9 Wanita Romawi yang Harus Diketahui

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Kultur budaya Romawi terkenal dengan patriarkinya. Disana pria sangat dominan dan wanita punya aturan yang harus diikuti. Baik dari politik hingga urusan domestik. Namun, beberapa wanita ini akan mengubah sedikit pandangan tersebut.

1. Idealisasi Wanita Roma: Lucretia dan Kelahiran Republik

Rata-rata dari kisah tentang perempuan di Romawi berisi tentang mereka yang menentang aturan. Lucretia salah satunya.

Kisahnya terjadi pada tahun 508/507 SM. Dia merupakan istri dari Lucius Collatinus, seorang konsul di Romawi. Ia dan suaminya menerima kedatangan Tarquin, anak dari Raja Lucius Tarquinius Superbus yang sedang berseteru dengan Ardea di Selatan Romawi.

Suaminya membanggakan sang istri kepada putra mahkota ini. Pada malam hari, Tarquin yang sudah dilayani dengan baik menyusup ke kamar Lucretia. Disana dia menawarkan dua pilihan: menerima perlakuannya atau dibunuh dan menyebarkan kebohongan bahwa Lucretia berselingkuh.

Pasalnya, setelah pemerkosaan ini terjadi, Lucretia bunuh diri dan ini memicu kemarahan Romawi. Akhirnya, sang Raja diusir rakyat dan konsul yang naik untuk memimpin.

Tanpa disadari, kematian Lucretia ini mengubah sistem Romawi menjadi republik.

2. Mengingat Keutamaan Seorang Wanita Romawi dari Cornelia

Cornelia adalah matrona atau wanita yang dijadikan contoh di Romawi. Ia dikenal sangat sayang kepada anak-anaknya. Salah satu ceritanya yang dikenal adalah saat ia memperlihatkan anaknya sebagai ‘perhiasannya’.

Cornelia dikenal dengan karir berpolitiknya. Dia punya pengaruh yang cukup kuat sampah orang lebih tahu tentang Cornelia dibandingkan tentang anaknya. Dengan prestasi dan kisahnya ini, Lucretia adalah wanita manusia pertama di Roma yang dibuatkan patung.

Untuk sekarang patungnya rusak dan hanya tersisa sedikit tapi dari situ kita bisa melihat pengaruhnya dulu semasa ia hidup.

3. Livia Augusta: Kaisar Wanita Pertama di Roma

Wanita mungkin tidak dominan di dunia politik Romawi. Tapi penerus politik mereka berasal dari wanita. Di balik kultur patriarkinya, ternyata wanita bisa menjadi alasan seseorang bisa punya kekuasaan — terlebih seorang ibu.

Augusta dulu terkenal sering meracuni rival-rivalnya agar anaknya bisa baik takhta. Bukan itu saja, ia juga mengajarkan tentang moral dan kerendahan hati. Bahkan ia juga punya otonominya sendiri dalam mengurus keuangan dan berbagai properti mahal miliknya pribadi.

Wanita ini aktif dalam berbagai aktivitasnya. Orang Romawi menganggap Augusta lebih berpengaruh dibandingkan Cornelia. Bahkan seteleah Augustus meninggal dan kekuasaan dilanjutkan oleh Cassius Dio.

Dari sini kita bisa melihat, bagaimana para wanita ini bahkan bisa mempengaruhi pemimpin yang mendapatkan takhta. Apalagi para pria yang mudah goyah.

4. Anak-anak perempuan dari Dinasti: Agrippina the Elder dan Agrippina the Younger

Para wanita yang kuat dalam keluarga bisa memainkan peran yang sangat besar dan penting untuk para pemerintahan mereka. Seperti Agrippina the Elder dan Agrippina the Younger yang merupakan pengikut Livia Augusta.

Agrippina the Elder menikah dengan Germanicus dan ibu dari Gaius, orang yang akan jadi kaisar mereka nanti. Kisahnya terkenal tentang bagaimana Agrippina the Elder membawa pulang abu suaminya yang meninggal. Sebagai istri, ia bisa menggabungkan Dinasti-Dinasti yang berbeda.

Anaknya, Agrippina the Younger sama kuatnya dengan sang ibu. Ia menikah dengan Claudius, seorang kasiar dengan banyak pengikut di Caligula pada tahun 41 CE.

Sebagai istri, Agrippina the Younger menjadi bahan gosip karena berambisi agar anaknya, Nero bisa menjadi penerus Claudius. Pasalnya, peran Agrippina cukup kuat. Bahkan Claudius sendiri menerima saran dan pendapat dari istrinya.

Masalahnya, tidak lama Claudius meninggal karena keracunan dan anaknya otomatis menjadi penerus. Tapi Nero ternyata tidak sanggup bertahan atas berbagai pengaruh sang Ibu dan akhirnya bunuh diri karena hal ini.

5. Plotina: Istri dari Optimus Princeps

Domitian merupakan pemimpin Roma yang efektif tapi nggak populer. Makin tak populer setelah ia membuang istrinya, Domitia Longina tanpa alasan yang jelas. Kekacauan ini mengantarkan kesuksesan Trajan yang akhirnya memimpin kerajaan ini.

Trajan adalah suami dari Ponpeia Plotina. Kepemimpinannya tidak sesadis era Domitian. Istrinya juga mengklaim bahwa ia ingin menjadi matrona (wanita ideal Roma).

Plotina terkenal rendah hati dan sederhana di publik. Ia bahkan mendapat  gelar ‘Augusta’ oleh Trajan tapi menolak sampai 105 SM. Ia malah tidak muncul di koin bersama sang suami sampai 112 SM.

Sayangnya, keduanya tidak punya keturunan dan akhirnya mengadopsi sepupu Traja namanya Hadrian.

Konon, Plotina sangat dominan dalam hidup Hadrian. Ia bahkan memilihkan istri untuk Hadrian. Tak hanya itu, Plotina juga membantu Hadiran mendapatkan takhta setelah Trajan meninggal. Sekali lagi, kita lihat bahwa berbagai kaisar di Romawi punya wanita berpengaruh.

6. Kaisar Wanita Syria: Julia Domna

Putra mahkota Romawi bermasalah. Hal ini memicu perseteruan antara daerah lain. Pemenangnya Septimius Severus dari wilayah Leptis Magna. Ia  suami dari Julia Domna, anak bangsawan dari Emesa di Syria.

Konon Severus kenal Julia dari horoskopnya. Dari sana ia mendapat  kepercayaan bahwa akan ada wanita dari Syria yang menikahi seorang raja.

Julia merupakan wanita yang menonjol dan ikut kontribusi dalam berbagai kegiatan politiknya. Baik di media sampai ke arsitektur. Ia juga terkenal pintar dan punya kumpulan filsuf. Julia hobi mendiskusikan sastra dan filosofi.

Dengan dua anak yang pintar dan cerdas, Caracalla dan Geta, tahta Severus bisa berlanjut. Sayangnya, meski pintar, kedua anak Julia justru ribut dan mengantarkan mereka ke kehancuran. Setelah sang suami, Severus, meninggal, hubungan anak-anaknya semakin buruk.

Caracalla bahkan merencanakan pembunuhan Geta. Penyerangan ini tentu sangat mengejutkan publik. Citra keluarga Severus yang indah dan bahagia ternodai karena keributan ini.

Julia yang tidak terima anaknya terbunuh, akhirnya memutuskan untuk terjun ke dunia politik yang lebih dalam—niatnya untuk membalas dendam kepada anaknya sendiri.

7. Pembuat Raja: Julia Maesa dan Anak-anaknya

Caracalla bukanlah seorang raja yang populer. Saat ia mati, tahta beralih ke anaknya Macrinus. Rakyat Romawi merayakan kematian Caracalla. Namun Macrinus diam saja tak berani menegur rakyat Romawi.

