MATA INDONESIA, NEW YORK – Aplikasi TikTok kerap melahirkan tren terbaru. Tak jarang tren yang muncul adalah yang aneh-aneh dan berbahaya, seperti tren memasukkan es batu ke dalam vagina atau Miss V.
Dilansir dari Latestly, Jumat 9 April 2020, tren terbaru itu cukup populer diunggah dengan tagar #Cryotherapy. Meski sama-sama menggunakan es batu, tren ini berbeda dengan Ice Bucket Challenge di mana orang-orang menyiram es batu ke tubuh mereka sendiri.
Di sini para wanita ditantang untuk memasukkan es batu ke dalam miss v mereka. Kemudian mereka diminta untuk merekam reaksi wajah masing-masing saat es batu itu berada di dalam vagina.
“Ayo coba ini: Masukkan es batu ke dalam vagina,” tulis keterangan di setiap video dengan tagar #Cryotherapy.
Cryotherapi sendiri sejak dulu dikenal sebagai salah satu prosedur membekukan permukaan kulit menggunakan zat khusus seperti nitrogen cair. Namun banyak orang-orang di TikTok yang merubahnya dengan es batu.
Eits, tapi jangan ngeres dulu ya, konten utama dari tantangan ini hanyalah merekam reaksi wajah orang-orang saja. Bukan merekam langsung ketika mereka meletakkan es batu itu ke dalam vagina.
Meski menggunakan es batu ke bagian tubuh belum diketahui memiliki efek samping yang berbahaya. Tapi tantangan ini bisa saja menyebabkan masalah kesehatan jika memiliki permukaan kulit yang sensitif atau tubuh yang tidak bisa terpapar suhu dingin.
Salah satu efek samping dari tantangan ini bisa menyebabkan rasa kebas, kemerahan, hingga iritasi kulit yang bisa bertahan selama beberapa hari.
Tentu saja tantangan ini mendapatkan banyak kritik dari kecaman netizen. Menurut mereka tren ini tidak sopan dan bisa membahayakan kesehatan orang-orang yang mengikutinya.
“Saya tidak mengerti mengapa para wanita di TikTok memasukkan es batu ke vagina mereka? Seseorang cepat kirimkan pertolongan untuk mereka,” kritik seorang netizen.
“Saya penasaran dengan tren ini. Saya membaca satu artikel kesehatan yang melarang wanita memasukkan es batu ke vagina karena dapat menyebabkan trauma hingga membawa bakteri yang menyebabkan infeksi,” komen netizen lainnya.
Hingga saat ini masih banyak pengguna TikTok yang mengikuti tren aneh ini. Beberapa orang menyarankan agar orangtua mengawasi anak-anak mereka yang masih kecil agar tidak mengikuti tren ini.