MATA INDONESIA, JAKARTA – Pada dasarnya manusia membutuhkan tidur untuk mengumpulkan energi dan memperbaiki sel-sel yang rusak. Bagi manusia, kekurangan tidur bisa menyebabkan berbagai masalah pada tubuh mulai dari berat badan yang mudah naik hingga beresiko terkena gangguan jantung.
Lalu bagaimana dengan binatang? Apakah binatang membutuhkan tidur dengan alasan yang sama seperti manusia? Apakah jika kurang tidur tubuh manusia bisa terdera berbagai gangguan kesehatan?
Ternyata melansir dari Live Science, kurang tidur bisa menyebabkan efek negatif yang membahayakan tubuh. Sementara mayoritas binatang menghabiskan waktu hidupnya untuk tidur. Melihat fenomena ini, bisa ditarik kesimpulan bahwa tidur menjadi bagian penting dari sistem metabolism tubuh binatang.
Namun, hingga saat ini belum bisa ditarik kesimpulan terkait persamaan efek tidur bagi binatang dan manusia. Efek kurang tidur pada binatang belum bisa dipastikan, apakah sama atau tidak dengan efek kurang tidur pada manusia.
Penelitian lama yang dinilai cukup kejam yaitu mencoba anak anjing Rusia sebagai kelinci percobaan. Anak anjing tersebut dibuat untuk tidak tidur sepanjang waktu. Imbasnya, anak anjing tersebut mati karena efek dari kurang tidur.
Meski demikian, ada beberapa spesies binatang yang memiliki waktu tidur yang singkat namun bisa terus bertahan hidup. Hal ini tidak lepas dari waktu tidur masing-masing makhluk hidup yang berbeda-beda, meski masih dalam satu spesies sekalipun.
Pengajar Imperial College London menegaskan bahwa 6 persen lalat betina tidur kurang dari 72 menit setiap harinya, sedangkan lalat betina lainnya tidur selama 300 menit setiap harinya. Bahkan, ada pula lalat yang hanya tidur 4 menit dan tetap bisa tumbuh dan hidup layaknya lalat lain.
Melansir dari Sleep Foundation, baik manusia atau binatang akan mengalami efek negatif jika kurang tidur. Manusia umumnya akan mengalami perubahan mood sementara tikus yang kurang tidur akan mengalami penurunan berat badan dan risiko terkena infeksi berat yang bisa menyebabkan kematian.
