Oleh: Dhita Karuniawati )*
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) merupakan salah satu kebijakan strategis pemerintah yang dirancang untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia sejak usia dini. Lebih dari sekadar program pemenuhan gizi, MBG memiliki dimensi ekonomi yang sangat besar karena menggerakkan rantai pasok pangan nasional. Melalui pendekatan berbasis produksi lokal, program ini mampu menjadi lokomotif penggerak ekonomi kerakyatan dengan melibatkan petani, nelayan, dan pelaku UMKM di berbagai daerah.
Di tengah tantangan ekonomi global dan tekanan harga pangan, MBG menjadi model pembangunan inklusif yang mendorong partisipasi langsung masyarakat dalam proses ekonomi. Dengan memprioritaskan pembelian bahan baku dari produsen lokal, program ini tidak hanya memastikan siswa mendapatkan makanan bergizi, tetapi juga menjamin keberlangsungan pendapatan kelompok ekonomi akar rumput.
Ekonomi kerakyatan merupakan sistem ekonomi yang bertumpu pada kekuatan masyarakat, terutama sektor informal yang meliputi petani, nelayan, dan UMKM. Sistem ini menekankan pemerataan, partisipasi, dan pemberdayaan. Program MBG memperkuat pilar ekonomi kerakyatan melalui tiga aspek utama yakni membangun permintaan pangan yang stabil dan berkelanjutan, mempercepat perputaran ekonomi lokal, dan memperkuat kedaulatan pangan nasional. Oleh karena itu, MBG dianggap sebagai program multi-dimensi yakni bukan hanya berfokus pada gizi, tetapi memiliki dampak turunan yang luar biasa besar untuk perekonomian rakyat.
Badan Gizi Nasional (BGN) menilai Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Sleman Tridadi 3 sebagai contoh konkret bahwa program gizi mampu menjadi pengungkit ekonomi desa. Kepala Biro Hukum dan Humas BGN, Khairul Hidayati mengatakan bahwa SPPG Tridadi 3 melibatkan UMKM pangan, petani lokal, hingga Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dalam rantai pasok hariannya. Kolaborasi ini memastikan seluruh kebutuhan bahan baku diperoleh dari pelaku usaha setempat secara adil, sekaligus mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar.
Setiap hari, bahan pangan seperti telur, sayur-mayur, ayam, dan berbagai komoditas lokal dipasok oleh petani dan UMKM desa. Selain itu, hasil peternakan BUMDes termasuk telur dan sumber protein lainnya secara rutin menjadi bagian dari menu bergizi yang diproduksi untuk para penerima manfaat program.
Menurut Hida, model kolaborasi desa ini sejalan dengan arah kebijakan BGN dalam upaya memperkuat ketahanan pangan lokal dan memastikan keberlanjutan program. BGN mendorong replikasi model Sleman Tridadi 3 karena pendekatan berbasis komunitas terbukti mampu menggerakkan warga, menciptakan lapangan kerja, dan membuat rantai pasok pangan lebih mandiri. Ini adalah praktik baik yang ingin kami dorong di banyak daerah.
Dengan skema ini, kemitraan antara SPPG dan pelaku usaha desa terbukti berhasil memperkuat sistem pangan lokal, yakni melalui mekanisme pengadaan yang transparan dan memberi akses merata bagi kelompok usaha. Sehingga, manfaat program Makan Bergizi Gratis (MBG) turut mendorong produktivitas dan pertumbuhan ekonomi desa.
Menteri Koordinator Pangan (Menko Pangan) Zulkifli Hasan mengajak seluruh elemen masyarakat untuk berperan aktif guna menyukseskan Program Makan Bergizi Gratis (MBG). Program ini diyakini menjadi penggerak utama ekonomi rakyat. MBG bertujuan mengubah peradaban. Program MBG akan menciptakan ekosistem ekonomi kerakyatan yang baru dan berkelanjutan.
Menko Pangan Zulkifli Hasan menjelaskan skala kebutuhan pangan harian untuk Program Makan Bergizi Gratis (MBG) tahun 2026. Dengan 82,9 juta penerima, kebutuhan bahan pangan pokok akan meningkat signifikan. Hal ini menciptakan peluang besar bagi sektor pangan.
Sebagai contoh, jika setiap penerima membutuhkan satu butir telur setiap hari, maka diperlukan 82,9 juta butir telur per hari. Apabila lauk yang disajikan berupa ikan, dibutuhkan sekitar 82,9 juta potong ikan setiap hari. Skala ini menunjukkan potensi ekonomi yang besar.
Efek berganda dari Program Makan Bergizi Gratis (MBG) akan dirasakan luas, terutama di tingkat akar rumput. Peningkatan permintaan telur, ikan, sayur, dan bahan pangan lainnya akan memperkuat rantai pasok pangan lokal secara signifikan.
Oleh karena itu, Menko Zulkifli Hasan mengajak semua pihak untuk bersama-sama menyukseskan program ini. Keberhasilan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) akan berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Ini juga akan memperkuat fondasi ekonomi nasional.
Senada, Staf Ahli Menteri Bidang Komunikasi dan Media Massa Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi), Molly Prabawaty, meyakini bahwa keterlibatan masyarakat secara langsung menjadikan program gizi lebih efektif dan berkelanjutan. Saat masyarakat turut terlibat dalam proses produksi dan pasokan, program gizi tidak lagi dipandang sebagai bantuan semata, tetapi gerakan sosial yang menguatkan ekonomi desa dan semangat gotong royong. Ini narasi pembangunan yang perlu diperluas.
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) menjadi bukti nyata bahwa kebijakan sosial dapat dirancang untuk sekaligus memperkuat ekonomi kerakyatan. Melalui model distribusi berbasis lokal, program ini menghadirkan manfaat ganda antara lain memastikan anak-anak Indonesia mendapatkan asupan gizi yang baik, sekaligus menggerakkan ekonomi pedesaan dan pesisir melalui pemberdayaan petani, nelayan, dan UMKM. Jika dikelola dengan konsisten, MBG dapat menjadi tonggak penting dalam membangun Indonesia yang lebih sehat, mandiri secara ekonomi, dan berkeadilan sosial melalui kekuatan gotong royong masyarakat.
*) Penulis adalah Kontributor Lembaga Studi Informasi Strategis Indonesia



