MATA INDONESIA, JAKARTA – Peningkatan suhu bumi karena pemanasan global menjadi isu yang tak dapat dihindarkan. Hal tersebut sudah diperingatkan oleh World Meteorological Organization (WMO), bahwa dalam beberapa tahun terakhir suhu bumi mengalami peningkatan, ditambah dengan naiknya permukaan laut.
Apabila suhu bumi terus meningkat, kenaikan itu bisa menyebabkan beberapa kota-kota besar tenggelam. Bahkan tahun 2100 mendatang suhu bumi diperkirakan naik hingga 4 derajat celcius.
Peningkatan suhu bumi mempunyai dampak yang mempengaruhi kebutuhan manusia, mengingat umat manusia masih membutuhkan alam.
Perubahan cuaca yang menjadi tidak menentu, dampak kekeringan dan musim hujan yang terus berulang, membuat beberapa pihak memperkirakan makanan pokok suatu saat nanti akan berkurang. Bahkan karena hal tersebut makanan pokok bisa berganti ke makanan hasil rekayasa.
Inilah beberapa makanan pokok yang terkena dampak pemanasan global
Beras
Beras merupakan bahan utama pembuatan nasi yang merupakan makanan pokok bagi bangsa Indonesia, dan beberapa negara di dunia lainnya. Pemanasan global yang terjadi dikhawatirkan membuat nasi akan terkontaminai arsenik, yakni senyawa kimia yang terdapat di kerak bumi yang dihasilkan secara alami.
Senyawa arsenik ini dapat ditemukan di dalam air, udara, juga tanah. Senyawa ini juga bisa menjadi campuran pestisida.
Konsentrasi CO2 di atmosfer membuat meningkatnya kadar arsemik. Hal tersebut pernah diterbitkan dalam jurnal Nature Communications tahun 2019 bahwa meningkatnya kadar arsemik karena konsentrasi CO2 di atmosfer, membuat kadar arsemik yang dilepaskan lebih banyak oleh mikroorganisme.
Perubahan iklim yang terjadi juga dapat mempengaruhi kualitas pada beras. Peneliti dari Amerika Serikat mengatakan bahwa ada kandungan besi, seng, bahkan kandungan vitamin (B9, B1, B2, dan B5) pada beras berkurang, apalagi dalam udara yang terkonsentrasi CO2 yang tinggi.
Sayuran
Pemanansan global yang terjadi membuat produksi sayuran juga terkena imbasnya. Bahkan di bagian bumi Eropa Selatan, hal tersebut sudah dirasakan. Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal PNAS pada 2018, memaparkan bahwa skenario pemanasan global yang terus berlanjut dapat penyebabkan panen sayuran bisa turun sebesar 31,5 persen di seluruh dunia.
Karena udara yang hangat juga sumber air yang kurang memadai membuat sayuran seperti labu hijau, tomat, dan sayuran lainnya susah bertumbuh dengan baik. Bahkan produksi sayuran di bagian Afrika, dan Asia Selatan dapat sangat terancam.
Gandum
Gandum merupakan makanan pokok bagi beberapa negara seperti Amerika Serikat, Prancis, India, juga Cina. Gandum juga menjadi bahan dasar dalam pembuatan pasta gandum.
Namun, perubahan iklim yang ekstrem membuat produksi gandum menurun. Bahkan Serikat Produsen Pasta Prancis telah membunyikan alarm mengenai bahayanya perubahan iklim ini. Mereka menuturkan bahwa hujan dan kekeringan yang berturut-turut dapat merusak ladang gandum.
Rusaknya ladang gandum juga dikhawatirkan dapat mempengaruhi kualitas kandungan protein dan pati dalam gandum. Tak hanya itu kondisi kekeringan yang terjadi di Kanada sebagai penyumbang dua pertiga dari perdagangan gandum dunia, akan mengalami penurunan panen hingga 32 persen dibandingkan rata-rata lima tahun terakhir.
Turunnya persentasi produksi ditambah dengan kualitas gandum yang menurun membuat produksi makanan gandum akan berpengaruh.
Buah
Buah-buahan menjadi salah satu makanan pokok bagi para fruitarians. Namun pemanasan global yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir ini membuat kualitas buah-buahan menurun. Kenaikan suhu yang terjadi dapat membuat warna apel berbeda, stroberi berubah bentuk, bahkan ceri membelah.
Hal tersebut dikarenakan biji dapat matang lebih awal sebelum waktunya. Perubahan iklim yang tidak menentu juga menjadi alasan pembungaan pohon buah menjadi tak teratur. Perubahan iklim menjadi lebih hangat juga perbedaan suhu siang dengan malam menjadi salah satu alasannya.
Namun perubahan iklim yang terjadi pada buah-buahan musim panas menjadi hal yang positif. Pasalnya perubahan iklim yang terjadi dapat membuat buah lebih manis dibanding biasanya.
Reporter : Indah Suci Raudlah