Generasi Merdeka yang Bijak Takkan Terpijak

Baca Juga

MATA INDONESIA, – Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki segudang budaya, tradisi, dan kekayaan alamnya. Negara kita yang tercinta ini ternyata memiliki beberapa julukan yang mengagumkan, seperti julukan ‘Macan Asia yang Tertidur.’ Julukan ini diberikan karena banyak sekali negara Asia yang percaya dan yakin, bahwa Indonesia memiliki potensi menjadi negara adidaya, layaknya Amerika Serikat. Julukan selanjutnya yang tak kalah hebat adalah ‘Heaven Earth.’ Julukan ini diberikan kepada negara Indonesia karena Sumber Daya Alamnya yang melimpah serta pemandangan yang selalu memanjakan mata.

Melihat dari julukannya saja bisa disimpulkan bahwa Indonesia adalah negara yang hebat. Saat saya kecil, saya berpikir bahwa Indonesia merupakan negara yang kecil dan tidak mampu bersaing dengan negara maju lainnya, seperti Amerika Serikat, Jerman, bahkan Singapura. Namun, semua pola piker itu berubah saat saya melihat di layar kaca televisi, seorang Presiden Amerika Serikat ke-44, Barack Obama, ternyata pernah menimba ilmu dan menghabiskan kebanyakan waktu masa kecilnya di Indonesia. Tidak bisa terbayangkan, Presiden negara semaju Amerika Serikat pernah menimba ilmu di Indonesia. Luar biasa.

Semakin dewasa dan melihat luasnya dunia melalui layar ponsel sekana mengantar dan membimbing saya untuk mengenal betapa hebatnya Indonesia. Bukan hanya dibidang budaya dan fenomena alam, Indonesia juga sering meraih prestasi dari bidang olahraganya. Belakangan ini berita Greysia-Aprilia menjadi perbincangan hangat, karena keduanya telah sukses mengerahkan seluruh tenaga mereka dan membawa lagu kebangsaan Indonesia Raya diputar juga Sang Saka Merah Putih yang dikibarkan di ajang Internasional bergengsi, Olimpiade Tokyo 2020. Air mata pun tidak bisa tertahan bagi masyarakat Indonesia yang sangat bangga dengan prestasi mereka berdua.

Julukan dan prestasi ini cukup menguatkan keyakinan bangsa Indonesia, bahwa negara ini bukan lah hanya sebuah negara yang merdeka di tahun 1945. Namun setiap perjuangan yang dilakukan bangsa Indonesia sejak tahun 1945 sampai saat ini patut diacungi jempol.

Bangsa ini tidak terus dipimpin oleh Ir. Soekarno. Pemimpin negara ini akan silih berganti, begitu juga dengan generasi bangsa Indonesia ini. Generasi di zaman sekarang tentu saja memiliki pola piker yang berbeda dengan generasi zaman dahulu. Bisa dikatakan, pola pikir orang-orang zaman sekarang jauh lebih maju dari pola pikir tempo dulu.

Revousi ini seharusnya membuat kemajuan yang intens ditengah-tengah kalangan pemuda saat ini. Namun nampaknya, masih banyak yang kurang dalam menghadapi perubahan zaman dan era globalisasi yang sangat cepat. Para pemuda cenderung belum mempersiapkan diri akan masalah-masalah negara dan dunia yang sebentar lagi akan mereka pegang, dan kesejahteraan negara ada di tangan mereka juga di tangan generasi-generasi selanjutnya.

“Indonesia tidak kekurangan orang pintar, melainkan orang jujur,” kata mereka. Kutipan ini menimbulkan pemikir-pemikir kritis di Indonesia mengeluarkan opininya yang mendukung bahwa kutipan tadi adalah fakta. Ketidakadilan dimana-mana sampai kebohongan para petinggi negara menjadi bukti kuat bahwa negara ini sedang tidak baik-baik saja.

Peran generasi muda saat ini adalah untuk mengambil Langkah cerdas dalam menghadapi era globalisasi dan perkembangan zaman yang semakin maju, juga mengambil Tindakan bijak dalam menanggulangi permasalahan dalam negeri yang selalu berdatangan. Karena terima atau tidak, kedepannya kita lah yang akan memegang hukum, kestabilan ekonomi, bahkan akulturasi yang akan terjadi di Indonesia. Langkah dasar yang harus kita ambil adalah dengan menerapkan rasa nasionalis tinggi ditengah-tengah kehidupan bermasyarakat.

