Film Joker Membuat Trauma Warga Amerika

Baca Juga

MINEWS.ID, NEW YORK – Dari sekian banyak film yang tayang pekan ini, Joker memang layak menjadi perhatian. Dirilis serentak di seluruh dunia pada 2 Oktober 2019, beberapa media di Amerika melaporkan pihak kepolisian telah mengeluarkan peringatan bagi para personelnya, dengan menyebut ancaman penembakan massal yang ‘potensial’ di saat pemutaran film Joker.

Tujuh tahun yang lalu, seorang pria melepaskan tembakan saat pemutaran sekuel film Batman, The Dark Knight Rises di kota Aurora, negara bagian Colorado. Peristiwa ini menyebabkan 12 orang tewas dan 70 orang lainnya mengalami luka-luka.

Terkait dengan peristiwa yang terjadi di Aurora, keluarga korban penembakan meminta agar bioskop-bioskop tidak memutar film Joker dan sejumlah pemilik bioskop di kota itu sepakat untuk tidak menayangkan film tersebut.

Pihak keluarga korban juga melayangkan surat kepada Warner Brothers, produser film yang berada di balik pembuatan film itu. Mereka meminta perusahaan tersebut menyumbangkan dana kepada kelompok-kelompok yang membantu para korban kekerasan senjata.

Dalam surat itu, mereka mendesak Warner untuk menghentikan kontribusi politik terhadap para kandidat politisi yang memberikan suara untuk menentang reformasi senjata. ”Kami meminta Anda untuk menjadi bagian dari para pemimpin perusahaan yang memahami bahwa mereka memiliki tanggung jawab sosial menjaga keselamatan kami,” demikian bunyi surat yang dilayangkan ke studio film seperti dikutip The Hollywood Reporter.

Salah seorang kerabat korban penembakan Aurora mengatakan bahwa film itu mengingatkannya pada James Holmes – pria yang dijatuhi hukuman penjara seumur hidup karena peristiwa pembantaian itu. ”Saya tidak perlu melihat foto (Holmes). Saya hanya perlu melihat promo Joker dan saya melihat foto si pembunuh,”kata Sandy Phillips, yang kehilangan putrinya Jessica Ghawi, 24 tahun, kepada The HollywoodReporter.

Di beberapa kota Amerika lainnya, sejumlah bioskop melarang para penonton mengenakan topeng, mengecat wajah atau memakai kostum, yang biasanya dilakukan saat peluncuran film-film superhero.

Film Joker mengisahkan tentang Arthur Fleck, seorang komedian yang mengalami gangguan mental yang akhirnya melakukan tindakan kriminal. Menurut ulasan sejumlah media, film ini dibumbui dengan adegan kekerasan realistis. Beberapa kritikus film di AS menuduh sang sutradara film, Todd Phillips terlalu menonjolkan sisi kejahatan manusia.

Sutradara Todd Phillips maupun aktor Joaquin Phoenix yang bermain sebagai pemeran utama dalam film ini tidak sepakat dengan beberapa pendapat yang menyebutkan bahwa Joker mengagungkan kekerasan. Ia mengatakan “terkejut” dengan kontroversi yang beredar. ”Film ini mengangkat soal kurangnya rasa cinta, trauma masa kecil dan kasih sayang di dunia,” ujar Phillips dalam wawancara promo film pekan lalu.

Phoenix juga membela film tersebut. “Orang-orang suka salah mengartikan lirik dari lagu. Mereka suka salah mengartikan bagian-bagian dalam buku. Jadi saya tidak berpikir bahwa menjadi tanggung jawab pembuat film untuk mengajarkan moralitas penonton atau perbedaan antara benar dan salah,” katanya.

Sang aktor juga mengatakan ia menikmati “ketidaknyamanan” yang disebabkan oleh film tersebut. Phoenix sebagai pemeran Joker lah yang sebenarnya semakin meningkatkan kontroversi. Ia dikenal sebagai aktor yang suka melakukan pendekatan mendalam terhadap karakter yang dimainkannya, dan jika dilihat dari trailernya ia memerankan tokoh tersebut dengan baik.

Phoenix memberikan penampilan luar biasa tanpa rasa takut dan menakjubkan dalam mendalami peran fisik dan emosional. Semua orang yang menyaksikan film Joker akan terpana dengan apa yanglakukan Phoenix saat menjadi Joker.

Joker yang dimainkan oleh Phoenix menyalurkan sesuatu yang tidak dikenal di sini, seorang pria yang menyadari bahwa monster psikotik dengan keras ingin keluar darinya. Dia tampak berjuang untuk menahannya karena dia pikir itulah yang harus dia lakukan. Sampai dia memutuskan tidak melakukannya, karena monster di dalam dirinya hanyalah dia sendiri. Dia pun menyukainya.

Phoenix berhasil memukau karena mampu memutar dan memutarbalikkan dirinya seperti boneka yang patah, dan terkadang seperti kepiting atau serangga aneh yang merangkak dari kepompong. Phoenix mampu menunjukkan kekacauan batin yang terwujud dalam setiap gerakan dan setiap lirikan.

Ada kedengkian yang merembes keluar dari mulutnya. Pada awalnya agak sulit untuk dideteksi, karena Phoenix dengan sangat ahli menggambarkan cara Joker bergulat dengan dirinya sendiri untuk menyamarkan kecenderungannya yang sebenarnya sangar dan gila. Namun lambat laun, dengan rasa sakit, dia memungkinkan penonton untuk melihat lebih banyak dan lebih banyak lagi sosok Joker yang sebenarnya.

Film Joker diperkirakan akan memecahkan rekor pembukaan box office untuk bulan Oktober di Amerika Serikat. Dan yang tidak bisa dipungkiri adalah bahwa film Joker sejauh ini menuai banyak ulasan positif – film tersebut mendapat rating 77% di situs web ulasan Rotten Tomatoes.

Terakhir yang tidak kalah pentingnya, film Joker meraih penghargaan tertinggi di Festival Film Venice awal bulan ini – bahkan di akhir pemutarannya film ini mendapat sambutan tepuk tangan selama delapan menit.

Berita Terbaru

Pencegahan TPPO di Jogja Diperkuat, Gugus Tugas Dibentuk Kurangi Kasus

Mata Indonesia, Yogyakarta - Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) semakin menjadi perhatian serius di Indonesia, termasuk di Kota Yogyakarta. Korban TPPO seringkali berasal dari kalangan Pekerja Migran Indonesia (PMI), yang terjerat dalam kasus perdagangan manusia akibat berbagai faktor risiko.
- Advertisement -

Baca berita yang ini