Mirip Kasus Gilang ‘Kain Jarik’, Viral Fetish Penari Berkeringat Modusnya Riset Akademik

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Kasus pelecehan seksual yang dilakukan Gilang ‘Fetish Kain Jarik‘ sempat menghebohkan publik. Kini, dengan modus yang sama, riset akademik, muncul lagi kasus serupa.

Pada kasus kali ini, si pelaku meminta korban mengirimkan video penari berkeringat. Hal ini diungkap akun Twitter @rcfinl yang membagikan beberapa foto tangkapan layar pesan Instagram dari seorang pria bernama Iqbal.

“Sama nih kayak mas Gilang. Bedanya yang ini minta video lagi menari keringetan dengan alibi buat penelitian juga,” kata akun itu seperti dikutip Minews.id pada Sabtu 1 Agustus 2020.

BACA JUGA: Bercanda Soal ‘Fetish Kain Jarik’, Awkarin Tegur Babe Cabita yang Unggah Foto Dilakban

Dalam percakapan, pelaku mengirimkan pesan di media sosial menanyakan tentang jurusan seni tari di kampus tersebut. Ia beralasan mendapatkan tugas untuk membuat video.

Pelaku kemudian meminta si korban yang kuliah di jurusan seni tari salah satu kampus di Jakarta itu untuk mengirimkannya video menari saat sedang berkeringat.

“Ada nggak video kamu latihan pas sampai keringatan kayak gitu? Keren sih pasti. Buat penelitian nih mau lihat hubungan gerak sama keringetannya,” kata si pria.

Pemilik akun yang diminta video itu itu mulai curiga dengan pelaku dan menanyakan lebih detail mengenai tugas yang dimaksud. Namun, pelaku terus berdalih dan tetap meminta video yang diminta.

“Lebih penelitian mata kuliah ini mah. Jadi bukan makalah gitu. Ada videonya?” tanya si pria.

BACA JUGA: Heboh! Gilang ‘Fetish Kain Jarik’ Terang-terangan Minta Nomor WhatsApp Model Pocong

Seperti mencium hal yang tak beres, si pemilik akun juga bersikeras dengan pertanyaannya. Ia meminta si pria memberi tahu judul penelitian yang dimaksud.

“Ada videonya? Hubungan gerak dan keringan ditinjau aspek biokimia,” jawab si pria.

Usai memberikan jawaban judul penelitian jadi-jadian itu, si pria terus mengirimi pesan kepada si pemilk akun. Ia menagih video yang dimintanya.

Merasa kesal, si pemilik akun langsung memberikan jawaban pedas kepada pria tersebut. “Mas kira saya bodoh? Mana ada penelitian kayak gitu mas. Sekalipun ada kenapa nggak masnya aja sendiri yang gerak terus lihat hubungan gerak mas sama keringat apa. Jangan aneh-aneh mas zaman sekarang, bisa viral loh kelakuan mas kayak gini,” tutur si pemilik akun.

Dalam cuitannya, pemilik akun mengingatkan warganet untuk selalu meningkatkan kewaspadaan terhadap orang asing yang baru dikenal. Sama seperti kasus Gilang, kasus ini rupanya juga menimpa beberapa orang.

BACA JUGA: Heboh Predator ‘Fetish Kain Jarik’, Curhatan Korban Viral di Twitter

“Aku juga sempet ko di dm kaya gitu, bego juga si gw malah di kasih tau keringetnya dan gw juga udh curiga sih curiga kalo dia modus gitu,” komentar @Ayamsa**rrrrrr.

“Gue jg pernah di dm org ini, awalnya sama banget nanya nanya ttg jurusan tp gue rasa gada yg aneh sampe gue liat thread ini dan WOW NI ORG PERNAH NGEBAHAS KERINGET JG KE GUE cuma ga banyak si yg ditanya soal keringetnya jd gue ga curiga apa apa.” kata @aliy**shf.

“Baru sadar ternyata pernah diDM sama hal yang hampir serupa untungnya gak aku lanjut percakapan karena udah risih & mencurigakan duluan, mana kaget takut soalnya tiba2 diDM dan dia langsung jabarin identitas lengkap aku,” tulis @XrTNL**GrIc.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia Kondisi ketenagakerjaan saat ini menghadirkan berbagai tantangan signifikan yang berdampak pada kesejahteraan pekerja, terutama dalam menghadapi ketidakpastian kerja dan fenomena fleksibilitas yang eksploitatif atau dikenal sebagai flexploitation. Sistem kontrak sementara kerap menjadi salah satu akar permasalahan, karena tidak menjamin kesinambungan pekerjaan. Situasi ini semakin diperburuk oleh rendahnya tingkat upah, yang sering berada di bawah standar kehidupan layak, serta minimnya kenaikan gaji yang menambah beban para pekerja. Selain itu, kurangnya perlindungan sosial, seperti jaminan kesehatan yang tidak memadai, serta lemahnya penegakan hukum memperkuat kondisi precarization atau suatu kerentanan struktural yang terus dialami oleh pekerja. Di sisi lain, keterbatasan sumber daya negara juga menjadi penghambat dalam mendorong pertumbuhan sektor ekonomi kreatif yang potensial, di mana banyak pekerja terjebak dalam tekanan produktivitas tanpa disertai perlindungan hak yang memadai. Dalam konteks ini, generasi muda, termasuk kader-kader Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), menjadi kelompok yang paling rentan terhadap dinamika pasar kerja yang semakin eksploitatif. Generasi ini kerap menghadapi kontradiksi antara ekspektasi tinggi terhadap produktivitas dan inovasi dengan realitas kerja yang penuh ketidakpastian. Banyak dari mereka terjebak dalam sistem kerja fleksibel yang eksploitatif, seperti tuntutan kerja tanpa batas waktu dan kontrak sementara tanpa jaminan sosial yang memadai. Akibatnya, kondisi precarization semakin mengakar. Bagi kader GMNI, yang memiliki semangat juang dan idealisme tinggi untuk memperjuangkan keadilan sosial, situasi ini menjadi ironi. Di satu sisi, mereka harus tetap produktif meskipun kondisi kerja tidak mendukung, sementara di sisi lain mereka memikul tanggung jawab moral untuk terus memperjuangkan aspirasi kolektif para pekerja. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi kesejahteraan individu, tetapi juga dapat mengikis potensi intelektual, semangat juang, serta daya transformasi generasi muda dalam menciptakan struktur sosial yang lebih adil. Oleh karena itu, peran negara menjadi sangat penting untuk merumuskan kebijakan yang konkret dan menyeluruh. Kebijakan ini harus memastikan pemenuhan hak-hak dasar pekerja, termasuk perlindungan sosial yang layak, serta penegakan regulasi yang konsisten untuk mengurangi ketimpangan dan menghentikan eksploitasi dalam sistem kerja fleksibel. Tanpa langkah nyata tersebut, ketimpangan struktural di pasar tenaga kerja akan terus menjadi ancaman bagi masa depan generasi muda dan stabilitas tatanan sosial secara keseluruhan.
- Advertisement -

Baca berita yang ini