MATA INDONESIA, JAKARTA – John Lennon, salah satu personel dari The Beatles. Ia legenda musik pop dan rock and roll. Gara-gara berucap bahwa bandnya The Beatles lebih populer dari Yesus, Lennon mati ditembak saat berada di anak tangga apartemen Dakota di New York, Amerika Serikat pada 8 Desember 1980.
Sejak saat itu, seperti musisi lain yang mati muda atau dalam masa puncaknya. Lennon langsung menyandang status legendaris. Selain mendapat gelar legenda, ia telah diangkat menjadi sesuatu yang samar-samar seperti cerita rakyat atau sebuah mitos.
Biasanya gelar legenda diberikan untuk pahlawan. Sedangkan, mitos diberikan untuk sesuatu yang lebih besar dari itu, seperti dewa. Para penggemar dan pemujanya meyakini John Lennon adalah mahluk yang abadi.
John Lennon memang legenda. Saat ia tewas pun, nama dia masih banyak digunakan dalam karya fiksi dan drama. Kehidupan Lennon dibuat menjadi romantis, dibangkitkan atau ditulis ulang ke dalam bentuk novel, buku, dan film.
Dianggap sebagai orang suci
Setelah kematian Lennon, dalam beberapa jam muncul penggambarannya sebagai sosok yang digambarkan dengan cara yang benar-benar suci dan bersih terhadap kepribadian, selera, dan humornya. Bahkan, Paul McCartney pernah mengatakan bahwa Lennon menjadi Martin Luther Lennon.
Secara alami, gedung Dakota menjadi titik fokus bagi penggemarnya pada hari-hari setelah penembakan, tempat itu berubah menjadi lautan bunga dan ucapan duka. Ratusan orang mengheningkan cipta di tangga Lincoln Memorial di Washington DC.
Stasiun radio tidak memutar apa pun selain lagu Lennon dan The Beatles selama berhari-hari, dan toko musik laris menjual album Double Fantasy – hasil duet Lennon dan Yoko Ono. Selain itu, ada sebuah lukisan dinding yang muncul di sisi jalan tersembunyi di Praha, yang menghiasi selama bertahun-tahun dan seperti dijadikan kuil bagi penggemarnya.
Menurut jurnalis majalah Rolling Stone, Rob Sheffield, dapat dimengerti bahwa pada awal-awal kematiannya, banyak orang ingin melihat sosoknya sebagai orang suci. Tapi, sebenarnya itu adalah pernyataan terakhir yang dibuat Lennon untuk dirinya sendiri.
Namun, Lennon jelas bukanlah orang suci dalam imajinasi apa pun. Lima tahun lalu, sebuah dokumen hukum muncul yang menampilkan pernyataan dari Dorothy Jarlett selaku pengurus rumah tangga Lennon ketika ia menikah dengan istri pertamanya, Chintya. Ia menyebut bahwa Lennon adalah seorang agresif dan kasar kepada putra mereka, Julian.
Dalam sebuah wawancara dengan Playboy, yang diterbitkan dua hari sebelum ia meninggal, Lennon mengakui bahwa dirinya dulu kejam kepada pasangannya atau wanita mana pun. Ia adalah seorang pemukul.
Namun, ini adalah Lennon yang jarang kita lihat dalam budaya populer. Dalam film fiksi berjudul Yesterday, karya sutradara Danny Boyle yang dirilis tahun 2019, penulis lagu bernama Jack Malik – yang diperankan oleh Himesh Patel – terbangun setelah mengalami kecelakaan menyadari dirinya sebagai satu-satunya orang yang mengingat The Beatles.
Setelah meraup ketenaran karena menulis dan mementaskan lagu-lagu klasik yang tidak pernah didengar sebelumnya, Malik akhirnya mencoba menjalani hidup seperti Lennon. Ia memulai kehidupan sederhana di sebuah gubuk dan memiliki perahu yang diberi nama Imagine.
Citra Lennon yang dibawakan Malik dalam film itu berbeda dengan citra yang digambarkan Rob Sheffield. Bahkan, ia tidak bisa membayangkan Lennon mengemudikan perahunya sendiri atau bangun jam empat pagi untuk memancing.
Rob mengatakan jika film tersebut dilihat oleh Lennon, mungkin ia akan tertawa terbahak-bahak melihat filmnya.
Fiksi Lennon yang spekulatif
Sama seperti film Yesterday, penggambaran serupa dapat ditemukan dalam novel Snodgrass milik Ian MacLeod tahun 2013. Dalam novel itu, Lennon digambarkan sebagai sosok pengangguran dan pecundang yang berantakan. Cerita utamanya tentang Lennon yang keluar dari The Beatles karena bersikeras ingin menjadikan lagu Love Me Do sebagai lagu debut mereka, tapi rekan-rekannya memilih lagu lain.
