Mencoba Berdamai dengan Keadaan

Baca Juga

MATA INDONESIA, – Setiap pagi telingaku dibisikan oleh merdunya lantunan azan subuh yang membuatku enggan untuk kembali memejamkan mata.

Aku pun harus menolak tarikan gravitasi kasurku. Dan segera bergegas mengambil air lalu siap siap melangkahkan kaki menghampiri suara merdu yang membangunkan lelapku.

Selesai bersujud menghadap Sang Pencipta aku masuk ke kamar untuk membaca kitab suci. Kegiatan pagiku tak berhenti sampai disitu karena kain pel sudah melambai lambai menunjukan waktunya mengepel rumah.

Rutinitas sekaligus kebutuhan yang wajib kulakukan setiap pagi yaitu olahraga. Selain dapat menjaga kebugaran tubuh dan juga menjaga daya tahan, fungsi lainnya yaitu mengolah fisikku yang telah lama vakum. Tak perlu lama melakukan hal itu karena yang terpenting rutin. ”Sehat itu belum tentu bugar tapi, bugar sudah pasti sehat,” ujar Guru Renangku beberapa bulan yang lalu sebelum masa pandemi.

Dari situlah aku sadar bahwa sekecil apapun olahraga yang kita lakukan sangatlah bermanfaat.

Kuletakkan pel ke rumah singgahnya dan kuraih sepatu alakadarnya dari rak sepatu. Aku lakukan olahraga fisik kurang lebih 90 menit.

Setelah keringat mengucur deras di badanku, aku pun bergegas minum dan sarapan, kuambil gadget dan langsung kupelototin sosial media. Sambil mengecek agenda dan info terbaru untuk menjalani rutinitas sehari-hari. ”Allhamdulillah bisa kembali memeluk kasur sambil mengistirahatkan tulang punggungku,”  gumamku sambil mengangkat kedua tanganku yang masih memegang gadged dan menjatuhkan badanku pada kasur.

Tak terasa aku tertidur hingga waktu sholat zuhur tiba. Suara adzan berhasil mengusirku dari mimpi singkat. Bergegas aku ke masjid untuk melakukan ibadah shalat zuhur.

Usai sembahyang, aku balik ke rumah. Kubuka kulkas sambil mencari apa yang bisa disantap untuk makan siang. Tiba tiba suara motor ibuku masuk ke rumah. Ibuku ternyata membawa plastik warna hitam yang berisi makanan.

”Aku makan ya bu?,” tanyaku

”Iya sekalian ajak adikmu makan, kasihan pasti lapar setelah belajar,” jawab ibu.

”Siap bu. Hol! Ayo makan,” teriakku.

Adikku Holy keluar dari kamar. ”Lauknya apa mbak?.

”Sop sama Tempe Goreng dek,” jawabku singkat.

Aku dan Holy selisih sembilan tahun. Ia kini sudah duduk di bangku kelas enam sekolah dasar. Dan aku aku sudah kuliah menginjak semester tiga.

Kami lumayan rukun walau sering jahil satu sama lain.  Kami berdua memang berbeda jauh apalagi jika sudah berbicara tentang hobi. Holy sama sekali tidak tertarik dengan olahraga sedangkan aku malah bergelut di dunia olahraga. Sejak kecil, aku suka sepak bola. Tapi akhirnya aku tertarik dengan beladiri. Sebaliknya Holy malah menyukai cinematografi. Ia sekarang sedang belajar editor video untuk mengisi waktu luangnya.

Walau kami berbeda tapi, ayah dan ibu selalu berusaha memberi kasih sayang yang adil. Aku bangga dengan mereka.

Setelah makan kami melanjutkan aktivitas lagi. Adikku Holly masih sibuk berkutat dengan pelajarannya di sekolah. Sedangkan aku sibuk membersihkan rumah. Usai bersih-bersih rumah, aku pun menonton tayangan televisi. Bosan, akhirnya aku membuka laptop untuk melanjutkan tulisanku yang sempat terpotong.

Hingga tak terasa azan ashar berkumandang. Kubiarkan laptop menyala,  lalu aku bergegas ke masjid untuk shalat Ashar.

Sepulang dari masjid aku melanjutkan memeriksa laptopku. Ternyata baterainya sudah drop. Aku akhirnya memilih kembali membantu ibuku, menyapu dan menyiapkan makanan untuk makan malam.

Tepat pukul 17.05 WIB aku mandi kemudian mengaji dan berdoa. Aku sengaja melakukan kegiatan itu karena kalau berdoa di waktu menjelang maghrib, Insya Allah akan mustajab.

Maghrib pun tiba. Aku kembali ke masjid dan sembahyang berjamaah. Usai dari masjid, aku pun makan malam bersama keluarga.

Di sela-sela menunggu adzan Isya, aku pun mengecek laptop dan melihat ternyata banyak pesan masuk ke emailku. Banyak tawaran untuk ikut lomba. Salah satunya adalah lomba menulis dan puisi.

Usia azan Isya, aku pun kembali sibuk dengan laptopku. Tak terasa hari pun sudah mulai larut. Mataku sudah berat. Walau membosankan tapi aku selalu mencari kegiatan untuk mengembalikan moodku selama pandemi ini terjadi.

Jadi, walau di rumah saja, kita tidak hanya diam dan malas. Sesekali kita keluar rumah agar mendapatkan udara segar. Setiap Sabtu dan Minggu aku bersepeda pagi sekedar melepas penat

Selama karantina ini aku mencoba berdamai dengan keadaan dan berusaha melawan kejenuhan dan kebosanan.

Bantul, 11 Agustus 2020

Penulis: Firstraha Cleanida Bangas Subagya
Ig: @firstraha_

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pencegahan TPPO di Jogja Diperkuat, Gugus Tugas Dibentuk Kurangi Kasus

Mata Indonesia, Yogyakarta - Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) semakin menjadi perhatian serius di Indonesia, termasuk di Kota Yogyakarta. Korban TPPO seringkali berasal dari kalangan Pekerja Migran Indonesia (PMI), yang terjerat dalam kasus perdagangan manusia akibat berbagai faktor risiko.
- Advertisement -

Baca berita yang ini