Bangga, 5 Produk Indonesia Ini Jadi Incaran Konsumen Luar Negeri

Baca Juga

MATAINDONESIA, JAKARTA – Produk-produk asli Indonesia kini banyak menarik masyarakat di negara lain. Sebagai warga negara Indonesia, sudah sepatutnya kita bangga akan hal tersebut. Lalu apa saja produk asli negara +62 ini yang ternyata laku di luar negeri?

1. Sandal Jepit


Siapa sangka kalau sandal jepit yang biasa hilang saat dipakai ke Jum’atan ini ternyata pernah jadi incaran di luar negeri. Sendal jepit Swallow asli Indonesia ini mendunia semenjak dipakai oleh salah satu anggota grup asal Korea Selatan yaitu EXO. Salah satu anggota Exo yaitu Sehun, memakai sendal jepit Swallow ini di Bandara Incheon, Korea Selatan setelah pulang dari Indonesia usai konser.

Sehun memakai sendal tersebut karena kakinya sedang cidera. Namun tanpa disangka hal ini membuat samdal Swallow menjadi viral. Penggemar Sehun dari seluruh dunia pun mencari sendal jepit tersebut, sampai-sampai sandal jepit yang biasa dijual dengan harga sekitar Rp 10.000 namun di luar negeri menjadi 20 dolar AS atau setara dengan Rp 260.000.

2. Bulu Mata Palsu


Memiliki bulu mata ‘cetar’ ternyata bukan impian wanita Indonesia saja, melainkan juga impian wanita di Italia. Pasalnya, bulu mata palsu hasil produksi Purbalingga, Jawa Tengah menjadi incaran pada pameran produk Kosmetik Cosmoprof yang diadakan di Kota Bologna, Italia, pada Maret 2019 lalu.

Produk lokal tersebut disambut antusias oleh pengunjung pameran. Kualitasnya bulu mata ini memang tidak diragukan lagi, meskipun dibuat secara manual atau tidak menggunakan mesin. Negara yang menjadi tujuan ekspor bulu mata ini adalah Amerika Serikat, Malaysia, Inggris, Korea dan Jerman.

3. Rambut Manusia


Apakah Anda pernah mengira jika memotong rambut di salon, maka rambut Anda akan dibuang begitu saja? Jika iya, maka perkiraan Anda salah. Rambut yang terpotong biasanya dikumpulkan lalu diolah menjadi wig atau rambut palsu.

Wig yang terbuat dari rambut asli manusia memang kualitasnya lebih baik dibandingkan yang terbuat sari serat sintesis. Negara Italia dan Prancis memang biasa membeli rambut bekas potong ini ke Negera asia, salah satunya Indonesia. Alasannya karena mereka mengincar warna rambut yang hitam, seperti rambut orang Asia.

4. Mahkota Raja

Mahkota Raja atau kuluk manten ternyata mampu menarik konsumen di luar negeri. Kerajinan ini diproduksi di Desa Sambon, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kuluk manten terbuat dari kertas karton dan kain kantun serta asesoris untuk mempercantik.

Negara yang memesan banyak kuluk manten ini antara lain Thailand, Belanda, dan Suriname. Sementara itu, untuk di Indonesia kuluk manten ini banyak menerima pesanan dari Semarang, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya.

5. Sepeda Polygon


Sepeda Polygon ternyata tidak eksis di dalam negeri tapi juga luar negeri. Polygon mulai diperkenalkan pada tahun 1989. Perusahaan yang awalnya kecil, perlahan berkembang hingga menjadi perusahaan besar dan mampu menembus pasar internasional.

