MATA INDONESIA, PYOONGYANG – Propaganda Korea Utara (Korut) melalui filmnya membuat negara tersebut mendapatkan sedikit perhatian dari dunia.
Beberapa film Korut menunjukkan kompetensi teknis yang nyata dan semangat yang jelas untuk pembuatan film. Karya-karya hiburan produksi negara ini sebenarnya menghibur bahkan kadang mengharukan.
Salah satu yang paling menonjol adalah film 1972 “The Flower Girl” yang berdasarkan pada opera dengan judul yang sama.
Kisah tragis film,pertunjukan yang semangat, dan nilai yang mengesankan menjadikannya sebagai hit instan di Korea Utara. Film tersebut menjadikan penciptanya sebagai ikon nasional.
Namun keberhasilannya tidak berhenti di situ. Film ini menikmati perbedaan langka dalam menemukan popularitas di luar negeri. 50 tahun setelah dirilis, film ini menjadi nostalgia klasik bagi banyak orang yang tumbuh di sisi timur Tirai Besi.
Tidak seperti kebanyakan film Korea Utara yang sebagian besar ditayangkan untuk penonton domestik, “The Flower Girl” diputar secara luas di Uni Soviet dan Blok Timur dan menikmati popularitas yang cukup besar diantara sekutu sosialis DPRK.
Dengan tema proletar dan kecakapan teknisnya yang setara atau bakhkan lebih baik daripada kebanyakan film Cina pada saat itu, “The Flower Girl” secara praktis menjadi sangat hits.
Versi panggung dan layar “The Flower Girl” terus menerima pertunjukan yang tidak terhitung di Tiongkok dalam beberapa dekade setelah adanya Revolusi Kebudayaan. Bahkan negara-negara seperti Australia dan Jepang secara terbuka menayangkan film tersebut di festival-festival.