MATA INDONESIA, – Tahun ini terasa berat karena pandemi Covid 19. Semua harus dikerjakan dari rumah. Keluar pun harus pakai masker dan mengikuti protokol kesehatan setiap mau memasuki suatu area.
Sebentar lagi 17 Agustus, biasanya didaerah rumah saya diadakan lomba dan hadiahnya nanti akan dikasih saat acara panggung 2 hari setelah 17 Agustus.
Dulu perlombaanya itu banyak dari makan kerupuk, meniup balon, masukin pulpen ke botol dan lain lain. Saya biasanya mengikuti lomba joget balon dan tiup balon setiap tahunnya. Pasti saya selalu menang juara 1 atau 2.
Tahun lalu ada kejadian lucu saat saya mengikuti lomba joget balon, ibu sebelah saya berjoget dengan sangat semangat. Tanpa disadari ibu itu ternyata bukan semangat menari tapi malah menahan ingin buang air kecil hingga salah tingkah sudah tidak kuat.
Si ibu itu tertawa sambil berteriak karena sudah tidak kuat tapi ia berusaha tahan agar bisa menjuarai lomba itu. Pak RW yang mendengar teriakan ibu itu sengaja memecahkan balon si ibu itu agar dia bisa langsung ke toilet tanpa harus menahan lagi. Semua orang yang ikut lomba hanya bisa tertawa sambil terus berlomba. Dan pada akhirnya karena kelucuan lomba itu. Si ibu dianugerahi juara 1 dan dapat hadiah serta uang 200 ribu dari Pak RW.
Setelah itu saya juga mencoba mengikuti lomba makan kerupuk. Tapi lomba ini berbeda karena kerupuknya digantung dan dikasih sambel agar yang ikut kepedasan. Ada 10 orang yang ikut lomba. Gigitan pertama masih terasa biasa saja. Saat sudah beberapa kali mengigit kerupuk, bibir dan lidah saya mulai kepedasan dan mati rasa. Saya lihat teman teman sebelah saya juga mulai keringetan dan kepedesan. Bahkan bibir mereka bengkak dan keluarkan air mata. 5 menit berlalu setengah kerupuk sudah saya makan. Karena perut saya mulai terasa panas, akhirnya saya putuskan untuk berhenti karena takut sakit perut. Dari 10 orang hanya tersisa 1 teman saya yang berhasil menghabiskan keruput itu.
Ada lagi lomba yang seru yaitu 2per1 nama lombanya. Jadi dua orang harus berlari berdampingan dan salah satu kaki dari dua orang itu diikat dan harus berlari bersamaan. Keduanya harus kompak dan sama-sama mengikuti instruksi supaya larinya bisa selaras.
Saya berpasangan dengan teman saya namanya Rita. Kami berdua harus mengambil pita merah yang dipegang oleh teman saya Mirna. Trek lomba ini jauhnya 100 meter.
Saat memulai lomba, saya bilang ke Rita kalau 1 kaki yang tidak diikat yang bergerak dan kalau saya bilang 2 kaki yang diikat yang bergerak. Dengan keras saya teriak 1-2 1-2 dan seterusnya. Ada lima pasangan yang berlomba hari itu. Saya dan Rita ditengah tengah mereka. Ada ibu ibu, bapak bapak ataupun anak muda. Karena ibu dan bapak sudah tua jadi kurang kompak mereka terjatuh duluan saat baru mulai. Jadi tersisa tim saya dan tim teman saya Dani. Kami seperti rival karena saling semangat agar dapat hadiah uang 200 ribu. Sudah setengah jalan ternyata teman saya Dani itu gagal karena teman pasangannya jatuh terselimpat. Saya dan rita berlari sambil tertawa senang karena otomatis saya dan rita yang menang. Akhirnya beberapa saat saya dan rita sampai garis akhir dan berhasil mengambil pita merah. Walaupun jaraknya tidak terlalu jauh tapi lumayan membuat pegal pegal kaki juga berlari seperti itu. Di garis akhir pak RW sudah standby dan mengucapkan selamat pada saya dan hadiah uangnya diberikan nanti ketika Pak RW membangun panggung untuk 17an.
Di Rukun Warga tempat tinggal saya juga diadakan pawai dan arak arakan keliling kampung. Ada barongsai, liong dan anak anak yang memakai kostum bermacam macam. Kami semua berkeliling untuk meramaikan semaraknya 17an Indonesia merdeka. Jadi semangat 45 bisa kami bagikan ke semua orang yang melihat kami. Pawai yang kami lakukan aman dan tidak menganggu keaman serta ketertiban lingkungan saya. Karena daerah rumah saya terkenal dengan pecinaannya jadi ciri khasnya barongsai dan liong.
Selain mengikuti lomba saya juga ikut dalam kepanitiaan lomba. Menyiapkan hadiah dan jenis jenis lomba yang aneh tapi seru. Bersama teman teman seumuran saya. Saya lebih sibuk sebagai seksi dokumentasi mengabadikan moment moment lucu yang dilakukan teman teman kampung saya.
Dua hari setelah acara 17an. Diadakan pesta panggung di kampung saya. Untuk membagikan hadiah bagi para pemenang lomba dan menyaksikan pertunjukan menyanyi ataupun menari dari anak anak kampung saya. Keponakan saya ikut serta dalam acara tersebut dan menampilakan tarian bersama beberapa anak tetangga. Tapi mungkin karena keponakan saya gugup jadi saat berada di panggung dan dipanggil namanya oleh pembawa acara. Keponakan saya kaget dan malah menangis, dia menolak untuk ikut menari karena malu dan mungkin belum pernah menari di depan umum sebelumnya. Akhirnya dia dibawa turun panggung dan ditenangkan oleh mama saya.
Acara pesta panggung dikampung saya selalu dilakukan setiap 17an. Untuk mendekatkan diri antar sesama tetangga dan menjalin kebersamaan. Banyak kejadian seru setiap perlombaan 17 Agustus setiap tahunnya. Karena tahun ini tidak ada perayaan kemerdekaan moment keseruan seperti itu pasti sangat dirindukan.
Semoga pandemi ini segera berakhir dan indonesia bisa merayakan kemerdekaan Indonesia dengan meriah seperti tahun tahun yang dulu. Dirgahayu Indonesiaku. Semangat terus Indonesiaku .
Penulis: Oktaviani
IG: @bernadetaokta