Dari Lembah Panjshir Awal Mula Perlawanan Terhadap Taliban

Baca Juga

MATA INDONESIA, KABUL – Terletak 150 kilometer atau 93 mil bagian timur laut dari ibu kota Afganistan yakni Kabul, terdapat wilayah bernama Lembah Panjshir.

Lembah ini indah, sejuk dan nyaman.  Di lembah ini beberapa pejabat Afghanistan yang digulingkan oleh kelompok milisi Taliban tinggal dan menetap. Wakil Presiden Amrullah Saleh dan mantan Menteri Pertahanan Bismillah Mohammadi.

”Saya tidak akan pernah, selamanya dan dalam keadaan apa pun, tunduk pada teroris Taliban. Saya tidak akan pernah mengkhianati jiwa dan warisan Ahmad Shah Massoud, komandan, legenda, dan pemandu,” cuit Saleh di Twitter seperti dilansir The Indian Express.

Lembah Panjshir menjadi pusat perang gerilya Afghanistan yang tak pernah terjamah oleh pasukan asing, bahkan Amerika Serikat sekali pun. Dari era invasi Uni Soviet hingga Taliban berkuasa pada awal 1990-an, lembah ini teramat sulit ditaklukkan.

Massoud

Ahmad Shah Massoud
Ahmad Shah Massoud

Sekitar era 1980-an, para pejuang gerilya di bawah kepemimpinan Ahmad Shah Massoud, berhasil menahan pasukan Uni Soviet masuk ke Lembah Panjshir. Bahkan ketika Soviet menguasai Kabul dan sebagian wilayah Afghanistan lain. Ahmad Shah Massoud merupakan komandan pasukan Mujahidin dan salah satu tokoh gerilya Afghanistan saat perang dengan Uni Soviet.

Lanskap geografis Lembah Panjshir cukup berperan dalam keberhasilan pasukan gerilya melawan Soviet pada saat itu. Lembah itu terletak di antara pegunungan Hindu Kush dan hanya dapat diakses melalui jalan sempit.

Peta Lembah Panjshir
Peta Lembah Panjshir

Sebagian besar penduduk Lembah Tanjshir merupakan etnis Tajik. Sebelum Taliban mengambil alih Afghanistan, para pemimpin di Provinsi Panjshir telah meminta pemerintah di Kabul memberi mereka lebih banyak otonomi.

Setelah Soviet menarik diri dari Afghanistan pada 1989, berbagai faksi Mujahidin terpecah menjadi beberapa kelompok baru dan mulai berebut menguasai negara itu.
Ahmad Shah Massoud membentuk pasukan Aliansi Utara, sebuah koalisi pasukan Uzbekistan dan Tajik. Pasukan tersebut sempat menduduki Kabul namun kerap melakukan pelanggaran hak asasi manusia. Setelah sebagian besar wilayah Afghanistan jatuh ke tangan Taliban pada 1996, Aliansi Utara di bawah kepemimpinan Massoud berhasil mempertahankan Lembah Panjshir dari Taliban dan kelompok militan lainnya.

Julukan Massoud adalah “Singa Panjshir”. Ia memimpin berbagai serangan anti-Taliban sampai ia terbunuh oleh Al-Qaidah, sekutu Taliban, dua hari sebelum serangan teroris 11 September 2001 di Amerika Serikat atau 9/11.

Saat ini, pemimpin pasukan Aliansi Utara adalah anaknya,  Ahmad Massoud. Ia telah bersumpah akan melanjutkan tekad sang ayah untuk terus perang melawan Taliban, terutama setelah kembali menguasai Afghanistan baru-baru ini.

Ahmad Massoud
Ahmad Massoud

Ahmad Massoud mengklaim anggota militer Afghanistan termasuk beberapa dari unit elite Pasukan Khusus telah bergabung dengannya. Ia juga meminta bantuan barat untuk melawan Taliban. ”Kami punya gudang peluru dan senjata yang sejak zaman ayah saya karena kami tahu hari ini akan datang,” katanya.

Ia menegaskan, jika Taliban berani menyerang Lembang Panjshir, mereka akan mendapat perlawanan keras darinya. Tambahan senjata juga datang dari militer Afghanistan yang telah bergabung dengannya.

Medan yang Sulit

Namun apa kuncinya Lembah Panjshir bisa bertahan dan tidak pernah tunduk oleh Taliban selama ini?

Jurang dan tebing Panjshir merupakan benteng alami, dan jalan masuk ke kawasan pegunungan terjal itu amat sulit.

Sungai Panjshir melintasi lembah yang dekat dengan pegunungan Hindu Kush. Wilayah ini membentang antara Afghanistan dan bagian barat laut Pakistan. Jalur ini penting bagi tentara Alexander Agung, Tamerlane atau Tamburlaine Agung, para penakluk besar Asia Tengah.

Kawasan ini juga memiliki sumber alam seperti tambang zamrud, bendungan pembangkit listrik tenaga air, dan tenaga angin. Namun, daerah kantung ini secara ekonomi kurang vital.

Saat ini penduduk di kawasan ini berjumlah antara 150.000 dan 200.000 jiwa, sebagian besar berasal dari etnis Tajikistan, atau sekitar seperempat dari 38 juta orang yang tinggal di Afghanistan. Secara historis, penduduk di sana memang merupakan anti-Taliban.

Reporter : Nabila Kuntum Khaira Umma

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Resmi Jadi Kader NasDem, Sutrisna Wibawa bakal Bersaing Ketat dengan Bupati Gunungkidul

Mata Indonesia, Yogyakarta - Mantan Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Sutrisna Wibawa, telah resmi bergabung sebagai kader Partai Nasional Demokrat (NasDem). Hal ini jelas memperkuat dinamika politik Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Gunungkidul 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini