Cara Hilangkan Rasa Pahit pada Pare

Baca Juga

MATA INDONESIA , JAKARTA – Semua tahu pare memiliki rasa yang pahit. Lantas, bagaimana cara menghilangkan rasa pahit tersebut?

Pare dipercaya ampuh menjadi obat diabetes atau menurunkan demam, hingga obat sembelit. Banyak orang ragù mengonsumsi pare karna rasanya yang pahit.

Jika tahu cara memasaknya, rasa pahit pada pare bisa dihilangkan. Supaya tak penasaran, begini cara memasak pare.

1. Memilih Pare yang Tepat
Memilih pare yang tepat karena ada jenis pare yang pahitnya masih bisa ditolerir lidah. Jenis pare yang tak terlalu pahit adalah pare yang masih muda.

Untuk membedakan pare yang tua dan muda tinggal dilihat dari warnanya saja. Biasanya pare yang muda warna hijau lebih cerah dibandingkan pare yang sudah tua.

2. Merendam Pare dengan Air Garam
Cara ini banyak dilakukan masyarakat karena merendam pare dalam air garam dipercaya bisa menghilangkan rasa pahit pada pare. Masukkan dua sampai tiga sendok garam lalu aduk rata dengan air. Rendam pare selama 15 menit lalu buang air garam dan bilas dengan mengalir.

3. Meremas Pare dengan Garam
Setelah merendam pare pakai air garam, selanjutnya meremas pare dengan garam diyakini bisa menghilangkan rasa pahit pada pare. Langkah pertama adalah meremas pare dengan garam. Setelah dicuci bersih, pare dibelah dua lalu keluarkan bijinya. Tampung di dalam wadah, lalu taburi pare dengan garam sebanyak 1-2 sendok makan sesuai dengan jumlah parenya. Lalu diamkan 15 menit.

4. Menggunakan Gula
Tak hanya garam, gula juga bisa digunakan untuk menghilangkan rasa pahit pada pare. Caranya pun sama. Usai dipotong-potong, taburkan pare dengan gula. Setelahnya, remas-remas sampai pare menjadi lemas. Cuci pare di bawah air mengalir agar rasa manis dari gula tidak mengubah rasa pare.

5. Menghilangkan Bagian Tengah Pare
Salah satu sumber rasa pahit pare terletak pada bagian tengahnya. Untuk itu, kita perlu membelah dua pare dan menghilangkan bagian tengahnya. Cara menghilangkan bagian tengah pare ini mudah, kok. Cukup keruk dengan sendok sampai bagian tengah pare habis. Baru setelah dihilangkan bagian tengahnya pare bisa dipotong menjadi lebih kecil.

Reporter: Purwati Soleha

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia Kondisi ketenagakerjaan saat ini menghadirkan berbagai tantangan signifikan yang berdampak pada kesejahteraan pekerja, terutama dalam menghadapi ketidakpastian kerja dan fenomena fleksibilitas yang eksploitatif atau dikenal sebagai flexploitation. Sistem kontrak sementara kerap menjadi salah satu akar permasalahan, karena tidak menjamin kesinambungan pekerjaan. Situasi ini semakin diperburuk oleh rendahnya tingkat upah, yang sering berada di bawah standar kehidupan layak, serta minimnya kenaikan gaji yang menambah beban para pekerja. Selain itu, kurangnya perlindungan sosial, seperti jaminan kesehatan yang tidak memadai, serta lemahnya penegakan hukum memperkuat kondisi precarization atau suatu kerentanan struktural yang terus dialami oleh pekerja. Di sisi lain, keterbatasan sumber daya negara juga menjadi penghambat dalam mendorong pertumbuhan sektor ekonomi kreatif yang potensial, di mana banyak pekerja terjebak dalam tekanan produktivitas tanpa disertai perlindungan hak yang memadai. Dalam konteks ini, generasi muda, termasuk kader-kader Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), menjadi kelompok yang paling rentan terhadap dinamika pasar kerja yang semakin eksploitatif. Generasi ini kerap menghadapi kontradiksi antara ekspektasi tinggi terhadap produktivitas dan inovasi dengan realitas kerja yang penuh ketidakpastian. Banyak dari mereka terjebak dalam sistem kerja fleksibel yang eksploitatif, seperti tuntutan kerja tanpa batas waktu dan kontrak sementara tanpa jaminan sosial yang memadai. Akibatnya, kondisi precarization semakin mengakar. Bagi kader GMNI, yang memiliki semangat juang dan idealisme tinggi untuk memperjuangkan keadilan sosial, situasi ini menjadi ironi. Di satu sisi, mereka harus tetap produktif meskipun kondisi kerja tidak mendukung, sementara di sisi lain mereka memikul tanggung jawab moral untuk terus memperjuangkan aspirasi kolektif para pekerja. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi kesejahteraan individu, tetapi juga dapat mengikis potensi intelektual, semangat juang, serta daya transformasi generasi muda dalam menciptakan struktur sosial yang lebih adil. Oleh karena itu, peran negara menjadi sangat penting untuk merumuskan kebijakan yang konkret dan menyeluruh. Kebijakan ini harus memastikan pemenuhan hak-hak dasar pekerja, termasuk perlindungan sosial yang layak, serta penegakan regulasi yang konsisten untuk mengurangi ketimpangan dan menghentikan eksploitasi dalam sistem kerja fleksibel. Tanpa langkah nyata tersebut, ketimpangan struktural di pasar tenaga kerja akan terus menjadi ancaman bagi masa depan generasi muda dan stabilitas tatanan sosial secara keseluruhan.
- Advertisement -

Baca berita yang ini