Neraca Perdagangan Indonesia Surplus di Tengah Pandemi Covid19

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Meski kondisi ekonomi dunia sedang terpuruk di tengah Pandemi Covid19, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Mei 2020 mengalami surplus senilai 2,09 miliar dolar AS. Angka itu juga diperoleh dari nilai ekspor dan impor yang turun drastis.

Angka itu ternyata sedikit lebih baik dari April 2020 yang justru defisit 350 juta dolar AS.

Menurut catatan BPS selama Mei 2020 ekspor Indonesia ada pada angka 10,53 miliar dolar AS, sedangkan impor hanya di angka 8,44 miliar dolar AS.

Angka itu membuat neraca perdagangan sejak Januari hingga Mei 2020 tercatat surplus 4,31 miliar dolar AS.

“Surplus Mei 2020 ini disebabkan karena turunnya nilai impor yang jauh lebih dalam dari penurunan nilai ekspor,” kata Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto, Senin 15 Juni 2020.

Secara lebih rinci penyebab penurunan ekspor ini terjadi pada semua komponen ekspor non migas seperti ekspor pertanian turun 16,97 persen mtom, industri pengolahan turun 14,92 persen mtom, dan pertambangan turun 13,70 persen mtom.

Begitu juga dengan mineral. Penurunan terbesar dialami logam mulia, perhiasan/permata senilai 382,5 juta dolar AS, bahan bakar mineral turun 225,5 juta dolar AS, serta lemak dan minyak hewan nabati senilai 199,7 juta dolar AS.

Sebagai perbandingan peningkatan ekspor terbesar pada periode ini paling tinggi hanya 48,2 juta dolar AS melalui kertas dan karton. Sementara itu, impor non migas juga mengalami penurunan di seluruh komponennya. Mulai dari barang konsumsi, bahan baku/penolong, dan barang modal.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Swasembada Pangan dan Energi Jadi Pilar Kedaulatan Ekonomi Nasional

Indonesia menempatkan swasembada pangan dan energi sebagai prioritas utama dalam strategi pembangunan nasional. Langkah ini bukan sekadar ambisi politik, melainkan kebutuhan mendesak untuk membangun fondasi kemandirian ekonomi yang berkelanjutan. Dengan potensi sumber daya alam yang melimpah dan dukungan geografis yang strategis, Indonesia memiliki modal kuat untuk mewujudkan cita-cita besar ini. Dalam evaluasi enam bulan awal kepemimpinannya, Presiden Prabowo Subianto memberikan apresiasi tinggi terhadap pencapaian luar biasa di sektor pangan dan energi nasional. Hasil produksi pangan telah berhasil melebihi proyeksi awal dengan capaian bersejarah berupa stok beras dan jagung terbesar yang pernah dimiliki Indonesia. Sementara itu, di sektor energi, peresmian operasional perdana sumur Forel dan Terubuk di wilayah Natuna berhasil menambah kapasitas produksi sebesar 20 ribubarrel minyak dan 60 juta standar kaki kubik gas harian. Prestasi ini membuktikan bahwa Indonesia memiliki kapasitas nyata untuk mencapai kemandirian di kedua sektorvital tersebut. Konsep swasembada yang sesungguhnya tidak terbatas pada pemenuhan kebutuhandomestik semata. Seperti yang ditegaskan ekonom INDEF Muhammad Rizal Taufikurahman, swasembada berarti kemampuan memenuhi kebutuhan dalam negeri sekaligus menghasilkan surplus untuk ekspor. Definisi ini menempatkan Indonesia tidakhanya sebagai konsumen, tetapi juga sebagai produsen dan eksportir yang mampuberkontribusi pada pasokan global. Sektor pertanian telah membuktikan perannya sebagai tulang punggung ekonominasional. Sektor ini menjadi penyangga stabilitas sosial ekonomi masyarakat. Kontribusinya terhadap PDB menunjukkan bahwa investasi pada sektor ini akanmemberikan dampak berganda yang signifikan. Ketika produktivitas pertanianmeningkat, efeknya akan merambat ke sektor-sektor lain, menciptakan ekosistemekonomi yang lebih kuat dan...
- Advertisement -

Baca berita yang ini