Sosok yang Pernah Menjadi Ketua PBNU dari Masa ke Masa

Baca Juga

MATA INDONESIA, BANDAR LAMPUNG – Usai sudah perhelatan Muktamar ke-34 Nahdlatul Ulama di Lapangan Pondok Pesantren Darussa’adah, Kecamatan Gunung Sugih, Kabupaten Lampung Tengah. Pada Jumat pagi 24 Desember 2021, KH Yahya Cholil Staquf terpilih sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) periode 2021-2026.

Dalam pemilihan yang berlangsung demokratis itu, Gus Yahya panggilan akrab KH Yahya Cholil Staquf mengalahkan petahana KH Said Aqil Siradj dengan angka 337 suara berbanding 210 suara. Satu suara batal.

Dengan terpilihnya Gus Yahya sebagai ketua PBNU, maka ia akan menjadi tokoh ke 11 yang memimpin ormas Islam terbesar di Indonesia ini. Sejak Muktamar ke-1 di Surabaya, Jawa Timur, yang digelar pada 31 Januari 1926, Nahdlatul Ulama telah memiliki 10 sosok ketua umum. Berikut daftarnya

1. KH. Hasan Gipo

KH Hasan Gipo merupakan saudagar kaya yang lahir pada 1869 di Surabaya, Jawa Timur. Seluruh hidupnya dibaktikan untuk agama dan bangsa, terutama melalui Nahdlatul Ulama (NU). Ia menjadi ketua umum tanfidziyah pertama NU, mendampingi Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari selaku rais akbar. Jauh sebelum terbentuknya NU, Kiai Hasan sudah mendukung dakwah dan syiar Islam, khususnya yang dilakukan kalangan pesantren. Sewaktu para tokoh Islam tradisionalis hendak mengirimkan utusan ke Hijaz (Arab Saudi) demi menemui Ibnu Saud, ia turut memberikan sokongan finansial.

2. KH. Ahmad Noor

KH Ahmad Noor merupakan Ketua PBNU yang kedua periode 1929-1937. Ia mendampingi KH Hasyim Asyari sebagai Rais Akbar. Dari sekian banyak penelusuran sumber, tak ada satupun catatan mengenai profil KH Ahmad Noor.

3. KH. Mahfudz Siddiq

KH Mahfudz Shiddiq lahir di Jember pada 1907 M. Ia juga wafat di Jember pada 1 Januari 1944 M.

Mahfudz Shiddiq adalah santri Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur dan mendapat pengajaran langsung dari KH Hasyim Asyari. Ia dikenal sebagai ahli debat, matang ilmu mantiq dan jago berorasi di podium. Mahfudz juga pernah memimpin Majalah Suara NU.

Pada tahun 1937 dalam Muktamar NU ke-12 di Malang, Mahfudz Shiddiq yang relatif masih muda terpilih sebagai Ketua PBNU mendampingi KH Hasyim As’ari sebagai Rais Am.  Saat menjadi ketua, ia meneritkan dua buku penting bagi NU yaitu Pedoman dan Debat tentang Ijtihad dan Taklid. Kedua buku ini menjadi pedoman bagi warga NU.

4. KH Nahrawi Thohir 

Nachrowi Thohir merupakan salah seorang pendiri NU sejak 1926. Dalam struktur kepengurusan, ia duduk sebagai a’wan syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yang pertama. Padahal, usianya kala itu terbilang masih sangat muda, yakni 26 tahun. Bahkan, dirinya tercatat sebagai pengurus NU termuda di antara 26 pengurus Syuriah NU lainnya.

KH Nahrawi menduduki posisi Ketua PBNU periode 1946-1951. Sama saat ia menggantikan KH Mahfudz, KH Nahrari mendampingi KH Hasyim Asyari sebagai Rais Akbar.

5. KH Abdul Wahid Hasyim

Wahid Hasyim lahir Jumat, 5 Rabi’ul Awal 1333 Hijriyah atau 1 Juni 1914. Wahid mengawali kiprah kemasyarakatannya pada usia relatif muda. Setelah menimba ilmu agama ke berbagai pondok pesantren di Jawa Timur dan Mekah, pada usia 21 tahun Wahid membuat “gebrakan” baru dalam dunia pendidikan pada zamannya. KH Wahid Hasyim memimpin PBNU periode 1951-1954. KH. Abdul Wahid Hasyim merupakan menteri negara dalam kabinet pertama Indonesia.