Lebih dari 30 negara telah menerima ekspor dari PT Insera Sena yang merupakan produsen sepeda Polygon ini. Sepeda Polygon ini lebih banyak mendapat permintaan dari luar negeri dibanding dari dalam negeri. (Anis Fairuz)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Judi Daring Ancam Ekonomi Keluarga: Saatnya Literasi dan Kolaborasi Jadi Senjata

Oleh: Ratna Soemirat* Fenomena judi daring (online) kini menjadi salah satu ancaman paling serius terhadap stabilitassosial dan ekonomi masyarakat Indonesia. Di tengah kemajuan teknologi digital yang membawakemudahan hidup, muncul sisi gelap yang perlahan menggerogoti ketahanan keluarga dan moral generasi muda. Dengan hanya bermodalkan ponsel pintar dan akses internet, siapa pun kini bisaterjerumus dalam praktik perjudian digital yang masif, sistematis, dan sulit diawasi. Pakar Ekonomi Syariah dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Satria Utama, menilai bahwa judi daring memiliki daya rusak yang jauh lebih besar dibandingkan bentukperjudian konvensional. Menurutnya, sasaran utama dari perjudian daring justru kelompokmasyarakat yang secara ekonomi tergolong rentan. Dampaknya langsung terlihat pada polakonsumsi rumah tangga yang mulai bergeser secara drastis. Banyak keluarga yang awalnyamampu mengatur pengeluaran dengan baik, kini harus kehilangan kendali keuangan karenasebagian besar pendapatan mereka dialihkan untuk memasang taruhan. Satria menjelaskan, dalam beberapa kasus, bahkan dana bantuan sosial (bansos) yang seharusnyadigunakan untuk kebutuhan pokok keluarga justru dihabiskan untuk berjudi. Hal ini, katanya, bukan lagi sekadar persoalan individu, melainkan ancaman nyata terhadap ketahanan ekonominasional. Ia menegaskan, ketika uang yang seharusnya digunakan untuk makan, biaya sekolahanak, atau keperluan kesehatan malah dipakai untuk berjudi, maka kerusakannya meluas hinggapada tingkat sosial yang lebih besar. Masalah ini juga diperparah dengan munculnya fenomena gali lubang tutup lubang melaluipinjaman online (pinjol). Banyak pelaku judi daring yang akhirnya terjebak utang karena tidakmampu menutup kerugian taruhan. Satria menilai bahwa bunga pinjol yang tinggi justrumemperparah keadaan dan menjerumuskan pelakunya ke dalam lingkaran utang yang sulitdiakhiri. Dalam banyak kasus, kondisi ini menyebabkan kehancuran rumah tangga, konflikkeluarga, hingga perceraian. Efek domino judi daring, katanya, sangat luas dan tidak hanyamerugikan pelakunya saja. Selain aspek ekonomi, Satria juga menyoroti persoalan perilaku konsumsi yang tidak rasional di kalangan masyarakat. Ia menilai bahwa budaya konsumtif yang tinggi membuat masyarakatlebih mudah tergoda dengan janji palsu “cepat kaya” yang ditawarkan oleh situs judi daring. Contohnya, jika seseorang rela mengeluarkan uang untuk rokok meski kebutuhan rumah tanggaterbengkalai, maka godaan berjudi dengan iming-iming hasil instan menjadi semakin kuat. Menurutnya, perubahan pola pikir masyarakat menjadi kunci utama untuk membentengi diri daribahaya ini. Lebih jauh, Satria menegaskan bahwa penanganan judi daring tidak cukup hanya denganpendekatan represif, seperti pemblokiran situs atau razia siber. Ia menilai langkah tersebutmemang penting, tetapi tidak akan menyelesaikan akar masalah tanpa adanya peningkatanliterasi ekonomi dan kesadaran digital masyarakat. “Permintaan terhadap judi daring itu besar, sehingga selama ada permintaan, pasokan akan terus bermunculan,” ujarnya dalam wawancara. Pemerintah, katanya, harus berani menyentuh aspek edukasi publik dengan memperkuat literasidigital, keuangan, dan moral agar masyarakat memiliki ketahanan terhadap jebakan dunia maya. Upaya memperkuat literasi digital dan kesadaran publik kini mulai mendapat perhatian dariberbagai pihak, termasuk dunia akademik. Salah satu contoh nyata datang dari UniversitasLampung (Unila) melalui inovasi bertajuk Gambling Activity Tracing Engine (GATE...
- Advertisement -

Baca berita yang ini