Sekolah Rakyat Resmi Beroperasi, Jadi Terobosan Pemerintah Putus Rantai Kemiskinan

Baca Juga

Oleh: Bara Winatha)*

Pemerintah terus berkomitmen untuk menghapus kemiskinan struktural melalui kebijakan pendidikan yang inklusif dan terjangkau. Salah satu program unggulan yang kini menjadi perhatian publik adalah Sekolah Rakyat, gagasan Presiden Prabowo Subianto yang mulai resmi beroperasi pada tahun ajaran 2025/2026. Program ini dirancang sebagai solusi terobosan untuk memutus rantai kemiskinan antar generasi dengan memberikan akses pendidikan bermutu secara gratis kepada anak-anak dari keluarga miskin dan miskin ekstrem di seluruh penjuru tanah air.

Tenaga Ahli Utama Kantor Komunikasi Kepresidenan, Adita Irawati, mengatakan bahwa Sekolah Rakyat menjadi bentuk nyata implementasi Asta Cita nomor empat yang menempatkan pendidikan sebagai fondasi utama pembangunan sumber daya manusia. Pemerintah memahami bahwa kemiskinan kerap menjadi warisan turun-temurun karena tidak adanya akses terhadap pendidikan yang layak. Sekolah Rakyat hadir sebagai sekolah gratis berasrama, dengan seluruh kebutuhan siswa ditanggung oleh negara. Pendekatan menyeluruh ini dinilai mampu menghapus hambatan struktural dalam mengakses pendidikan.

Adita juga menekankan bahwa Sekolah Rakyat akan membekali siswanya dengan keterampilan hidup melalui pemetaan potensi berbasis teknologi. Program ini dirancang agar siswa tidak hanya dapat bersaing di dunia kerja, tetapi juga bisa membangun usaha dan memberdayakan komunitasnya. Dengan demikian, Sekolah Rakyat dinilai mampu menciptakan generasi produktif yang menjadi tulang punggung dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045.

Menteri Sosial, Saifullah Yusuf (Gus Ipul), menyampaikan bahwa Sekolah Rakyat merupakan strategi besar Presiden Prabowo Subianto dalam menghentikan siklus kemiskinan antar generasi. Ia menjelaskan bahwa program ini telah diwujudkan secara konkret dengan kolaborasi lintas kementerian dan lembaga berdasarkan Instruksi Presiden tahun 2025. Program ini dibangun berdasarkan Trilogi Sekolah Rakyat yang mencakup prinsip memuliakan orang kecil, menjangkau yang belum terjangkau, dan memungkinkan yang tidak mungkin.

Gus Ipul juga menggarisbawahi bahwa Sekolah Rakyat tidak menggunakan tes akademik sebagai dasar seleksi, melainkan berdasarkan Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN) yang memetakan kondisi kemiskinan ekstrem. Selain itu, calon siswa juga menjalani pemeriksaan kesehatan menyeluruh, pemetaan bakat berbasis DNA dan kecerdasan buatan, serta pemetaan kompetensi dasar. Seluruh siswa nantinya akan tinggal di asrama dengan fasilitas lengkap, termasuk delapan set seragam, makanan bergizi yang diawasi langsung oleh Badan Gizi Nasional, serta pembinaan karakter yang melibatkan TNI dan Polri untuk membentuk kedisiplinan siswa.

Ia menjelaskan bahwa kurikulum yang digunakan merupakan kombinasi dari kurikulum nasional, kurikulum khusus, dan kearifan lokal, dengan fokus pada penguatan karakter dan keterampilan hidup. Per 14 Juli 2025, Sekolah Rakyat resmi beroperasi di 63 lokasi di berbagai daerah, mencakup lebih dari 6.000 siswa dari jenjang SD hingga SMA. Sisanya, 37 lokasi tambahan ditargetkan akan mulai beroperasi akhir bulan Juli 2025.

Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI, Abdul Wachid, menyatakan bahwa Sekolah Rakyat merupakan solusi strategis untuk menjawab tantangan kemiskinan struktural yang dialami oleh jutaan warga Indonesia, khususnya yang berada dalam kategori miskin ekstrem. Dalam kunjungan spesifiknya ke Sentra Pangudi Luhur, Bekasi, ia mengapresiasi kualitas fasilitas yang disediakan, yang menurutnya bahkan melampaui sekolah umum pada umumnya. Keberadaan perangkat teknologi seperti iPad dan komputer, laboratorium, lapangan olahraga, serta asrama siswa menjadi indikator keseriusan pemerintah dalam membangun lembaga pendidikan yang bermutu.

Abdul Wachid juga menyoroti pentingnya penyempurnaan mekanisme seleksi agar tidak ada anak dari keluarga miskin ekstrem yang terlewatkan hanya karena masalah administratif. Ia menyatakan bahwa perlu ada mekanisme keberatan atau verifikasi ulang bagi calon siswa yang layak namun belum masuk dalam daftar penerimaan awal. Ia juga menekankan pentingnya melibatkan orang tua siswa dalam proses pemberdayaan. Sekolah Rakyat akan menjadi pintu masuk untuk membina kemandirian ekonomi keluarga melalui pelatihan keterampilan atau pendampingan sosial.

Program ini sejalan dengan amanat konstitusi, khususnya Pasal 34 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara. Komisi VIII DPR RI telah mendukung alokasi tambahan anggaran untuk memperluas cakupan Sekolah Rakyat pada tahun 2026. Pemerintah daerah akan terus aktif berperan dalam menyiapkan lokasi pembangunan sekolah agar target minimal satu Sekolah Rakyat per kabupaten/kota bisa tercapai.