6. KH Muhammad Dahlan

Muhammad Dahlan lahir 2 Juni 1909 – 1 Februari 1977 bertepatan dengan 14 Jumadil Ula 1327 Hijriah, di Desa Mandaran, Rejo, Pasuruan, Jawa Timur. Ia menjabat Ketua Umum PBNU periode 1954-1956.

KH Muhammad Dahlan adalah putera ketiga dari lima bersaudara. Ia diberi amanah untuk menjabat Menteri Agama pada Kabinet Pembangunan I Pemerintahan Presiden Soeharto (1967-1971). Salah satu jasa besarnya bagi bangsa ini adalah bersama Prof KH. Ibrahim Hosen memprakarsai penyelenggaraan Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ) tingkat nasional yang untuk pertama kalinya di Ujungpandang.

7. KH Idham Chalid

Idham Chalid lahir 27 Agustus 1921 – 11 Juli 2010. KH Idham Chalid menduduki posisi Ketua Umum PBNU periode 1956-1984. Ia adalah deklarator sekaligus pemimpin Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

KH Idham Chalid merupakan Ketua Tanfidziah Nahdlatul Ulama terlama dalam sejarah NU dari periode 1956-1984. KH Idham Chalid merupakan salah satu politisi Indonesia yang berpengaruh pada masanya. Selain pernah menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri Indonesia pada Kabinet Ali Sastroamidjojo II dan Kabinet Djuanda, ia pernah menjabat sebagai Ketua MPR dan Ketua DPR. Bahkan oleh Presiden Soeharto Idham Chalid dipercaya menjadi Menteri Kesejahteraan Rakyat, Menteri Sosial Ad Interim dan Ketua DPA.

8 KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur)

Presiden Abdurrahman Wahid di kenal sebagai salah satu cendekiawan islam yang memiliki pengetahuan luas. (Instagram @gusdur_fans .)

KH Abdurrahman Wahid lahir dengan nama Abdurrahman ad-Dakhil pada 7 September 1940– 30 Desember 2009. Gus Dur memimpin PBNI periode 1984-1999. Gus Dur terpilih menjadi Presiden Indonesia yang keempat pada tahun 1999 hingga 2001. Masa Kepresidenan Abdurrahman Wahid dimulai pada 20 Oktober 1999 dan berakhir pada Sidang Istimewa MPR pada tahun 2001.

9. KH Ahmad Hasyim Muzadi

KH Ahmad Hasyim Muzadi lahir 8 Agustus 1943 – 16 Maret 2017. Sosok yang pernah mencalonkan diri sebagai calon wakil presiden ini menduduki Ketua PBNU periode 1999-2010. KH Hasyim Muzadi pernah menjabat sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden sejak 19 Januari 2015.

10. KH Said Aqil Siroj

KH Said Aqil Siroj lahir 3 Juli 1953 di Cirebon, Jawa Barat. Ia menjadi Ketua Umum PBNU masa khidmat periode 2010-2021. KH Said Aqil Siroj merupakan putra kedua dari KH Aqiel Siroj, pendiri Pondok Pesantren KHAS Kempek.

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Perjuangkan Kesejahteraan Buruh dan Petani, Dani Eko Wiyono Siap Maju Calon Bupati Sleman Melalui Jalur Independen

Mata Indonesia, Sleman - Alumni aktivis 98 sekaligus aktivis yang selalu menyuarakan aspirasi buruh/pekerja Daerah Istimewa Yogyakarta, Dani Eko Wiyono ST. MT ini bertekad maju bakal calon bupati Sleman dalam Pilkada Sleman nanti. Dani menilai, hingga saat ini, mayoritas kehidupan buruh masih sangat jauh dari kata sejahtera. Buruh masih dianggap hanya sebagai tulang punggung ekonomi bangsa tanpa diperjuangkan nasib hidupnya.
- Advertisement -

Baca berita yang ini