Masuknya budaya luar kedalam negeri sudah merubah pola perilaku bangsa Indonesia. Apalagi ditengah-tengah pandemi seperti ini, dimana kita hanya bisa berdiam dirumah tetapi seakan kita sudah keliling dunia dengan ponsel pintar yang ada di genggaman. Tidak ada lagi sekat antara negara satu dan negara lain dalam ber-sosial media. Dari sini lah rasa nasionalisme semakin pudar ditengah-tengah bangsa—terlebih Gen Z. Ditambah lagi dengan persoalan-persoalan dan kecerobohan para penguasa, membuat rasa benci terhadap negara sendiri semakin meningkat.

Kita tidak bisa membiarkan hal ini terjadi begitu saja. Kalau semua berlomba-lomba untuk pindah ke negara tetangga, lalu siapa yang akan merawat NKRI? Karena, kalau bukan kita siapa lagi?

Menuju Indonesia yang bangkit dalam keterpurukan membutuhkan Generasi yang Bijaksana. Bijak dalam menerima informasi, Bijak dalam bertutur kata, dan Bijak dalam memilah budaya-budaya yang masuk seiring berjalannya waktu. Dengan begitu, niscaya Indonesia akan menghasilkan bibit-bibit unggul dengan jiwa Nasionalisme dan Patriotisme yang tinggi.

Tanggal 17 Agustus 2021 lalu, Indonesia telah genap berumur 76 tahun. Bukan lah umur yang muda bagi sebuah negara yang sudah merdeka. Tapi bukan juga saat yang terlambat untuk kembali Bersatu dan mengangkat Indonesia kembali ke masa jayanya.

Jadi, mari kita sebagai generasi yang bijak saling bergandengan tangan dan saling bahu-membahu, demi kebangkitan bangs aini. Langkah yang kita ambil hari ini akan menentukan Indonesia 10 tahun lagi. Merdeka!

Penulis: Ezra Agnes 

Instagram: @ezraagnes 

 

1 KOMENTAR

  1. Artikel yang memiliki pola pikir yang waaoowwww… Semoga digenerasi milenial ini jiwa nasionalnya semakin bertumbuh, cinta akan tanah air bumi Pertiwi, berbeda itu indah..Ayoo semangat anak muda, tunjukkan kecintaanmu kepada bangsa ini lewat karya karya manismu, prestasimu, gunakan intelijensi dan kepribadianmu dengan attitude yang baik… ????

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Waspada Hoaks OPM, TNI : Rumah Bupati Puncak yang Dibakar Bukan PosMiliter