Saat itu, Julia Maesa merupakan saudara dari Julia Domna. Domna menjanjikan untuk membantu Pasukan Roma dalam perang. Ia mengenalkan cucunya sebagai anak haram dari Caracalla, Elagabalus.

Mengetahui hal ini, Macrinus menyerang agar bisa melindungi kedudukannya. Namun, ia kalah di Antioch dan terbunuh saat hendak kabur.

Kepemimpinan Elagabalus berjalan selama 4 tahun setelah itu. Namun, selama ia memimpin, kekurangannya satu: pengaruh dari neneknya, Julia Maesa atau ibunya, Julia Soaemias. Belum lagi dengan berbagai kontroversi yang menyebar tentang rezimnya.

Pengaruh dua wanita ini sangat kuat sampai mereka bisa ikut ke berbagai pertemuan senat waktu itu. Sampai akhirnya, orang-orang pemerintahan mulai terganggu dengan pola pemimpin Elagabalus. Ia terbunuh pada 222 M.

Konon katanya, ibunya juga ikut mati saat kejadian pembunuhan itu.

Sepupu Elagabalus, Severus Alexander kemudian menggantikan tahta Roma (222-235). Namun tetap saja pengaruh Julia Mamaea (anak dari Maesa) masih sangat kuat. Ini menjadi kekurangan kepemimpinannya seperti Elagabalus.

Sama seperti nasib sepupunya, Severus terbunuh di Germania pada tahun 235 M, bersamaan dengan ibunya.

Pengaruh wanita di sebuah kerajaan bisa terlihat dari kisah ini. Bagaimana mereka bisa memainkan peran mereka di belakang layar dan menjadi orang yang mempengaruhi pemimpin yang sebenarnya. Julia Soaemias dan Mamae berakhir dengan nasib yang naas.

8. Ibu Peziarah: Helena, Kristen, dan Wanita Romawi

Kekacauan era Severus Alexander akhirnya berakhir dengan reformasi iocletia—setidaknya untuk sementara. Namun terjadi perang antara Romawi Barat dengan Romawi Timur. Pemenangnya adalah Constantine.

Sayangnya, meski ia raja agung dan membawa pencerahan dengan mengenalkan Kristen menjadi agama Romawi, istri Constantine Fauta terkenal suka gonta ganti pasangan. Constatine yang marah akhirnya menghukum mati istrinya.

Peran besar ibu Constantine, yaitu Helena cukup dominan dalam kehidupannya termasuk menjadikan Romawi sebagai kerajaan yang besar. Helena adalah orang yang relijius. Ia seorang kristen yang taat. Kaisar Constantine yang sangat menghormati ibunya selalu memberikan dana untuk mendukung kegiatan ibunya di Tanah Suci Yerusalem pada 326-328 M.

Helena-lah yang memperbaiki dan mengembalikan berbagai bangunan juga tradisi Kristen di Yerusalem. Ia ikut ambil andil dalam berbagai hal kekristenan termasuk membangun gereja di Bethlehem dan Pegunungan Olives.

Ia juga menemukan salib yang menyalib Yesus Kristus. Ia membangun gereja di daerah tersebut. Sekarang gerejanya terletak di Santa Croce.

Penggambaran tentang Helena sama dengan Cornelia. Keduanya menjadi wanita ideal di lingkungan Romawi dan memberikan pengaruh positif kepada kekaisaran.

Penulis: Deandra Alika Hefandia

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Sambut Hari HAM Ius Humanum Gelar Talk Show soal “Perlindungan Terhadap Pekerja Non Konvensional : Pekerja Rumah Tangga”

Mata Indonesia, Yogyakarta - Dalam rangka menyambut peringatan Hari Hak Asasi Manusia (HAM) yang jatuh pada 10 Desember 2024, kali ini Ius Humanum menyelenggarakan Talkshow dan Diskusi Film dengan Tema, "Perlindungan terhadap Pekerja Non-Konvensional : Pekerja Rumah Tangga" yang bertempat di Pusat Pastoral Mahasiswa Daerah Istimewa Yogyakarta (PPM DIY).
- Advertisement -

Baca berita yang ini