Bercita-Cita Menjadi Menteri Pendidikan, Jerome Polin: “Education Is Everything”

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Jerome Polin baru saja kembali ke Indonesia usai menamatkan kuliah S1 nya di negeri sakura. Seperti diketahui, ia mengenyam pendidikan di Program Studi Matematika Terapan, Universitas Waseda, Jepang.

Ada hal unik dari Youtuber yang dikenal karena “jago matematika” ini. Ia bercita-cita menjadi Menteri Pendidikan, lantaran minatnya yang tinggi terhadap dunia pendidikan.

Tujuannya kuliah di Jepang adalah untuk mengambil pengalaman dan wawasan baru di sana, yang nantinya dapat ia bawa dan terapkan di Indonesia. Ia ingin mengaplikasikan hal-hal positif dari negeri lain ke Indonesia, agar Indonesia sama majunya dengan negara tersebut.

Hal ini disampaikannya dalam #CloseTheDoor Corbuizer Podcast, sebuah podcast YouTube milik Deddy Corbuizer.

“Sebenarnya om, kayak itu cuma mimpi gitu lho. Pinginnya kontribusi untuk pendidikan Indonesia, jadi gak harus jadi Menteri juga gak papa. Kalau nanti terpilih jadi Menteri, ya aku siap,” ujar Jerome.

Jerome juga mengkritik pendidikan Indonesia. Hal pertama yang di garis bawahi adalah persoalan cepatnya jam masuk sekolah. Menurutnya, jam masuk sekolah di Indonesia sangat pagi, yakni pukul 06.30. Ini berbeda dengan di Jepang, yang masuk sekolahnya sekitar pukul 08.00 – 09.00.

Sementara, jam pulang sekolah di Indonesia juga terlalu sore, sehingga peserta didik tidak memiliki waktu untuk mengeksplor diri. Hal ini sebenarnya juga berkaitan dengan masalah kesadaran belajar tiap warganya. Jerome mencontohkan, orang-orang di Finlandia, memiliki kesadaran belajar yang tinggi. Sehingga, di luar jam sekolah pun mereka akan tetap belajar dan membaca buku.

Sementara di Indonesia, kesadaran belajar masih rendah. Inilah perbedaan yang sangat mendasar.

Dalam podcast tersebut, Jerome juga menceritakan pengalamannya, bersekolah di sekolah yang isinya adalah anak-anak crazy rich. Sementara, ia dapat bersekolah di sekolah tersebut karena mendapat beasiswa.

“Aku dengan keluarga yang seperti itu, temen-temen aku, lingkungan aku yang super kaya, jadi dari sana, mental aku terbentuk banget. Mulai dari barang yang aku pakai, sepatu, dan lainnya beda banget dengan anak-anak yang sekolah itu,” tuturnya.

Namun meski begitu, ia tak menyerah dan terus giat belajar agar dapat bersaing dengan teman-temannya. Jerome mengingat pesan kedua orangtuanya, bahwa ia tidak boleh percaya diri terhadap apa penampilan. Namun percaya pada kemampuan.

Bahasan selanjutnya adalah mengenai bahayanya seseorang terlalu lama berada di comfort zone. Seseorang yang hidup di comfort zone, dengan berbagai fasilitas yang memadai, cenderung akan terlena dan menganggap ia tidak perlu lagi untuk mengembangkan diri.

Inilah yang pada akhirnya memicu banyak orang yang tidak dapat berkembang. Ia terlalu nyaman dengan kehidupannya tanpa mau berjuang.

Menurut pandangannya, saat ini pandangan kepada profesi guru masih rendah. Lantaran masih banyaknya orang yang menjadikan guru sebagai profesi cadangan karena mereka karena tidak bisa mendapatkan profesi yang mereka inginkan.

Jerome mengatakan sumber semangatnya untuk menjadi guru adalah saat guru PKN di SMA mengatakan bahwa negara yang maju karena adanya pembangunan. Dan ini harus ada SDM yang berkualitas. SDM ini berasal dari pendidikan yang baik. Jadi, kunci utamanya adalah pendidikan.

Reporter: Intan Nadhira Safitri

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Semua Pihak Perlu Bersinergi Wujudkan Pilkada Damai

Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) merupakan momen penting dalam kehidupan demokrasi di Indonesia. Pilkada tidak hanya sekadar agenda politik,...
- Advertisement -

Baca berita yang ini