Sejuta Harapan Mutiara dari Timur

Baca Juga

MATA INDONESIA, Siapa yang tak kenal mutiara dari timur? Ya, Papua. Pulau terbesar kedua di dunia ini memiliki sejarah yang luar biasa. Di awal kemerdekaan Indonesia Papua tidak termasuk wilayah Indonesia.

Berbagai perjuangan telah dilakukan untuk memperebutkan Papua mulai dari perjuangan diplomasi, perjuangan konfrontasi politik dan ekonomi, hingga perjuangan melalui diplomasi multilateral.

Perjuangan diplomasi dilakukan dengan perundingan langsung dengan Belanda. Pada tanggal 24 Maret 1950 di Jakarta diadakan Konferensi Tingkat Tinggi yang pertama dalam rangka Uni Indonesia dan Belanda. Pada bulan Desember 1950 kembali dilaksanakan Konversi Tingkat Tinggi di Den Haag.

Pembicaraan ini tidak menghasilkan penyelesaian masalah Irian Barat. Setelah perjuangan diplomasi bilateral gagal, Indonesia melibatkan PBB dalam penyelesaian Irian Barat. Tapi, dalam persidangan PBB tahun 1956 maupun tahun 1957 resolusi masalah Irian Barat selalu ditolak sehingga Indonesia mengambil sikap untuk menyelesaikan masalah Irian Barat melalui jalur konfrontasi.

Perjuangan mengembalikan Irian Barat melalui konfrontasi politik dan konfrontasi ekonomi telah dilakukan. Tapi keduanya pun tetap gagal. Kemudian dilakukan konfrontasi militer dan Trikora. Konfrontasi militer dilakukan melalui tiga tahap, yaitu tahap infiltrasi, tahap eksploitasi, dan tahap konsolidasi.

Pada tahap infiltrasi dilakukan operasi Trikora (Tri Komando Rakyat) Indonesia mengerahkan empat kapal perang berjenis MTB (Motor Torpedo Boat) tipe jaguar, yaitu RI Macan Tutul, RI Macan Kumbang, RI Harimau, dan RI Singa. Tapi RI Singa tidak bisa melanjutkan misi karena mengalami kerusakan sehingga operasi hanya dilakukan tiga kapal MTB.

Saat tiba di Laut Aru ketiga kapal ini dipergoki oleh dua pesawat intai maritim Belanda jenis Neptune dan Firefly. Tak jauh dari arah posisi tiga MTB dua fregat Belanda Hr. Ms. Kortenear dan Hr. Ms. Everaten ternyata sedang berpatroli. Sehingga terjadilah baku tembak di Laut Aru.

Sebuah tembakan pamungkas dari Belanda berhasil mengenai kamar penyimpanan mesiu RI Macan Tutul. Bunga api besar menerangi malam Laut Aru. Perlahan RI Macan Tutul tenggelam membawa Komodor Yos Sudarso, Kapten Memet (Ajudan), Kapten Kapal Wiranto, dan 25 prajurit TNI AD. Sedangkan 2 kapal MTB lainnya berhasil lolos dari cegatan.

Setelah semua perjuangan itu dilakukan tapi tidak juga berhasil. Akhirnya dilakukan perjuangan melalui diplomasi multilateral. Perjuangan melalui diplomasi multilateral ini membawakan hasil dan Irian Barat menjadi milik Indonesia. Tetapi Indonesia mendapatkan kembali Irian Barat tidak secara cuma-cuma. Indonesia harus membayar mahal kepada Amerika yang telah membantu Indonesia mendapatkan kembali Irian Barat dengan memberikan izin kepada perusahaan Amerika Serikat, yaitu PT Freeport untuk melakukan penambangan di Papua.

Itulah singkat perjuangan mengembalikan Irian Barat ke tangan Indonesia. Begitu besar perjuangan dan pengorbanan para pahlawan Indonesia tapi lihatlah sekarang. Banyak terjadi konflik di Papua beberapa penyebabnya adalah konflik di Papua di antaranya soal pembangunan, diskriminasi, dan penyelesaian sejumlah kasus.

Papua termasuk daerah di Indonesia yang tertinggal, jadi pembangunan infrastruktur sangat penting dilakukan agar Papua tidak menjadi daerah yang tertinggal lagi. Pemerintah telah mengupayakan banyak pembangunan infrastruktur di Papua. Pembangunannya meliputi pembangunan di sektor kesehatan, sekolah, jalur transportasi, dan lain-lain. Tetapi warga asli Papua terutama suku-suku pedalaman banyak yang tidak suka dengan adanya pembangunan ini. Wawasan yang kurang bagi mereka akan perkembangan teknologi membuat mereka merasa sedikit terancam sehingga terjadilah konflik antara warga dan aparat.

Diskriminasi juga termasuk dalam penyebab terjadinya konflik. Diskriminasi ini disebabkan oleh adanya stereotip atau penilaian terhadap seseorang berdasarkan asal kelompok seseorang. Kebanyakan orang menilai bahwa orang Papua orang yang kasar, suka mabuk, judi, suka bikin gaduh, sampai pemberontak. Padahal tidak semua penilaian itu benar, tidak semua orang Papua berperilaku seperti itu. Semua orang juga memiliki kebaikan dan keburukannya sendiri. Asalkan kalian tau stereotip ini akan menimbulkan adanya sebuah prasangka untuk berpikir buruk tentang mereka. Dari prasangka inilah yang menimbulkan adanya sebuah diskriminasi.

Sering terjadi kejadian pengucilan, bullying, rasisme terhadap orang Papua dengan alasan ras dan suku. Tidak hanya itu saja ketidakadilan juga sering didapatkan oleh orang Papua. Seperti yang sudah saya bilang tadi stereotip, prasangka, dan diskriminasi juga menjadi penyebabnya. Sebagai negara yang berlandaskan Bhineka tunggal ika, hal ini tidak seharusnya ini terjadi.

Saat Indonesia telah merdeka Papua masih menjadi daerah jajahan Belanda. Saat kita telah terlepas dari belenggu Belanda, Papua masih harus berjuang melawan Belanda. Saat Papua telah menjadi milik Indonesia apakah Papua harus mendapatkan perilaku seperti ini?

Masyarakat Papua rindu akan kedamaian yang hadir bersama mentari pagi. Masyarakat Papua rindu akan keadilan. Mereka adalah bagian dari kita tak seharusnya mereka dikucilkan, tak seharusnya mereka dibully, tak seharusnya mereka diperlakukan tidak manusiawi. Kita adalah satu, satu Tanah Air.

Marilah kita jaga kesatuan dan kedamaian Indonesia. Tidak semua dari mereka itu buruk seperti yang kita pikirkan. Kita harus bersatu saling memberi dukungan. Jangan ada lagi diskriminasi terhadap orang Papua.

Nama: Lailatudzorrohmah
Ig: @laxmer_

1 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Semua Pihak Wajib Hormati Masa Tenang Pilkada 2024

Jakarta – Masa tenang Pilkada Serentak 2024 yang merupakan tahapan krusial menjelang hari pemungutan suara, resmi dimulai. Untuk memastikan...
- Advertisement -

Baca berita yang ini