swedia Utara, merupakan salah satu orang yang merayakan tradisi unik itu. Pekerjaannya pun cukup melelahkan, terlebih ia harus menghabiskan 12 jam dalam sehari untuk bekerja.
“Bekerja dengan mesin sangat melelahkan. Sebab, Anda harus berhati-hati setiap saat. Terkadang, akhir pekan terasa begitu panjang” katanya.
Adolfson dan teman-temannya telah merayakan lillördag sejak empat tahun terakhir. Mereka akan berpesta secara bergantian di rumah satu sama lain.
Rupanya, Adolfson sangat ketagihan merayakan lillördag. Menurutnya, kegiatan itu sangat mengasyikan sebab ia bisa makan enak dan bercengkrama dengan teman-temannya.
Rickard Grassman, Kepala Departemen Manajemen dan Dosen Universitas Stockholm, mengatakan jika lillördag menjadi liburan kecil di tengah pekan ketika orang-orang butuh waktu untuk melepas penat.
Ia menambahkan, tradisi Nordik itu sangat baik dilakukan di tengah pandemi Covid-19 seperti saat ini, sebab antara hari kerja dan akhir pekan hampir tidak bisa dibedakan. Sehingga, dengan merayakan tradisi ini akan membawa sedikit angin segar dan kebahagiaan.
Hal senada juga dikatakan oleh Constanze Leineweber, Profesor Universitas Stockholm. Ia menilai jika lillördag membuat akhir pekan lebih mudah dilalui. Terutama ketika pandemi, karena batas antara hari kerja dan akhir pekan begitu samar.
“Lillördag dapat memberikan kepuasan tersendiri bagi mereka yang marayakan. Mereka dapat termotivasi dengan tujuan-tujuan kecil” katanya.
Meski tidak semua orang merayakan tradisi yang satu ini, terdapat puluhan unggahan di Instagram yang menggunakan tagar #lillördag. Mereka akan mengunggah berbagai makan lezat dan aktifitasnya.
Lillördag pun menginspirasi dua sahabat bernama Annita Clemence dan Ann Söderlund untuk membuat podcast sejak enam tahun yang lalu.
Dalam podcast yang dinamai Lillerlördag itu, Clemence dan Söderlund akan berbincang-bincang mengenai topik-topik seputar hubungan percintaan, gaya hidup, dan dunia keibuan.
Bahkan, acara yang dipandu oleh dua wanita ini masuk dalam daftar 50 podcast teratas di Swedia.
Sebagai mantan penderita Covid-19, Söderlund menilai jika pandemi telah membantunya menhargai hal-hal kecil. Dengan adanya lillördag, kegiatan sederhana seperti bersantai pun dapat terasa lebih berharga.
Reporter: Diani Ratna Utami