Namun, visi MacLeod sebenarnya bukan tentang Lennon melihat kehidupan yang ia jalani, tapi tentang The Beatles yang tidak pernah mencapai ketenaran seperti dalam kehidupan nyata serta pengaruh Lennon dalam band.
Novel ini kemudian diadaptasi menjadi serial televisi oleh David Quantick, seorang mantan jurnalis NME yang sekarang menjadi novelis dan penulis skenario. Pada 2002, David Quantick juga menulis buku berjudul Revolution, yang ceritanya mendalami album The Beatles, White Album.
Snodgrass menampilkan aktor asal Liverpool, Ian Hart, yang berperan sebagai Lennon. Ia sudah memerankan tokoh yang sama sebanyak tiga kali. Yang pertama, Hart tampil pada film Backbeat yang mengisahkan perjalanan awal The Beatles dan hubungan antara Lennon dan Stuart Sutcliffe yang memutuskan mundur untuk mengejar kecintaannya pada seni.
Hart juga memerankan Lennon dalam film yang dirilis tahun 1991, The Hours and the Days. Film ini menampilkan spekulasi tentang sosok asli Lennon dalam dunia nyata. Sang sutradara mengeksplorasi hal yang mungkin terjadi jika Lennon dan Brian Epstein menghabiskan akhir pekan di Barcelona pada 1963.
Salah satu bagian film itu berkisah tentang hubungan terlarang antara Lennon dan Epstein. Tapi, apakah itu berdasarkan pada kenyataan? Dalam sebuah wawancara tahun 2015, Yoko Ono menyebutkan bahwa Lennon menganggap biseksualitas sebagai sesuatu yang alami. Lennon sendiri pernah berkata, hubungannya dengan Epstein hampir seperti hubungan cinta.
Yang lebih mendekati peristiwa faktual dan terkenal tentang Lennon adalah film Nowhere Boy, keluaran 2009 milik Sam Taylor-Wood. Film ini mengisahkan kehidupan muda Lennon dan hubungannya dengan Julia (ibu) dan Mimi (bibi).
Penggambaran itu memungkinkan pekerja kreatif memasukan gagasan mereka sendiri tentang apa yang seharusnya dilakukan atau seharusnya menjadi John Lennon.
Lennon sebagai sosok fantasi
Dalam novel Anno Dracula, karangan Kim Newman, berlatar cerita bangsawan vampir yang menikahi Ratu Victroria dan makhluk gaib yang hidup bersama manusia. Pada cerita ini, Lennon dikisahkan menjadi pimpinan Partai Buruh.
Lennon juga dapat ditemukan pada komik Marvel, lewat karakter John The Skrull, alien yang dapat berubah bentuk. Cerita tersebut diciptakan Pau Cornell, yang memang rutin menggunakan sosok Lennon.
Dalam karangan Newman, Lennon benar-benar berubah menjadi inkarnasi, Working Class Hero. Sementara itu, Paul Cornell mengatakan ia ingin pahlawan super yang tidak selalu membantu dan malah mundur serta mengeluarkan sarkastik.
Itu bukan satu-satunya eksistensi Lennon dalam komik. The Invisibles,bagian dari serial Vertogo tahun 1990-an karya Grant Morrison, penulis asal Skotlandia. Lennon ditampilkan sebagai budaya pop yang sebenarnya dan dimanifestasikan seperti dewa.
Menurut David Quantick mengatakan bahwa Morrisson membuat poin menarik ketika Lennon telah menjadi karakter mistis. Lennon mencapai tingkat saat orang-orang menggunakan dirinya dalam ritual sihir karena penilaian mereka terhadap dirinya.
Dari semua itu, apakah mitos-mitos Lennon berdampak terhadap anggota The Beatles yang lain? Menurut Rob Sheffield, hal tersebut sangat merugikan McCartney, Starr, dan Harrison yang masih hidup. Berbagai anggapan mengenai Lennon meremehkan tiga anggota lainnya karena merekalah yang tahu sebenarnya.
Setelah kematian Lennon, orang-orang melampiaskan kesedihannya kepada Paul dengan cara yang sangat kejam dan tidak adil. Itu terjadi hanya karena orang-orang ingin menjadikan Lennon sebagai orang suci.
Dapat dimaklumi, rekan band Lennon dan sesama musisi pop memberikan tribut musik kepadanya beberapa dekade setelah kematiannya. Sebagian besar tribut tersebut berisi renungan tentang kehilangan sahabat dan bakat hebat, bukan penggambaran sosok Lennon atau sejenisnya.
Entah sebagai orang suci, dewa, atau orang tua yang sederhana, penggambaran Lennon dalam budaya populer sangat jauh dari realitas yang terjadi.
Reporter : Afif Ardiansyah