Seperti “Siti Nurbaya,” Marah Rusli Lawan Adat di Sekolah Dokter Hewan

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Setiap kali dihadapkan pada kata “Siti Nurbaya” kita selalu mengasosiasikannya dengan kekolotan adat. Itulah kesuksesan Marah Rusli yang mengarang roman tersebut 100 tahun lalu dan relevan hingga kini sampai menginspirasi musik bahkan film Indonesia.

Marah Rusli memang menyintai sastra sejak kecil. Dia senang mendengarkan cerita pendongeng yang di tanah Minangkabau disebut tukang kaba dengan berkeliling kampung menjual cerita dan membaca buku sastra.

Saat usianya menginjak 8 tahun, lelaki 7 Agustus 1889 itu, belajar di Sekolah Melayu, Kota Padang, lalu meneruskan ke Sekolah Raja di Bukit Tinggi.

Tetapi, dia tidak meneruskan ke jurusan sastra Indonesia ketika melanjutkan ke pendidikan tinggi.

Ternyata Rusli memilih Sekolah Dokter Hewan di Bogor. Di sekolah itulah dia mulai merasa adat yang dianutnya selama ini tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman.

Dia bahkan membuat keputusan nekat dengan menikahi perempuan Sunda Nyai Raden Kencana yang dinikahinya 1911 saat Rusli masih menimba ilmu kedokteran hewan.

Padahal, orang tuanya sudah menjodohkan Rusli dengan gadis Minang keturunan bangsawan. Maka murkalah ayah dan ibu Rusli dan gemparlah kampungnya di Padang. Namun Marah Rusli tidak bergeming.

Kenekatannya itu sampai membuat keluarga dan warga kampung tempat tinggalnya membuangnya secara adat. Sampai akhir hayatnya dia tidak pernah menginjakkan kakinya di Padang.

Marah Rusli tetap menekuni profesinya sebagai dokter hewan hingga pensiun pada tahun 1952 dengan jabatan terakhir Dokter Hewan Kepala. Marah Rusli meninggal dunia pada tanggal 17 Januari 1968 di Bandung dan dimakamkan di Bogor, Jawa Barat.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pembangunan Infrastruktur Sekolah Rakyat jadi Tonggak Pemerataan Pendidikan

Oleh: Didin Waluyo)* Komitmen pemerintahan Prabowo Subianto dalam mewujudkan akses pendidikanyang lebih merata terlihat semakin nyata. Pemerintah akhirnya menetapkanDesember 2025 sebagai titik awal pembangunan Infrastruktur Sekolah Rakyat.  Langkah ini dipandang sebagai dorongan baru untuk menegaskan bahwapendidikan tidak boleh menjadi hak istimewa bagi segelintir kelompok saja.Pembangunan ini juga menjadi sinyal kuat bahwa negara mulai menempatkankualitas dan aksesibilitas pendidikan sebagai prioritas utama.  Pembangunan infrastruktur ini masuk dalam pembangunan tahap II yang dilakukandi 104 lokasi di seluruh Indonesia. Dengan memulai proyek pada akhir 2025, pemerintah ingin memastikan bahwa percepatan pembangunan dapat segeradirasakan oleh masyarakat luas. Menteri Pekerjaan Umum (PU) Dody Hanggodo mengatakan, Pembangunan Sekolah Rakyat Adalah bentuk nyata komitmen pemerintah untuk membangunsumber daya manusia yang unggul. Ia menjelaskan bahwa Pembangunan tahap II dilakukan guna memperluas akses Pendidikan berkualitas bagi anak-anak darikeluarga kurang mampu.  Berdasarkan data yang dihimpun dari Kementerian PU, total anggaran yang dialokasikan untuk percepatan pembangunan Sekolah Rakyat ini sebsar Rp20 triliun, yang mana biaya pembangunan diperkirakan Rp200 miliar per sekolah. Sementara itu 104 lokasi yang tersebar antara lain, 27 lokasi di Sumatera, 40 lokasidi Jawa, 12 lokasi di Kalimantan,...
- Advertisement -

Baca berita yang ini