Gotong Royong Bangkit dari Pandemi

Baca Juga

MATA INDONESIA, – Sudah divaksin belum tentu bebas dari Covid-19. Inilah yang saya alami. Sudah lengkap divaksin sebanyak dua kali terkena Covid-19 juga. Saya ikuti protokol pencegahan Covid-19 seperti memakai masker, menjauhi kerumuman, dan membatasi mobilitas.Saya jarang sekali keluar. Kalau tidak penting sekali, lebih baik di rumah.

Saya mengalami gejala Covid-19 pada awal bulan Juli. Dua hari saya demam, saya mengalami anosmia atau hilang penciuman. Besoknya istri saya demam. dan anosmia. Istri saya menangis memikirkan anak-anak.

Kalau harus dirawat di rumah sakit bagaimana dengan anak-anak? Siapa yang mengurusi? Keluarga jauh. Rumah kami cuma satu. Tidak bisa terpisah dengan anak-anak. Hanya ada dua kamar di rumah. Tidak bisa menjaga jarak dengan anak-anak.

Anak sulung kami berusia 5 tahun. Sedangkan yang bungsu 3 tahun. Mandi atau makan kadang masih dilayani.

“Mas Jundi dan Adek jangan dekat-dekat sama Ayah dan Bunda, karena sedang sakit. Doakan segera sembuh ya. Mas dan Adek juga harus pakai masker ya kalau di rumah.”

Mereka bilang iya. Untungnya demam saya tidak lama. Badan pun tidak lemas. Jadi saya yang lebih banyak mengambil peran mengurus rumah dan anak-anak.Kondisi istri lebih parah. Dia lemas, batuk, dan demam. Saya yang masak, mencuci piring, mencuci pakaian, dan bersih-bersih rumah.

Saya mengabari ke Ketua RT kalau sedang isoman. Beliau mendoakan agar cepat sembuh.

 Tuhan telah menggerakkan Tangan-Nya. Tahu kalau kami sedang isoman, banyak yang ngasih bantuan. Saudara, teman, dan tetangga yang silih berganti mengirimkan makanan.

Ada yang mengirim bakso, martabak, telur, sop, nasi, dan lauk pauknya. Ada juga yang mengirim buah-buahan, minuman herbal, dan obat-obatan. Ada yang mengirimkan bahan makanan mentah. Selama 5 hari selanjutnya saya tidak masak karena sudah cukup dari kiriman tadi. Saya makin sehat karena makin banyak makan.

Saya telah kena Covid-19. Jangan remehkan Covid-19. Sangat tidak enak. Kalau bisa cegah diri agar tidak tertular. Tapi kalau takdir harus kena, harus terima dengan ikhlas lalu berusaha untuk sembuh. Takdir yang kita terima pasti ada hikmahnya.

Kesehatan itu mahal harganya.  Kelihatannya kecil dan sering dilupakan. Covid-19 juga memberikan pelajaran bahwa manusia itu lemah dan  pengetahuannya terbatas. Negara kita bahkan seluruh dunia telah banyak menderita karena Covid-19.

Tapi kita jangan menyerah. Kita harus bangkit. Caranya dengan bergotong royong, bahu membahu melawan Covid-19. Dengan bergotong royong, kita akan segera pulih.

Seperti yang saya rasakan saat isoman

Kami sudah merasakan betul dampak positif dukungan dari saudara, teman, dan tetangga. Karena itu, saya harus bisa membalasnya. Setelah kami sembuh, kalau ada teman yang positif, gantian kami yang membantu.

Kami mengirimkan British Propolis sebagai penguat imun, martabak, madu, dan lainnya. Ada beberapa yang kami kirimkan obat herbal. Tidak banyak sih. Kami mengirimkannya lewat ojek online. Karena kami sendiri masih isoman.

Dalam kondisi begini, ojek online besar jasanya. Sebagai ungkapan terima kasih kami sering memberikan ongkos lebih. Bahkan kalau ada yang mengirimkan makanan, kami berikan pula ongkir juga walaupun sudah dibayar oleh sang pengirim.

Saat pandemi ojek online bisa sepi. Mereka harus waspada dengan tertularnya Covid-19 karena terus berada di luar. Sebagai dukungan atas pekerjaan mereka, nggak ada salahnya memberikan ongkir lebih kepada ojek online.

Kita bisa sama-sama lakukan pencegahan Covid-19 di lingkungan kita. Misalnya dengan melakukan hal ini.

1) Melakukan penyemprotan desinfektan,

2) Mengurangi mobilitas warga,

3) Mengurangi kegiatan lingkungan,

4) Membantu warga isoman.

5) Menggencarkan program vaksinasi.

Kalau ada yang positif Covid-19, mari kita bantu. Dia akan merasa diperhatikan, tidak sendiri, dimotivasi, dan menjadi bahagia.

Orang yang sakit itu kalau diperhatikan atau disupport merasa senang sekali. Itu menjadi energi untuk sembuh. Apalagi kalau dibantu karena itu sangat penting saling membantu kepada orang yang sakit.

Mari kita hadapi pandemi dengan bergotong-royong dan bangkit menjadi sebuah bangsa yang menang. Pandemi telah berlangsung setahun lebih. Mari kita bangkit dari pandemi. Mungkin pandemi belum berakhir. Namun, kita harus bisa tetap hidup dan bangkit dari kondisi apapun. #IndonesiaBangkit

Penulis: Supadilah. 

  • Instagram : https://www.instagram.com/supadilah/
  • Twitter : https://twitter.com/supadilah

5 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Resmi Jadi Kader NasDem, Sutrisna Wibawa bakal Bersaing Ketat dengan Bupati Gunungkidul

Mata Indonesia, Yogyakarta - Mantan Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Sutrisna Wibawa, telah resmi bergabung sebagai kader Partai Nasional Demokrat (NasDem). Hal ini jelas memperkuat dinamika politik Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Gunungkidul 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini