Brand Fashion Asal Cina Tolak Postingan Iklan Anti-Uyghur di Situs Rekrutmen

Baca Juga

MATA INDONESIA, BEIJING – Perusahaan fashion asal Cina, Shein meluncurkan penyelidikan terhadap sebuah iklan pekerjaan palsu yang dinilai diskriminatif terhadap etnis tertentu. Iklan tersebut memakai brand dari raksasa mode tersebut dan diposting di situs rekrutmen.

Iklan yang diperuntukkan untuk para pekerja pabrik dan gudang itu melarang mereka yang memiliki latar belakang etnis minoritas tertentu, termasuk kelompok Uyghur, untuk melamar.

Shein menegaskan bahwa pihaknya tidak mendanai atau menyetujui iklan tersebut dan berkomitmen untuk menegakkan standar perburuhan yang tinggi. Beberapa iklan diposting dengan nama Shein antara April dan Desember 2020 di situs web rekrutmen di Negeri Tirai Bambu.

Iklan tersebut menawarkan pekerjaan di pabrik atau gudang Guangzhou dengan penghasilan sekitar 16 yuan atau sekitar 35 ribu Rupiah per jam dan mengatakan, pekerja tidak perlu dites Covid-19 atau lulus ujian medis untuk bekerja di perusahaan tersebut.

Juru bicara Shein mengatakan bahwa perusahaan itu terkejut sekaligus prihatin melihat iklan yang menggunakan bahasa yang bertentangan dengan prinsip perekrutan di situs perusahaan.

“Shein berkomitmen penuh untuk menegakkan standar tenaga kerja yang tinggi di seluruh rantai pasokan kami dan untuk meningkatkan kehidupan pekerja di rantai pasokan global dengan mendukung upaya nasional dan internasional untuk mengakhiri kerja paksa,” kata juru bicara Shein, seraya menambahkan bahwa pihaknya memiliki persyaratan ketat untuk para pelamar dan tidak mentolerir diskriminasi.

Perusahaan rekrutmennya, Guangzhou Zhongzhi Human Resources Management, juga akan menyelidiki individu yang secara curang menggunakan nama perusahaan kami untuk merilis informasi palsu dan meminta mereka bertanggung jawab sepenuhnya sesuai hukum.

“Kami dengan tulus meminta maaf atas dampak insiden ini pada Shein dan pelamar terkait karena kelalaian perusahaan kami,” katanya dalam sebuah surat, melansir Yahoo, Sabtu, 28 Agustus 2021.

Shein memenangkan pembeli dari kalangan kawula muda di Amerika Serikat, Inggris, dan Eropa dengan beragam rancangannya. Brand ini bersaing dengan Boohoo dan Asos.

Didirikan pada tahun 2008, Shein dilaporkan mengandalkan ribuan pemasok pihak ketiga di Cina untuk memproduksi sejumlah pakaian, yang dipesan lagi jika kinerjanya baik dengan pelanggan.

Harga barang-barang fesyen Shein yang sedang tren telah memicu kekhawatiran online tentang keberlanjutan dan praktik ketenagakerjaannya.

Terkait iklan pekerjaan diskriminatif yang dinyatakan palsu oleh Shein dibagikan untuk Mengakhiri Kerja Paksa Uighur. Seperti diketahui nasib Muslim Uyghur di Cina telah memicu kecaman internasional.

“Yang benar-benar penting adalah mampu membedakan antara perusahaan yang benar-benar mengambil langkah berarti untuk menghormati pekerja dalam rantai pasokan mereka dan yang gagal melakukannya,” kata Manajer Bisnis dan Hak Asasi Manusia di Anti-Slavery International, Chloe Cranston.


Dalam beberapa bulan terakhir, beberapa brand ternama mendapat sorotan karena aktivitas mereka di wilayah Xinjiang China.

Jaksa Prancis pada Juli menyelidiki tuduhan bahwa pemilik Zara Inditex, Uniqlo, SMCP, dan Skechers mengambil barang-barang yang dibuat dengan kerja paksa dari Muslim Uighur di Cina.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pemerintah Pastikan Stok Pupuk Subsidi Aman untuk Dukung Ketahanan Pangan

Jakarta – Pemerintah melalui Kementerian Pertanian memastikan bahwa stok pupuk subsidi bagi petani dalam kondisi aman dan akan terus...
- Advertisement -

Baca berita yang ini