Askida Ekmek, Tradisi Bagi Roti di Turki

Baca Juga

MATA INDONESIA, ISTANBUL – Di Turki, bersedekah itu wajib dan tradisi yang terus dijalankan oleh warganya. Salah satu tradisi unik bersedekah adalah membagi roti gantungan dan disimpan di tempat yang mudah terjangkau orang. Namanya juga unik, Askida Ekmek. 

Arti dari Askida Ekmek ini adalah roti gantungan. Warga yang membeli 1 roti biasanya melebihkan uangnya supaya dapat dua. Nah yang satu ia bawa sedangkan satunya lagi ia titip di pedagang untuk diberikan kepada orang yang membutuhkan.

Askida Ekmek berjalan hampir di semua toko roti di Turki. Banyak restoran dan toko makanan di Turki yang menyediakan program sedekah (charity) seperti ini kepada pelanggannya dengan cara menyisihkan uang pembayaran untuk membantu sesama. Pelanggan toko dapat membayar dua roti namun hanya mengambil salah satunya saja, dan sisanya untuk bersedekah.

Saat seseorang melakukan Askıda Ekmek maka dia memberikan sebagian makanannya kepada musafir, fakir miskin, atau ibnu sabil yang kebetulan melintasi toko tersebut. Maka tidak aneh jika mendengar beberapa orang mengatakan, ”Askıda ekmek var mi?” yang berarti “Apakah ada roti dikait?” lalu mereka dapat mengambil roti secara gratis.

Pelanggan hanya perlu mengatakan kepada penjual jika mereka ingin melakukannya, maka penjual akan dengan senang hati ‘menggantungkan’ salah satu roti mereka.

Tidak ada roti khusus dalam Askıda ekmek, pelanggan bebas memilih roti apa yang akan mereka ‘gantungkan’.

Tidak jelas kapan dan bagaimana praktik askıda ekmek dimulai. Namun, Askıda Ekmek sangat terkait dengan budaya dan agama setempat. Tradisi ini berakar pada tradisi Islam, yang merupakan agama dominan di negara ini. Di Turki, Askida ekmek sudah dijalankan selama berabad-abad.

Askida Ekmek
Askida Ekmek

Profesor sejarah Febe Armanios, yang fokus meneliti hubungan Kristen-Muslim di Timur Tengah dan sejarah makanan di Middlebury College di Vermont, Amerika Serikat, menjelaskan bahwa askıda ekmekis merupakan sebuah kebiasaan yang berakar pada zaman Ottoman dan terkait dengan konsep zakat.

Sedangkan ekmek atau roti merupakan makanan yang sangat penting di Turki, karena dalam kepercayaan Islam, roti merupakan sumber makanan yang mampu menghilangkan rasa lapar dengan mudah.

Dalam sebuah hadis, Nabi Muhammad bersabda, “Roti adalah nikmat, sebuah berkah yang dikirim dari Tuhan.”

Jika sepotong roti jatuh secara tidak sengaja ke tanah, roti tersebut harus diambil segera sebelum diletakkan di tempat yang lebih tinggi. Beberapa orang bahkan menciumnya sebelum mengambilnya, untuk lebih menunjukkan rasa hormat mereka.

Walaupun mayoritas dari mereka membeli roti hanya untuk bersedekah, faktanya roti juga merupakan makanan pokok bagi warga Turki. Hal itu dapat dilihat dari kebiasaan mereka yang memanggang makanan tersebut setiap dua kali sehari. Bahkan di setiap hidangan mereka selalu ada keranjang yang didalamnya berisi irisan roti. Menariknya, roti putih yang sudah basi akan kembali mereka olah menjadi roti panggang, remah Prancis atau untuk makanan hewan.

Tradisi pemberian roti sekarang juga dapat dilakukan secara online, salah satunya melalui laman yemek.com. Laman tersebut merupakan sebuah situs popular di Turki yang menyajikan resep harian. Bahkan, mereka juga meminta pembacanya untuk mendaftar toko yang mengadakan tradisi Askida Ekmek. Hal tersebut dilakukan untuk menolong mereka yang tinggal di jalanan dan tidak mampu membeli roti.

Selain yemek.com, pemberian roti secara online juga dapat dilakukan di perusahaan sosial bernama Askidanevar. Didirikan oleh Oguzhan Canim, Askidanever menjadi salah satu perusahaan pertama yang mengabungkan tradisi Askida Ekmek dengan jangkauan platform media sosial di Turki. Merujuk pada awal berdirinya situs web tersebut, Oguzhan Canim bermaksud untuk meningkatkan kebiasaan itu agar dapat menjagkau orang lebih banyak lagi, terutama bagi mahasiswa.

Hal itu karena dirinya tahu bahwa ada bantuan pemerintah yang terbatas untuk mahasiswa di Turki. Bahkan, pemberian beasiswa dan makanan saja kurang dari kata cukup. Maka, Askidanevar hadir untuk memperluas tradisi Askida Ekmek. Idenya mungkin inovatif, tetapi tujuannya sangat sederhana yaitu untuk menghubungkan mahasiswa dengan beberapa perusahaan yang mau mendukung mereka.

Pemikiran itu pun dibenarkan oleh manajer operasi Gorkem Ozacik yang tidak disebutkan namanya. “Oguzhan Canim, sang pendiri….mengubah praktik Askida Ekmek dan menciptakan proyek ini. Dengan bantuan internet, ia memutuskan untuk membuatnya jadi lebih besar sehingga lebih efektif dan menjangkau orang lebih banyak lagi. Kini, kami bertujuan untuk menciptakan lebih banyak peluang, menggunakan kekuatan kami untuk menjangkau kaum muda,” kata Gorkem Ozacik.

Selain untuk menghubungkan mahasiswa dengan beberapa perusahaan penargetan mereka dilakukan karena Oguzhan Canim percaya bahwa anak muda adalah masa depan Turki. Dia ingin generasi selanjutnya memiliki kesempatan untuk membaca puisi, terlibat dalam seni, dan menjadi individu yang lengkap serta berpengetahuan luas. Dengan cara inilah, mereka akan berhasil dalam bidang studi dan mampu berkontribusi lebih banyak kepada masyarakat Turki.

Setelah menjadi anggota Askidanevar, mereka bisa mengklik tombol “Ambil” untuk mendapatkan makanan gratis dari berbagai restoran yang berpartisipasi. Tidak sampai disitu, dengan me-retweet postingan dari Askidanevar, mereka juga mendapat kesempatan untuk menerima buku, majalah, tiket teater hingga tiket konser sekalipun.

Kini, ada sekitar 150.000 mahasiswa yang terdaftar di Askidanevar, menggunakan sekitar 500 kupon makanan sumbangan, setiap bulannya. Sejak berdiri perusahaan sosial telah memberi makan setengah juta orang dari kota Istanbul, Ankara, dan Izmir.

Reporter : R Al Redho Radja S

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Tindakan OPM Semakin Keji, Negara Tegaskan Tidak Akan Kalah Lawan Pemberontak

Organisasi Papua Merdeka (OPM) banyak melancarkan aksi kekejaman yang semakin keji. Maka dari itu, negara harus tegas untuk tidak...
- Advertisement -

Baca berita yang ini