Di sisi lain, pelaksanaan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah Program (MPLSP) yang telah dimulai pada 14 Juli 2025 di berbagai lokasi menandai resmi beroperasinya Sekolah Rakyat dan mendapat sambutan antusias dari para siswa dan orang tua. Sekolah Rakyat Handayani di Jakarta Timur, misalnya, menjadi salah satu lokasi yang telah memulai kegiatan akademik. Para siswa menyampaikan rasa senang mereka terhadap lingkungan sekolah yang bersih, rapi, serta dilengkapi dengan sarana belajar berbasis teknologi. Kurikulum yang lebih aplikatif dan terintegrasi dengan teknologi juga menumbuhkan semangat belajar baru di kalangan siswa.

Melalui pelaksanaan yang terintegrasi, jangka panjang, dan berbasis data, Sekolah Rakyat diyakini menjadi fondasi penting dalam membangun keadilan sosial melalui pendidikan. Dengan pendekatan holistik dan lintas sektoral, program ini dinilai mampu menjawab persoalan keterjangkauan pendidikan dan juga membentuk generasi muda yang siap menghadapi tantangan masa depan. Sekolah Rakyat merupakan simbol bahwa negara hadir secara nyata untuk rakyat kecil dan menjadi instrumen penting dalam menciptakan masa depan Indonesia yang lebih adil, sejahtera, dan berdaya saing.

)* Penulis merupakan pengamat sosial dan kemasyarakatan.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Judi Daring Ancam Ekonomi Keluarga: Saatnya Literasi dan Kolaborasi Jadi Senjata

Oleh: Ratna Soemirat* Fenomena judi daring (online) kini menjadi salah satu ancaman paling serius terhadap stabilitassosial dan ekonomi masyarakat Indonesia. Di tengah kemajuan teknologi digital yang membawakemudahan hidup, muncul sisi gelap yang perlahan menggerogoti ketahanan keluarga dan moral generasi muda. Dengan hanya bermodalkan ponsel pintar dan akses internet, siapa pun kini bisaterjerumus dalam praktik perjudian digital yang masif, sistematis, dan sulit diawasi. Pakar Ekonomi Syariah dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Satria Utama, menilai bahwa judi daring memiliki daya rusak yang jauh lebih besar dibandingkan bentukperjudian konvensional. Menurutnya, sasaran utama dari perjudian daring justru kelompokmasyarakat yang secara ekonomi tergolong rentan. Dampaknya langsung terlihat pada polakonsumsi rumah tangga yang mulai bergeser secara drastis. Banyak keluarga yang awalnyamampu mengatur pengeluaran dengan baik, kini harus kehilangan kendali keuangan karenasebagian besar pendapatan mereka dialihkan untuk memasang taruhan. Satria menjelaskan, dalam beberapa kasus, bahkan dana bantuan sosial (bansos) yang seharusnyadigunakan untuk kebutuhan pokok keluarga justru dihabiskan untuk berjudi. Hal ini, katanya, bukan lagi sekadar persoalan individu, melainkan ancaman nyata terhadap ketahanan ekonominasional. Ia menegaskan, ketika uang yang seharusnya digunakan untuk makan, biaya sekolahanak, atau keperluan kesehatan malah dipakai untuk berjudi, maka kerusakannya meluas hinggapada tingkat sosial yang lebih besar. Masalah ini juga diperparah dengan munculnya fenomena gali lubang tutup lubang melaluipinjaman online (pinjol). Banyak pelaku judi daring yang akhirnya terjebak utang karena tidakmampu menutup kerugian taruhan. Satria menilai bahwa bunga pinjol yang tinggi justrumemperparah keadaan dan menjerumuskan pelakunya ke dalam lingkaran utang yang sulitdiakhiri. Dalam banyak kasus, kondisi ini menyebabkan kehancuran rumah tangga, konflikkeluarga, hingga perceraian. Efek domino judi daring, katanya, sangat luas dan tidak hanyamerugikan pelakunya saja. Selain aspek ekonomi, Satria juga menyoroti persoalan perilaku konsumsi yang tidak rasional di kalangan masyarakat. Ia menilai bahwa budaya konsumtif yang tinggi membuat masyarakatlebih mudah tergoda dengan janji palsu “cepat kaya” yang ditawarkan oleh situs judi daring. Contohnya, jika seseorang rela mengeluarkan uang untuk rokok meski kebutuhan rumah tanggaterbengkalai, maka godaan berjudi dengan iming-iming hasil instan menjadi semakin kuat. Menurutnya, perubahan pola pikir masyarakat menjadi kunci utama untuk membentengi diri daribahaya ini. Lebih jauh, Satria menegaskan bahwa penanganan judi daring tidak cukup hanya denganpendekatan represif, seperti pemblokiran situs atau razia siber. Ia menilai langkah tersebutmemang penting, tetapi tidak akan menyelesaikan akar masalah tanpa adanya peningkatanliterasi ekonomi dan kesadaran digital masyarakat. “Permintaan terhadap judi daring itu besar, sehingga selama ada permintaan, pasokan akan terus bermunculan,” ujarnya dalam wawancara. Pemerintah, katanya, harus berani menyentuh aspek edukasi publik dengan memperkuat literasidigital, keuangan, dan moral agar masyarakat memiliki ketahanan terhadap jebakan dunia maya. Upaya memperkuat literasi digital dan kesadaran publik kini mulai mendapat perhatian dariberbagai pihak, termasuk dunia akademik. Salah satu contoh nyata datang dari UniversitasLampung (Unila) melalui inovasi bertajuk Gambling Activity Tracing Engine (GATE...
- Advertisement -

Baca berita yang ini