Oleh: Loa Murib Kelompok separatis Organisasi Papua Merdeka (OPM) kembali menunjukkan pola lama merekadalam menutupi aksi brutal yang dilakukan terhadap masyarakat sipil. Dalam upayamembenarkan tindak kekerasan, OPM menyebarkan disinformasi bahwa rumah milik BupatiPuncak dan kantor Distrik Omukia yang mereka bakar di Papua Tengah merupakan pos militeryang digunakan oleh TNI. Tuduhan tersebut segera dibantah secara resmi oleh pihak militer danterbukti tidak memiliki dasar fakta. TNI melalui Kepala Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih, Kolonel Infanteri CandraKurniawan, memberikan klarifikasi bahwa bangunan yang dibakar oleh OPM tidak difungsikansebagai markas militer. Tindakan pembakaran itu murni merupakan aksi kriminal yang disengajauntuk menciptakan ketakutan, mengganggu ketertiban umum, dan mencoreng wibawa negara di mata masyarakat Papua. Bantahan ini menjadi penegasan bahwa OPM kembali menggunakanstrategi disinformasi untuk mengaburkan realitas dan membangun opini publik yang menyesatkan. Disinformasi semacam ini memperjelas bahwa OPM tidak hanya mengandalkan kekerasanbersenjata, tetapi juga propaganda informasi sebagai instrumen perlawanan mereka. Merekamenciptakan narasi seolah-olah aparat keamanan adalah pihak yang menyebabkan keresahan, padahal masyarakat sipil justru menjadi korban utama dari aksi teror yang dilakukan olehkelompok tersebut. Manipulasi informasi yang dilakukan OPM jelas bertujuan untuk merusakkepercayaan publik terhadap negara dan aparat keamanan. Kejadian yang menimpa Kabupaten Yahukimo menjadi contoh konkret betapa kejamnya aksiOPM. Dalam serangan yang dilakukan belum lama ini, seorang pegawai honorer PemerintahKabupaten Yahukimo tewas akibat kekerasan yang mereka lakukan. Insiden ini menunjukkanbahwa OPM telah melampaui batas kemanusiaan dan menjadikan nyawa warga sipil sebagai alattawar dalam narasi perjuangan mereka yang keliru. Merespons insiden tersebut, aparat gabungan dari Satgas Operasi Damai Cartenz bergerak cepatbegitu mendapat laporan dari jajaran Polres Yahukimo. Tim langsung turun ke lokasi kejadian, melakukan evakuasi korban ke RSUD Dekai, mengamankan tempat kejadian perkara, sertamengumpulkan bukti-bukti untuk mengungkap pelaku. Kecepatan ini menunjukkan bahwanegara tidak tinggal diam dalam menjamin perlindungan bagi rakyat, dan siap menghadapisegala bentuk teror yang mengancam stabilitas wilayah. Kepala Operasi Satgas Damai Cartenz, Brigjen Pol Faizal Ramadhani, menegaskan bahwaseluruh aksi kekerasan yang dilakukan oleh kelompok separatis akan ditindak secara tegas sesuaihukum. Penegakan hukum ini bukan hanya penting untuk memberikan keadilan bagi para korban, tetapi juga menjadi pernyataan tegas bahwa kekuatan bersenjata tidak akan dibiarkanmerusak keutuhan dan kedamaian di Papua. Kekejaman OPM, yang ditunjukkan melalui aksi pembakaran, pembunuhan, serta provokasiberulang, memperlihatkan bahwa kelompok ini bukanlah representasi perjuangan rakyat Papua. Sebaliknya, mereka adalah ancaman nyata yang menghalangi pembangunan dan menimbulkanketakutan di tengah masyarakat. Klaim mereka sebagai pembebas Papua tidak sejalan dengankenyataan bahwa mereka justru memperparah penderitaan rakyat melalui aksi-aksi brutal yang dilakukan. Kasatgas Humas Damai Cartenz, Kombes Pol Yusuf Sutejo, mengimbau masyarakat untuk tidakterprovokasi oleh informasi yang belum terverifikasi. Ia menegaskan bahwa perlindunganterhadap masyarakat sipil menjadi prioritas utama. Dalam situasi seperti ini, partisipasi aktif dariwarga untuk melaporkan aktivitas mencurigakan di lingkungannya menjadi elemen pentingdalam menjaga keamanan. Negara juga terus menunjukkan komitmennya untuk hadir tidak hanya melalui pendekatankeamanan, tetapi juga melalui pembangunan yang merata dan berkelanjutan. Berbagai program pembangunan infrastruktur, kesehatan, pendidikan, serta pemberdayaan ekonomi telahdigulirkan sebagai bentuk nyata perhatian pemerintah terhadap kesejahteraan rakyat Papua. Kehadiran negara di Papua bukanlah dalam bentuk represi, tetapi dalam wujud pelayanan danpemberdayaan. Narasi OPM yang menyebut Papua berada dalam penjajahan adalah bentuk manipulasi sejarah. Papua merupakan bagian sah dari Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan hal itu telahditegaskan melalui proses hukum dan politik yang diakui secara nasional maupun internasional. Setiap upaya untuk memisahkan diri dari Indonesia, apalagi melalui kekerasan bersenjata danpropaganda menyesatkan, merupakan pelanggaran terhadap konstitusi yang harus ditindak tegas. Kesadaran masyarakat Papua akan pentingnya perdamaian kini semakin menguat. Kolaborasiantara tokoh adat, tokoh agama, dan masyarakat sipil dalam menjaga ketertiban dan menolakaksi kekerasan menjadi sinyal kuat bahwa Papua ingin maju bersama dalam bingkai NKRI. Kekuatan kolektif masyarakat ini menjadi benteng terdepan dalam menangkal pengaruh burukdari kelompok separatis. Mengecam tindakan keji OPM dan membongkar propaganda mereka bukan semata-matatanggung jawab aparat keamanan. Ini adalah kewajiban moral seluruh rakyat Indonesia dalammenjaga keutuhan bangsa dan memperjuangkan masa depan Papua yang aman dan sejahtera. Sudah terlalu banyak korban yang jatuh akibat disinformasi dan kekerasan yang dibungkusdengan dalih perjuangan. Penegakan hukum, pendekatan informasi yang jernih, serta pembangunan yang inklusif harusterus diperkuat untuk mengikis pengaruh kelompok separatis. Dengan semangat kebersamaandan kehadiran negara yang nyata,...
- Advertisement -

Baca berita yang ini